Bab 20

533 72 0
                                    

"Aku...."

Pemuda itu tampak manis sekali, Tapi hati tidak dapat di bohongi. Revan mendekat dan mengambil mangkuk sup yang di pegang oleh pemuda itu. Revan meneteskan air matanya, Maria menyadari itu siapa.."Anakku, Kau anakku, kau adalah anakku kan? Reihan, kau anakku..."

Maria menangis senggugukan, Maria tidak dapat lagi menahan tangisnya. Nalurinya sebagai seorang ibu sangat kuat. Pemuda itu menahan tangisnya, lalu berbicara. "Ibu, Ayah... Aku merindukan kalian..."

"Reihaaaan..." seru Johny, Deru, Rino, dan Debora.

Pemuda itu mengangguk, Revan dan Diego tidak dapat menahan tangisnya. Maria, Johny, Deru, Debora, dan Rino minggir dari sana untuk memberi ruang kepada Revan. Revan menahan tangisnya, ia tidak tau harus berbuat apa, lututnya lemas, hatinya campur aduk. Antara senang, dan rasa rindu yang teramat sangat. Reihan mendekat lalu berbicara. "Hai... Jangan menangis, aku masih disini, aku ada disini untukmu."

"Reihaaaan..." Revan memeluk Reihan sangat erat. Ia menciumi Reihan tanpa melihat siapapun ada disana.

Tapi yang menjadi pertanyaan mereka semua wajah Reihan yang berubah dan tak mirip dengan Revan sama sekali. Mereka semua duduk, Reihan tau apa yang ada di benak mereka saat ini. "Aku tahu kalian ingin menanyakan sesuatu padaku bukan?"

Maria mengangguk, lalu berbicara. "Nak, wajahmu, kenapa berubah?"

"Ada yang berdoa, dan mengharapkan aku menjadi orang lain bukan. Awalnya aku kaget, ketika aku bangun dan sadar kalau jiwaku berada di tubuh orang lain, awalnya aku lupa siapa diriku. Tapi lambat laun aku bisa mengingat semuanya." sahut Reihan sekenanya. Ia berbohong, padahal ia sendiri melakukan operasi plastik. Tapi ada satu yang tidak bisa di ubah, tanda lahir yang ada di bahu kirinya.

"Aku pernah berdoa dan berharap seperti itu, tapi ternyata benar terkabul." sahut Revan.

Mereka semua tertawa, lalu mereka makan bersama. Masakan Reihan sangat enak. Mereka semua menyantap makanan itu. Setelah selesai, mereka berbincang banyak hal sampai larut malam, mereka semua masuk kedalam kamar masing-masing. Revan dan Reihan satu kamar, di dalam kamar Reihan berbicara. "Bagaimana kabar ayah, ibu, dan kakek?"

"Mereka baik-baik saja, besok kita kesana menemui mereka." Ujar Revan.

Reihan menggelengkan kepalanya, ia memeluk dirinya sendiri. "Maaf, aku tidak bisa."

"Kenapa? Kenapa kamu tidak bisa kesana?" tanya Revan.

"Aku tidak bisa masuk kesana lagi, tubuhku akan hancur jika aku masuk kesana." seru Reihan.

"Kenapa begitu?" sahut Revan.

Reihan bangkit dari tempat tidur dan berdiri di dekat jendela. Lalu Reihan berbicara."Maafkan aku, aku kehilangan seluruh kekuatanku saat aku mengorbankan diri untuk menyelamatkan Kakek Grandelous. Saat aku ikut membantu berjuang bersama kalian saat itu, aku sudah sekuat tenagaku. Aku memaksakan diriku, sehingga tubuhku hancur."

Revan nampak sedih melihat kondisi adiknya sekaligus orang yang ia cintai itu. Revan berdiri, lalu memeluk Reihan dari belakang. "Jangan khawatir, aku akan menjagamu, aku akan menjaga orang-orang yang aku sayangi. Kalau kamu tidak bisa ke istana, maka ayah dan ibu yang harus kemari bersama kakek."

"Terimakasih, ya sudah. Ayo tidur," sahut Reihan.

Revan dan Reihan pergi tidur bersama, Diego dan Maria tanpa sengaja mendengar percakapan itu. Maria merasah sedih. Lalu Diego berbicara. "Tidak penting seberapa besar kekuatannya yang hilang, anakku kembali hidup dan selamat aku sangat bersyukur."

"Kau benar suamiku, kita harus menjaganya dengan hati-hati... Meski dia tidak memiliki kekuatan lagi, tapi ada satu hal yang berharga di dalam dirinya. Aku khawatir jika musuh mengetahuinya, maka mereka akan membunuh Reihan." ujar Maria.

BL- KING ROYAL AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang