: ̗̀➛ | 03; what kind of girl

348 43 5
                                    

"seung, lo tau? gue mau taruhan sama anak baru."

"ya bodo amat si. gue kagak peduli ini," sahut heeseung, lalu melanjutkan kegiatannya bermain game di ponselnya.

"lah, gak tau aja lo. nih denger ye, kali ini gue taruhan sama cewek woy. gila gak tuh?"

"kagak si, b aja."

"tapi ya, kalau diliat-liat, tuh cewek satu cakep juga."

heeseung segera bangkit dari posisi tidurnya, menatap angkasa, teman dekatnya dengan wajah heran. "lo demen cewek, sa?!"

angkasa memutar bola matanya malas. "ya lo pikir? gue suka sama lo gitu? amboy, tak kuase aku!"

heeseung memasang wajah jijik lalu kembali memainkan ponselnya dalam posisi duduk kali ini.

"eh, gue jadi keingetan mau cerita ini sama lo. katanya, cewek yang nerima tantangan gue ini, berani banget sama si morie. lo tau kan? morie yang-"

"tau lah gue. nempel mulu dia sama gue. padahal udah punya pacar," potong heeseung.

angkasa tersenyum miring. "gue gak pentingin si morie sih. tapi asli, hee. lo kudu liat si ceweknya. punya ig gak ya?" angkasa membuka ponselnya, sibuk sendiri mencari tinkerbell-nya.

heeseung kembali ke posisi rebahannya. dia gak tertarik membahas topik ini.

cewek mana sih yang berani nerima tantangannya angkasa, si genius di circle-nya. satu sekolah pun tau kalau angkasa jago banget dalam hal main game. bahkan teman dekat heeseung itu dalam proses membuat game-nya sendiri.




"lo tau svea maeve?"

heeseung melirik ke arah angkasa. 

nama itu kayak pernah dia denger. entahlah dimana.

"gue gak tau yang mana orangnya tapi gue yakin dia bukan cewek biasa."

angkasa tersenyum puas, mematikan ponselnya dan kembali sibuk dengan projek game yang tengah ia kerjakan belakangan ini.

heeseung terdiam. nama yang baru saja disebutkan angkasa itu terngiang-ngiang di dalam kepalanya.




svea maeve.

"hee, mending lo beliin gue kopi sana. daripada ngegabut gak jelas disini. telponin bagas suruh kemari!" titah angkasa setelah memakai headset hitamnya.

heeseung beranjak duduk. ide angkasa bagus juga. lebih baik dia keluar makan angin daripada disini mendengar ocehan angkasa tentang si cewek extraordinary itu.

















"buru lah, hee. lama bener lo."

"yeuh, lo pikir beli kopi bisa double speed? bawel!"

"ya udah sii. sensian amat. pms lo? eh hee gue-"

klik!

heeseung, cowok yang dibalut hoodie hitam itu memutus sambungan telepon lebih dulu.

udara malam itu sejuk karena hujan mengguyur kota sejak sore hari tadi.

heeseung gak mempermasalahkan itu karena jujurly, dia suka menghabiskan sisa waktu liburnya untuk main motor sendirian.

habislah kesabaran dia kalau harus selalu bareng angkasa yang super bawel itu.

heeseung berjalan keluar dari cafe sambil menunggu kopinya yang sedari tadi belum selesai dibuat. 

becekan-becekan kecil di jalanan menandakan lokasi ini sempat diguyur hujan yang lumayan deras. langit malam hari selalu sama. tak ada yang berubah. 

heeseung terdiam sembari memandangi keramaian jalanan malam itu. ada rasa yang tak pernah hilang dari dirinya sejak dulu.

ia ingin pergi dari tempat ini.

kemanapun selain tempat ini. rumah.

selamanya.

kedua tangannya mengepal tanpa sadar. seandainya boleh, mungkin sejak lama ia sudah pergi dari sini. mungkin ke kota lain, mencari kegiatan lain yang bisa ia lakukan di sana.

tempat ini, selalu membencinya.















heeseung keluar dari cafe. akhirnya kopi itu selesai dibuat. ia harus segera pulang sebelum hujan kembali turun dengan deras. ujung matanya menangkap siluet yang tidak asing. seseorang tampak gelisah sambil terus menerus mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"yahh! hujan!!" 

orang-orang serempak berteduh di bawah atap cafe. hujan turun dengan deras tiba-tiba.

heeseung masih terdiam di depan pintu cafe. jujur saja, dia pengen banget pulang sekarang. suasana hatinya sedang tidak enak karena mengingat masa lalunya.

"huft,"

heeseung menutup kepalanya dengan topi jaket hitamnya, memaksakan diri untuk menerobos hujan. tujuannya sekarang adalah kembali ke base camp lalu pulang, bersiap untuk agenda pembelajaran di sekolah besok.

heeseung memakai helm fullface-nya. atensinya tiba-tiba berpindah kepada seseorang yang tampak tak asing baginya. 

cewek di halte itu, sepertinya cewek yang akhir-akhir ini sering ia temui di sekolah. juga cewek yang menerima tantangan gila angkasa, sobatnya.



svea maeve?

tampaknya cewek itu gak sendirian. ada seseorang lain disana yang tubuhnya sedikit lebih tinggi, bahunya lebar. bisa ditebak kalau itu cowok. 

mana ada cewek bodynya kayak gitu. hehe.

heeseung mengerutkan keningnya, wajahnya berubah jutek lagi. cowok di sana itu berbalik, membuat heeseung bisa melihat wajahnya dengan jelas meski ditutupi kaca helm gelapnya.

"yang jungwon."

Penjuru | Heeseung [EN-]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang