Bab 24

350 56 2
                                    

Saat Rei dan Raffa sampai di bukit Meiyang mereka berhenti sejenak. Raffa berbicara. "Kita istirahat disini saja dulu, hari sudah hampir gelap. Kalau kita lanjutkan perjalanan di malam hari akan..."

Belum selesai berbicara, kata-kata Raffa terhenti saat melihat kabut yang begitu tebal. Raffa menarik tangan Reihan dan menarik Reihan untuk mendekat kearahnya. "Jangan jauh-jauh, tetap disampingku... Ayo,"

Reihan mengangguk, lalu Rei melihat Raffa menarik tangan Reihan. Raffa berjalan secara waspada, tapi Rei merasakan ada sesuatu yang bergerak di bawah kaki mereka, itu seperti...

Kreeetek
Kreeetek

Wuuuussssh

Hembusan angin begitu kencang menyibak kabut yang begitu tebal. Kabut itu menghilang, tapi saat ini yang mereka pijak adalah seperti Es bukan tanah. Raffa berbicara. "Ini? Apa yang terjadi?"

"Ini adalah Es, tapi dari mana asalnya?" sahut Reihan.

"Mungkinkah dari balik bukit atau justru dari bukit itu sendiri?" ujar Raffa.

"Ayo kesana pelan-pelan saja," ujar Reihan.

Raffa mengangguk, mereka berdua terus menelusuri jalanan itu, sekeliling mereka sudah beku akibat es itu. Mereka sampai di bukit Meiyang itu, tapi semakin mereka mendekat suasana semakin sangat dingin. Raffa menarik Reihan semakin dekat dengannya. Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu, Raffa memandangi wajah indah Reihan secara dekat kali ini. Rei mendorong Raffa.

"Kau terlalu dekat denganku, napas mu bau." seru Reihan sekenanya.

"Apa? Heh," seru Raffa sambil mencium napasnya sendiri.

Reihan sudah berjalan duluan di depannya. Raffa berbicara. "He... Tunggu... Napasku tidak bau, enak saja kau ini."

Saat Raffa akan berbicara lagi, Rei menyuruh Raffa diam. "Ssssstttt.... Lihat itu."

Raffa terbelalak lebar saat melihat desa yang di katakannya kini beku dan di selimuti salju atau es. Reihan berdiri sambil memejamkan matanya
Saat Reihan membuka matanya, matanya bersinar ke emasan dan ia melihat sekitarnya. Rei melihat ada pergerakan yang tidak biasa, Reihan kemudian berbicara. "Dia yang menyebabkan desa ini membeku, dan orang-orang disini menjadi patung es."

"Apakah dia orang jahat atau bagaimana? Kenapa dia membekukan seluruh desa ini?" tanya Raffa.

"Tidak, dia bukan orang jahat, dia adalah pengendali Es, tapi dirinya tidak dapat mengendalikan dirinya, akhirnya ia mencelakai semuanya." sahut Reihan.

"Apa yang harus kita lakukan?" ujar Raffa.

Reihan menoleh kearah Raffa, lalu tersenyum misterius. Kemudian Reihan mendorong dan melempar Raffa kearah anak muda itu. Raffa berteriak.

"Aaaaaaaaaaaaaarrrghhh..."

Bruuuuk

Raffa mengusap-usap bokongnya yang sakit. "Aduuuh... Hsssttt... Heh kau, kenapa kau tega sekali denganku, aaaaah..."

Reihan hanya terkekeh geli, lalu anak muda yang lepas kendali itu pingsan akibat ulah Reihan tadi. Lalu Rei berbicara. "Lihatlah, tubuhmu sangat berat dan mengakibatkan dia pingsan."

"Apa? Kau... Kalau bukan anak raja Alexis sudah ku cekik kau." seru Raffa.

"Oooh, apakah kau tega mencekik anak muda semanis aku?" seru Reihan sambil menunjukkan mata Puppiesnya.

Raffa langsung minisan saat melihat Reihan semanis itu. Lalu Reihan berbicara. "Hidungmu berdarah... Kau tidak apa-apa?"

"Apa?" Raffa langsung mengelap darah di hidungnya.

BL- KING ROYAL AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang