: ̗̀➛ | 05; why are you?

308 41 2
                                    

"dek, lo tinggi banget deh!"

"eh iya, siah. kayaknya lo lebih tinggi daripada gue!"

svea cuma tersenyum kecil mendengar ucapan-ucapan dari kakelnya.

ada untungnya juga masuk paskibra. setidaknya, kakak kelasnya disini bisa tau tempat. kapan harus tegas, kapan harus bercanda. ya gak kayak eskulnya si sunoo dah. sunoo kayaknya nyesel banget ikut eskul sains. kakelnya manis di hari pertama, hari kedua langsung dah tu eskul jadi kayak latihan militer.

hhw. mampus kau.




"sahi, tinggi lo aja kayaknya kalah sama svea!" ledek beomgyu, salah satu kakel yang paling periang dan gemar menabung. katanya.

"sialan lo, diem dah!"

"entah kenapa saya merasa tersindir ya?" itu mashiho. kakel cowok tergemoi yang pernah svea temui.

"ampun, bang. canda doang tadi. asli."

nah kicep kan lo, kak.

"eh, omong-omong, ve. kamu gak gabung sama temen seangkatanmu?" tanya winter, kakel cecan lain yang visualnya membuat heboh seisi sekolah.

svea menoleh ke arah lapangan dimana teman-teman seangkatannya berkumpul bersama sambil menghabiskan waktu istirahat. huft.

"enggak, kak."

setelahnya hening. winter sadar kalau aura sekitarnya jadi canggung gara-gara pertanyaannya. aduh. segera lah ia menoleh ke arah giselle, membisikkan sesuatu yang membuat giselle menoleh ke arah seseorang.

svea dengan cepat mengikuti arah mata giselle yang mengarah kepada... heeseung?

"oy, bang! lo diem-diem aja? tumben," seru giselle.

heeseung sedikit tersentak, lamunannya buyar begitu saja gara-gara seruan giselle.

heeseung memutar bola matanya malas. "buru latihan, keburu hujan!" seru heeseung dengan nada dinginnya.










"seung, lo tuh jangan terlalu jutek napa sama anak baru. kan kesian adek kelas lo semua pada takut. kemarin aja yang lapor bk katanya kak heeseung melototin dia sampe anaknya hampir ngompol."

cerita dari asahi itu membuat yang lain tertawa ngakak, bahkan sunghoon, sang komandan yang biasanya pendiam itu sampai ikut guling-guling saking ngakaknya.

anggota lain udah pulang duluan. menyisakan asahi, winter, heeseung, sunghoon dan pastinya svea.

heeseung gak membalas. dia udah sering dikatain kayak gini. lagipula bukan salahnya punya wajah jutek. jutek-jutek gini juga dia mah ganteng, begitu pendapatnya.

"oh, ini yang namanya kak heeseung?" tanya svea pura-pura tak tahu.

"iya. kenapa, ve?" tanya winter.

svea cuma mengendikkan bahunya, membuat yang lain penasaran.

"ih, main rahasia-rahasiaan aja lo. buru spill atuh!" bujuk asahi.

"enggak.. itu, ada temen gue di kelas. katanya ngefans banget sama kak heeseung, cinta mati. uh, lo liat sendiri dah, kak. dia ngebujuk-bujuk gue terus buat nyampein surat ke kakak."

penjelasan svea membuat yang lain ngakak lagi. padahal dia gak lagi ngelawak. receh banget emang.

winter juga ngakak sambil pastinya memasang wajah julid. sementara heeseung terlihat malas, ngambek.

"temen lo siapa namanya, ve? ntar gue bantu dah deketin dia sama heeseung. ahahahah!" itu sunghoon.

"siapa ya namanya? gue lupa. se... umm, seah. ah iya, seah!"

"owalaahhh! dekel yang kemarin nangis itu ya?"

"hah? emang dia kenapa, kak sahi?"

"itu loh. dia ketahuan dandan di kamar mandi sama guru bk. disita lah semua makeup-nya. terus nangis-nangis di ruang bk, soalnya dia beli makeup itu pake duit emaknya. ckck."

svea cuma tertawa pelan. bener juga sih. seah itu definisi orang yang ke sekolah buat nyari jodoh. sempet-sempetnya poles liptint dulu sebelum masuk ke kebon buat menjalankan hukuman karena datang terlambat setiap pagi.

kelakuan.

"ck, udah lah. jangan dibahas. gue jijik!" ketus heeseung.

"eh, omong-omong, aku balik duluan ya? giselle udah balik tuh dari minimarket. baii!" winter berlari menuju motor giselle, si pink gemoi itu.

"lo juga balik sekarang, kak?" tanya svea kepada sunghoon yang sudah duduk di motor hitamnya. buseng dah, kakel satu ini visualnya cetar membahana banget. ganteng banget siyal.

"iya. mau jemput adek gue di akademi. lo? balik sama siapa?" sunghoon balik bertanya.

"s-sama temen. hehe."

"ya udah, duluan ya!" sunghoon pergi lebih dulu.



"gue juga balik ya, ve. lo ada yang jemput kan?"

"emang kalo kagak lo mau nganterin gue balik, kak?"

asahi malah memamerkan cengiran mautnya. "ya kagak sih. nanya doang. gue bersimpati aja sama lo. besok gue telkomsel."

svea tertawa garing. recehan asahi gak banget deh. duh, ciwi mana yang mau sama cowok garing kriuk kress gini. haduh.

"gue balik, ve!"




kini tinggal heeseung di parkiran dan beberapa motor punya anak basket yang masih pada latihan.

"kak,"

heeseung gak merespons, sibuk memasang helmnya.

"kak heeseung,"

"hm?"

"kakak pulang sekarang juga?"

"ya lo pikir? gue mau nginep?"

jutek bat ashu. pengen tak hiiiih.

"lagi buru-buru gak?"

"lo nanya-nanya mulu kayak wartawan tau gak?"

svea menyengir. udah jutek, dingin, kalo ngomong nyelekit bat ke hati paling dalam. set dah.

"ya udah sih.."




heeseung terdengar menghela napasnya. "gue gak buru-buru. kenapa?"

ya ampun. apa svea gak salah dengar? suara heeseung lemah lembut sekali kawan. andai aja dia selalu bicara kayak gini. gantengnya nambah kayaknya. eh?!

"eng... gak sih. cuma... minta temenin aja sampe ada yang jemput."

"siapa yang jemput lo?"

"temen."

"oh."


lalu hening. aura di sekitarnya jadi canggung setelah respons pendek dari heeseung.

"ya.. udah deh, kak. gue duluan-"

"udah ada yang jemput?"

svea menggeleng.

"terus?"

"kakak mau pulang kan?"

heeseung membuka kaca helmnya, menghela napasnya lagi. bicara sama orang lemot gini menguras tenaga juga ya.

"tadi katanya mau ditemenin. ya ini."

heh?!!!!

"tunggu di halte aja. naik dulu, buru!"

Penjuru | Heeseung [EN-]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang