Bab 9

1.5K 207 18
                                    

Kekuatan paling besar mengarah ke Raihan, Johny, Debora, dan Rino berusaha sekuat tenaga untuk cepat menangkis serangan Argan itu. Tapi...

Jeduuuuummm

Wuuussssh sreeeek sreeek

Serangan itu mengenai Reihan, Johny, Debora, dan Rino terkukai lemas saat melihat serangan sangat menakutkan itu mengenai tubuh Reihan. Tapi saat asap dan debu itu menghilang, Reihan masih berdiri tegak disana. Cahaya putih dan terang mengelilingi tubuh Reihan.

Mereka semua terkejut, lalu Reihan berlari secepat kilat dan berada di sisi Johny. Debora dan Rino pun berkumpul, lalu mereka berpegangan tangan, Reihan mengedipkan matanya lalu mereka menghilang dari sana. Ketika mereka membuka mata, mereka sudah berada di atas gedung dan menghindari serangan dari Argan kembali.

Johny berbicara. "Siapa kau sebenarnya?"

"Aku sama seperti kalian, maaf gara-gara aku kalian jadi terlibat." sahut Reihan.

"Tapi kenapa Argan berbuat itu padamu? Bukannya dia...?" Sahut Rino.

"Aku tidak tau kenapa dia seperti itu, tapi yang jelas aku sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya. Kak Johny, lebih baik kita pulang saja yuk." sahut Reihan.

"Benar, besok kita kuliah. Adoooh males banget ketemu sama mereka itu." sahut Rino.

"Aku bisa membuat mereka melupakan kejadian barusan." sahut Debora.

Debora memejamkan matanya, lalu ia membuat sihir agar Argan, Tatiana, Feby, dan Gery melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Ketika semua selesai, mereka pun pergi dari sana. Johny, Debora, dan Rino mengantarkan Rei kembali kerumah.

"Thanks, kalian mau mampir?" Ujar Rei.

"Next Time, oke... Sampai ketemu besok di Kampus." sahut Johny.

"Baiklah, kalian hati-hati." sahut Reihan.

Reihan melambaikan tangannya, Rei masuk kedalam rumah. Ia melihat Maria dan Diego duduk di ruang keluarga sambil menton televisi. "Malam ayah, ibu..."

"Kamu sudah pulang nak," seru Diego.

"Sudah ayah, malam ini Rei minta ijin pergi kesuatu tempat ya." sahut Reihan.

"Mau kemana nak?" sahut Maria.

"Rei mau melihat kondisi kak Revan," sahut Reihan.

"Pergilah, tapi ingat besok kamu kuliah. Besok pagi, saat kamu berangkat kuliah , ayah dan ibu akan langsung ke Grandelous bagian utara." sahut Diego

"Baiklah, aku pergi dulu." sahut Reihan.

Rei menuju kekamarnya, ia tidak perlu ke kamar Diego dan Maria untuk menuju keportal itu. Rei punya jalannya sendiri. Ia membuka pintu di balik lemari pakaiannya, ia memejamkan mata lalu ia pun sudah berada di istana bahkan lengkap dengan pakaian tabibnya. Reihan kembali keruangan ramuan atau obat-obatan, baginya hal itu cukup familiar, ia bahkan pandai meracik obat. Bagaimana tidak, sejak kecil Maria mengajari ilmu pengobatan kepadanya. Sosok pria jangkung dan tegap berdiri di ambang pintu, memperhatikan dirinya tengah membaca buku pengobatan. Merasa ada yang memperhatikannya, Reihan menoleh dan membungkuk memberi hormat.

"Yang mulia, maafkan hamba. Hamba tidak melihat anda berdiri disana. Apakah ada yang sakit? Silahkan, saya akan memeriksa nadi anda." seru Reihan.

Itu adalah Revan, saudara kembar Reihan sendiri. Revan melangkah masuk kedalam dan duduk diruangan itu. Revan langsung mengulurkan tangannya, Reihan pun langsung memeriksa nadi Revan. Revan memperhatikan Reihan, ia merasakan dan ingat sentuhan tangan itu. "Mungkinkah? Mungkinkah ini adalah kau? Aku ingat betul sentuhan ini, tangan lembut ini..."

BL- KING ROYAL AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang