2. Ying Hua

1K 175 52
                                    

Klik di atas untuk mendengarkan lagu Mourning For Love - Ost Mo Dao Zu Shi

🌼🌼🌼🌼🌼

Di atas meja kayu panjang, berbagai jenis masakan tersaji di hadapan mereka. Baili Hongyi dan Xie Yun menatap makanan itu dengan pandangan lapar sambil sesekali menelan ludah.

"Kenapa kalian diam saja? Makanlah." Suara lembut itu membuat si kembar mengalihkan tatapannya. Sosok indah berpakaian serba putih bagaikan malaikat yang turun dari surga. Shiying duduk berseberangan dengan dua saudara kembar itu, memperlihatkan senyuman yang sangat menawan.

"Oh, eum ... terima kasih," ucap Xie Yun sedikit ragu kemudian mengambil semangkuk nasi. Di sebelahnya, Baili Hongyi menatap sedikit curiga, namun rasa lapar di perutnya tak tertahankan sehingga anak itu mengikuti apa yang dilakukan saudaranya. Keduanya makan dengan lahap.

Dua bocah itu bukannya tidak pernah memakan makanan mewah seperti yang tersaji di hadapannya saat ini. Mereka memakan makanan seperti ini setiap hari ketika tinggal di istana. Namun, beberapa hari ini mereka baru merasakan kehidupan menjadi rakyat jelata. Dua remaja berusia 13 tahun menyembunyikan identitas dan berusaha bertahan hidup. Tak jarang mengharapkan belas kasihan orang lain untuk mengisi perut. Jika tidak ada yang bisa dimakan, mereka terpaksa mencuri dari rumah penduduk.

Makanan yang memenuhi meja habis dilahap oleh si kembar dalam waktu singkat. Shiying hanya tersenyum dari seberang meja, menyesap teh hijau dalam cawan putih keramik, kemudian bertanya, "Apa kalian ingin menambah makanannya lagi?"

"Tidak perlu. Terima kasih," jawab Baili Hongyi setelah meletakkan mangkuk nasinya.

Xie Yun ikut menjawab, "Kami sudah kenyang, terima kasih."

Hidup menggelandang beberapa hari mengajarkan mereka sesuatu yang berharga. Kata tolong, maaf dan terima kasih. Pelajaran yang tidak akan pernah mereka dapatkan di istana.

"Kalau begitu, sekarang mandi dan istirahatlah," ujar Shiying. Lelaki itu mengalihkan tatapannya kepada seorang pelayan yang berjaga di depan pintu. "Siapkan air hangat dan pakaian ganti untuk mereka," titahnya kepada si pelayan.

Pelayan wanita itu membungkuk, memberi hormat. "Baik, Tuan." Kemudian pelayan itu mengajak Baili dan Xie Yun keluar dari paviliun.

Si kembar mengikuti pelayan itu dengan sukarela. Mereka melewati lorong berlantai kayu, tercium aroma yang sangat harum dari setiap sisinya. Dua saudara itu menengok ke sisi kanan dan kiri dengan penuh rasa penasaran.

Tempat yang sangat indah. Setelah melewati lorong, lantai kayu itu membawa langkah mereka melintasi pinggiran kolam teratai dengan pohon ying hua di beberapa sisinya. Terlihat putih dan merah muda, beberapa kelopak bunga jatuh dan mengambang di air, bunga lainnya singgah di atas dedaunan teratai yang memayung di permukaan kolam.

"Boleh kami tahu tempat apa ini?" Baili Hongyi akhirnya bertanya.

"Ini paviliun utama dari kediaman Tuan Shiying. Kalian sangat beruntung. Tuan Shiying adalah orang yang sangat murah hati." Pelayan itu tak lupa menyelipkan kata sanjungan untuk tuannya di dalam jawaban. Sebenarnya tidak hanya pelayan itu saja, hampir semua orang yang ditunjuk oleh kaisar untuk tinggal di tempat ini sangat mengagumi sosok pendeta suci.

"Jadi namanya Shiying," sahut Xie Yun.

Masih berjalan lurus ke depan tanpa mengalihkan tatapannya pada si kembar, pelayan itu bertanya dengan dahi mengernyit, "Kalian belum tahu?"

"Kami tidak sempat bertanya," jawab Baili Hongyi mewakili saudaranya.

Pelayan wanita itu hanya menggelengkan kepala. Tidak berselang lama, mereka tiba di depan sebuah kamar. Si pelayan membuka pintu kamar, memperlihatkan bagian dalamnya yang cukup luas. Ada dua tempat tidur yang nyaman seperti tempat tidur di istana. Dua meja dan dua lemari.

🍁ETHEREAL🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang