: ̗̀➛ | 12; satu lagi

222 28 6
                                    

"kenapa gak bilang kalo punya asma?"

svea gak membalas pertanyaan kakak kelasnya itu. belakangan ini perasaannya bener-bener kacau. banyak tekanan dari sana-sini, terutama karena jadwal camp sekolah semakin dekat.

sejak minggu lalu eskulnya banyak latihan buat persiapan camp sekolah nanti. semua murid yang mengikuti ekstrakulikuler diwajibkan ikut camp. katanya sih buat seru-seruan aja. tapi, siapa sih yang masih percaya sama rumor kuno itu?

bisa dipastikan camp sekolah itu memuat kegiatan kemah, pastinya, api unggun, latihan kepemimpinan, outbond, dan yang paling 'seru' kegiatan habis tidur malam sih :D

"duh, giselle kemana sih! lama amat. eh, lo butuh minum? atau apa gitu? gue gak tau harus gimana kalo ada yang sakit."

svea mengangkat wajahnya, memperhatikan wajah pemuda yang sedari tadi tampak sedikit panik. pasalnya giselle, yang seharusnya memanggil dokter sekolah malah menghilang lama banget.

"gak usah, kak. makasih," jawaban dari svea membuat heeseung yang tadinya sibuk mondar-mandir itu kini bisa duduk di bangku uks dengan perasaan lebih tenang.

gak, heeseung gak khawatir sama svea. gak sama sekali!

dia cuma takut aja kalo svea kenapa-kenapa terus dia yang disalahin. kan gawat. anak orang lagi. kalo emaknya dateng ke sekolah terus bawa geng-an terus nanti heeseung digebukkin genk mamak-mamak gimana?!

kalo boleh jujur itu terlalu negatif thinking sih, seung -author


"gue keluar dulu deh. manggil giselle."

"gak!" cegah svea.

"hm?"

svea membatin dalam hatinya. kenapa dia tiba-tiba ngomong gitu deh? padahal kan istirahatnya bisa lebih baik kalo heeseung pergi, gak usah ngeliatin terus gitu. ini juga asmanya belum kunjung membaik. detak jantungnya malah terasa berdegup semakin kencang.

"kenapa?" tanya heeseung, kembali dengan nada juteknya setelah ekspresi 'sedikit kaget' tadi itu.

svea menggeleng. "gak. gak ada apa-apa. keluar aja kalo mau."


tau gak sih, peribahasa atau apa itu yang lagi trend belakangan ini?

"dibalik 'gapapa'-nya cewek, pasti ada apa-apa."

nah itu yang ada di pikiran heeseung saat ini. 


"y-ya udah. gue keluar nih!" heeseung berdiri di dekat daun pintu sekarang.

"ya udah!"

"seriusan nih? liat deh! gue udah di ujung, cil!"

"terserah."

"selangkah lagi gue beneran keluar loh."

"bodo amat."

"kalo gue udah keluar gue gak akan balik."

"terus?"

heeseung menggaruk tengkuknya yang gak gatal. kok dia jadi merasa bodoh gini sih?

"ya udah lah! gak jadi keluar gue!" heeseung kembali masuk ke dalam setelah menyalakan lampu uks.

"dih, gak jelas!" seru svea semangat.

lah? semangat betul?

svea memang belum merasa lebih baik, dadanya masih sedikit sesak. tapi tabung oksigen yang sempat dibahas sejak kedatangannya kesini tadi gak juga datang.

lagipula. ini dokternya kemana sih? makan mie ayam dulu kali ya?

svea malah dititipin ke heeseung. duh, apa sih yang mau lo harapkan dari seorang lee heeseung?




ekspresi juteknya mendadak berubah saat heeseung mengulurkan inhaler yang entah dia temukan di mana.

"ternyata ada di lemari," ujar heeseung tiba-tiba, seakan tau isi pikiran svea.

"perlu dibantu?"

lalu heeseung tertawa pelan melihat ekspresi heran di wajah svea. lagian, siapa sih yang gak heran? tadi heeseung cuma mondar-mandir dan tiba-tiba nawarin bantuan. 

"abang gue juga punya asma, dulu sering pake ini kalo kambuh di sekolah. gue bisa. cuma bercanda tadi. hehe."

(⁄ ⁄•⁄ω⁄•⁄ ⁄)⁄

sebelum svea sempat mengulur lebih banyak waktu lagi, heeseung segera membantunya. gak perlu dijelaskan gimana caranya dia bantu. free to imagine aja lah pokoknya :v














"lah, lo baru balik, seung?"

heeseung membuka kaca helm-nya saat melihat angkasa yang tumben-tumbenan juga masih di sekolah jam segini. biasanya bocah itu udah pulang bahkan lima belas menit sebelum bel berbunyi. entah gimana caranya.

"habis ngurusin dekel gue. lo sendiri?"

"ehhh, dekel siapa tuh? si special person itu ya? yang bikin lo galau kemarin-kemarin?"

heeseung cuma menggeleng pelan tapi senyum yang terlukis di wajahnya terlalu jelas untuk bisa dilihat. angkasa sampai membulatkan kedua matanya.

rekannya ini, teman dekatnya, gak pernah tersenyum seperti itu sebelumnya. 




"sa, tolong simpen ini di saku tas! gue lupa."

"inhaler? asma lo kambuh, seung?"

"buru dah, gak usah bawel."

"iye, iye. dah tuh!"

"ntar malem di basecamp, kan? gue telat dikit ya. ada pr fisika."

"ya."




setelahnya, heeseung menancapkan gas. bersama motornya pergi meninggalkan lapangan parkir menuju ke jalanan kota yang disinari cahaya jingga kemerahan berkat langit senja.

lampu-lampu jalan dan gedung-gedung pun perlahan menyala, mempercantik suasana kota sore menjelang malam hari itu.

heeseung tersenyum, lantas menutup kaca helmnya sebelum mempercepat laju motornya ke arah yang berlawanan dengan jalan menuju rumahnya.

satu lagi rahasianya terbongkar. heeseung gak punya kakak, inhaler itu simpanan lain miliknya yang sama sekali belum pernah ia sentuh semenjak masuk sma.

satu nama yang terlintas di kepalanya membuatnya tersenyum lebih lebar. perasaan bahagia itu akhirnya datang lagi setelah sekian lamanya.









if i told you that first love is real. will you believe it?

Penjuru | Heeseung [EN-]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang