23. WARM EMBRACE

891 131 32
                                    

🌼🌼🌼🌼🌼

Dua hari setelah penyerbuan, kabar itu akhirnya sampai ke telinga Kaisar Hou. Kaisar kini tengah mengadakan rapat dengan sejumlah petinggi istana dan beberapa klan pendukungnya. Rapat ini tergolong mendadak, segera setelah kaisar pulang dari makam leluhurnya.

Pagi ini, kaisar telah menerima kabar dari elang pembawa pesan milik Shiying. Yang mengirim pesan bukanlah Shiying, melainkan pelayannya. Dalam pesan itu tertulis bahwa telah terjadi penyerbuan di istana. Pendeta suci pergi ke istana untuk menyelamatkan permaisuri dan belum kembali.

Yang membuat kaisar semakin tidak tenang adalah kedatangan seorang jenderal kepercayaannya bersama empat belas pasukan. Kondisi mereka luka-luka. Raja sangat terkejut ketika mendengar penuturan jenderalnya. Pria itu mengatakan bahwa dalang dari pemberontakan adalah Klan Wu. Klan milik permaisuri.

Kaisar benar-benar marah. Namun pria itu tidak bisa gegabah dan melakukan penyerangan tanpa strategi yang matang.

“Yang Mulia, hamba telah mengirim mata-mata ke istana utara. Sebentar lagi mata-mata kita pasti akan memberi kabar,” ucap menteri pertahanan.

Kaisar masih tampak gusar. Bukan istana atau kekuasaan, saat ini yang paling dia khawatirkan hanyalah keselamatan Shiying.

“Kirim pesan kepada orang-orangmu. Suruh mereka memastikan apakah pendeta suci ada di istana!” titah kaisar.

“Baik, Yang Mulia.”

“Jenderal Ming!” panggil kaisar dengan suara lantang.

Jenderal Ming maju satu langkah dan memberi hormat. “Jenderal Ming siap melaksanakan perintah Yang Mulia.”

“Panggil tetua dari klan-klan pendukung. Aku ingin strategi perang terbaik. Habisi para pemberontak itu secepat mungkin!”

“Baik, Yang Mulia!”

Kaisar Hou mencengkeram kuat pegangan kursi singgasananya. Merasa sangat menyesal. Seharusnya dia memaksa Shiying untuk ikut apa pun yang terjadi. Jika saja Shiying aman bersamanya saat ini, mungkin kaisar bisa sedikit tenang.

Shiying ... kau harus baik-baik saja.

.
.
.

Jauh di pedalaman hutan, masih dalam wilayah kekuasaan Wei Utara, Baili tengah menuntun sang guru melintasi hutan yang tertutup oleh salju.

Shiying melangkah lebih lambat karena sudah kelelahan. Lelaki itu menatap punggung pria yang menggandeng tangannya. Jika rambutnya digerai, Baili terlihat seperti Xie Yun. Bedanya Xie Yun lebih suka memakai pakaian berwarna gelap.

“Guru, hati-hati,” ucap Baili seraya memegangi tangan sang guru. Tangan itu terasa sangat lembut dan dingin, membuat Baili tidak ingin melepaskannya.

Shiying tampak sedikit berbeda sekarang. Tidak ada lagi sosok cantik namun kuat yang mampu menahan dinginnya salju. Tidak ada lagi kekuatan untuk melihat masa depan. Shiying telah menjadi manusia biasa, membutuhkan perlindungan dari seorang lelaki yang bertanggung jawab atas kondisinya saat ini.

Tiga hari yang telah terlewati tidak membuat Baili melupakan rasa bersalahnya. Tanda suci di punggung sang guru telah sepenuhnya menghilang, dan itu semua karena dirinya.

🍁ETHEREAL🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang