22. The Throne

732 126 20
                                    

🌼🌼🌼🌼🌼

Kursi singgasana milik Wei Utara kini ada di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kursi singgasana milik Wei Utara kini ada di hadapannya. Xie Yun berjalan menuju kursi itu, duduk, kemudian meraba singgasana emas berukiran naga itu seraya menatap dingin.

Ini adalah kursi kebesaran milik Kaisar Hou, pria yang dia tahu telah membunuh seluruh keluarganya. Di tempat ini pula dulu ayah Xie Yun pernah sangat berkuasa.

Jika saja peperangan delapan tahun silam tidak pernah terjadi, akankah sang ayah masih duduk di sini sekarang?

Shiying ....

Satu nama itu membuat Xie Yun sangat marah, tapi di saat yang sama juga rindu. Segalanya terasa kosong tanpa kehadiran sang guru. Xie Yun begitu bermimpi duduk di singgasana ini bersama Shiying yang tersenyum lembut di sampingnya.

Ayah dan ibu di surga pasti kini tengah mengutukku, pikir pemuda itu. Bagaimana mungkin Xie Yun begitu mencintai seseorang yang menjadi dalang dari kehancuran negerinya sendiri.

Xie Yun telah memerintahkan sejumlah besar pasukan untuk mencari Shiying dan saudaranya, Baili, serta menangkap mereka hidup-hidup.

“Tempat yang sangat nyaman bukan?”  Suara seorang wanita mengalihkan atensi Xie Yun. “Kau bisa melihat lebih jelas dari atas sana. Segalanya ada di bawah kakimu.”

Permaisuri Wu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Permaisuri Wu. Xie Yun tidak menyangka bahwa wanita yang dulu hampir menghukumnya kini justru berbalik membantunya merebut kembali tanah milik Wei Utara. Entah apa tujuan wanita itu, yang jelas tujuannya bukanlah kekuasaan apa lagi kekayaan. Xie Yun tidak tahu dendam apa yang dimiliki Permaisuri Wu sehingga wanita itu berbalik memberontak Kaisar Hou, suami wanita itu sendiri.

Xie Yun tersenyum sinis. “Tidak kusangka kita akan kembali bertemu dengan cara seperti ini,” ucapnya.

“Kau masih menyimpan dendam kepadaku?” tanya permaisuri tanpa berbasa-basi.

“Aku hanya tidak percaya kepada siapa pun,” jawab Xie Yun sinis.

Permaisuri tersenyum sinis, kemudian berucap, “Aku sama sekali tidak tertarik dengan tahta. Klan Wu memiliki kekuasaan besar yang tidak kalah dengan sebuah kerajaan. Kami bisa membangun kerajaan sendiri jika kami mau.”

🍁ETHEREAL🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang