Eps 1 Hurts me

2.1K 94 10
                                    

"Sayang bangun!! Bangun rayan!"

"Rayan bangun!!"

"Mama..."

"TIDAK RAYANN!!!!"

BRAK!

****


Seorang pemuda bangun lebih pagi untuk membuat sarapan untuk ayah dan kakaknya. Rumah itu besar tapi sayang tidak ada pembantu yang di pekerjakaan. Sejak hal itu seluruh pembantu di berhentikan dan semua itu di tugaskan untuknya. Rayan harus menjadi mandiri. Setelah selesai membuat sarapan ia kemudian kembali ke kamarnya dan bersiap untuk pergi sekolah. Bukan kamar lebih tepatnya gudang.

Rayan mengambil dasi dan memakainya lalu menatap kaca di depannya "semangat Rayan, semoga hari ini lebih baik dari kemarin, ayo kamu pasti bisa!" ucapnya menyemangati dirinya. Rayan turun dan melihat ayah dan juga kakaknya di meja makan. Ia lalu melanjutkan langkahnya yang terhenti karena suara tawa terdengar di telinganya tak lupa senyum tipisnya. Di sepanjang perjalanan, Rayan menghela napas panjang. Hari hari yang berat mungkin akan segera datang. Namun, ia tidak tau kapan. Sesampainya di depan gerbang, Rayan lantas masuk dan berjalan di koridor. Pagi ini, langit tampak mendung mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Udara juga sedikit sejuk karena angin yang berhembus agak kencang.

Suara teriakan dari penjuru kelas membuat langkahnya terhenti dan terdorong ke belakang. Orang yang baru saja keluar dari mobil membuat para perempuan berteriak histeris bahkan tak jarang saling bertengkar karena tak dapat melihat mereka.

Nandra Aditya Aldernal, laki-laki yang baru saja keluar dari mobil itu menyita pandangan perempuan-perempuan di sana. Selain pintar dia terkenal karena mahir bermain basket bahkan sering ikut lomba mewakili sekolah bersama temannya Juan. Tak heran jika para gadis menyukai kedua orang yang sangat populer itu. Rayan mencoba bangkit, membersihkan pakaiannya yang kotor karena terdorong para perempuan tadi. Lantas ia pergi dari sana meninggalkan kerumunan yang semakin ramai dan sesak.

.

.

"Woyyy Na!!" Nandra menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Juan berlari mendekat ke arahnya dengan beberapa buku di tangannya.

Nandra menaikkan alisnya
"Dari mana lo?" Tanya Nandra

Juan mengatur napasnya yang terengah engah "dari perpus, nih ngambil buku" jawabnya santai.

Mereka kembali berjalan menuju kelas "lo Pulang sekolah latihan kan Nan? Gue denger katanya Pertandingannya mingdep"

Pemuda itu mengangguk pelan "Jelas gue latihan, btw lo denger dari siapa tandingnya mingdep?" Tanya Nandra penasaran

"Gue denger pas latihan kemaren, tapi bisa di ubah lagi katanya"

Nandra hanya beroh ria ia menatap buku yang di bawa Juan "btw lo bawa buku sebanyak itu buat apa?" tanya Nandra. Juan menatap Nandra bingung "lah lo gak inget entar ulangan harian?" Jawab Juan

"Enggak tuh, emang kapan Ibu bilang?" Tanyanya penasaran

Juan mencoba mengingat ingat "waktu it- Oalah iya gue lupa waktu itu lo gak masuk pantes aja gak tau. Kata Bu Riska kemaren pelajarannya di rehap semua jadi satu. Bab 1 sama 2 jadi Mungkin nanti sampe 30 atau 40 soal lebih sama esai juga" jelas Juan yang membuat Nandra menatap tak percaya pada Juan.

"Lah serius lo! Gila banget. Ayo cepet ke kelas gue harus belajar nih. Abis kalo nilai gue rendah"

Juan memutar bola matanya malas "Ck, alah. lo mah gak belajar juga udah pinter kali gak usah sok lo bodoh lah"










Homesick [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang