"Akhirnya datang juga lo! udah lama gue ga liat lo beberapa hari ke mana aja?" Ucap Alvin
Di ketuai oleh alvin dan wakilnya jidan. Anak yang sangat suka membully anak-anak yang lemah. Kelakuan mereka selalu di abaikan oleh sekolah terutama alvin karena pemilik sekolah adalah ayah alvin. Rayan diam, setiap melihat mereka rasa takut muncul dalam dirinya. Mungkin karena kejadian waktu itu yang masih membekas dalam ingatannya. Kejadian yang tidak berakibat fatal namun membuatnya takut.
Entah apa yang lelaki muda itu perbuat pada rayan. Saat berada di sampingnya atau di dekatnya. Badannya akan gemetar. Alvin mendekat ke arah rayan memegang pundak anak itu "kayak lo agak kurusan" mereka berjalan menuju kelas tak lupa lelaki itu merangkulkan tangannya di pundak "ntar istirahat ke tempat biasa gue punya kejutan buat elo" pemuda ifu menepuk nepuk pundaknya "jangan takut"
Melihat rayan yang diam membuatnya sedikit kesal. Ia lalu mencengkram kuat bahunya "ya?" Tekannya pelan di dekat telinga
Suara itu tampak sangat menyeramkan "i-iya a-aku ak-akan ke san-na" ucapnya gemetar
Alvin membetulkan pakaian rayan yang tidak rapi "bagus! Anak pintar, sampe ketemu nanti rayan" ucapnya melambaikan tangan
Ia lalu mengkode temannya untuk bergerak dan pergi dari sana meninggalkan rayan serta banyak siswa yang menatap ke arahnya. Rayan masih diam, merasa ada satu orang yang belum juga pergi dari sana.
"Woi jidan ayo!" Jidan tersentak dan menatap rayan dengan teliti lalu pergi mengejar mereka.
"Gue kayak gak asing sama dia tapi siapa?" Monolognya
Nandra dan juan baru saja keluar dari ruang guru. Mereka berdua akan pergi menuju kantin yang penuh dengan siswa-siswi di sana membuat mereka berjalan pelan dan saling bercerita. Bukan, cuma juan saja karena nandra hanya mendengarkannya dan menatap lurus. Netra matanya menatap rayan yang berjalan tertunduk. Hal yang sudah biasa namun yang membuatnya aneh adalah ada anak buah alvin berjalan di belakang rayan.
Langkahnya terhenti, menatap pemuda itu sampai berbelok ke suatu tempat hingga tak terlihat.
"Ngapain dia ke sana?" Tanyanya dalam hati dan masih menatapnya
Juan yang melihat sahabatnya itu lantas mengikuti pandangan nandra ke arah belokan. Entah apa yang nandra lihat sepertinya tidak ada siapa-siapa di sana atau mungkin hantu?
"Nan!" Panggil juan, namun nandra masih sibuk menatap ke arah belokan itu. Cara satu satunya juan menepuk pundak sahabatnya itu barulah nandra tersadar dan menatap juan penuh kebingungan
"Hah? Apa?"
"Liat apa lo sampe segitunya?" Tanya juan penasaran
Nandra mengeleng "gak liat apa-apa" ucapnya, juan menatap sahabatnya itu penuh curiga. Dari nada bicaranya sudah tampak temannya ini berbohong
Merasa hawa di sana mulai aneh akan tatapan juan "e-ehh kita kan mau kantin. Yaudah ayo pergi ke buru bel masuk gue udah laper juga" nandra berjalan dahulu meninggalkan juan yang masih menatapnya bingung
Juan menatap punggung nandra yang mulai menjauh "Pasti ada sesuatu yang di sembunyiin sama dia, gak mungkin dia gak liat apa-apa tapi mukanya gelisah kaya gitu"
"Gue harus nyelidikin" gumamnya sebelum melangkah mengikuti nandra.
•Homesick•
"Datang juga akhirnya kok lama?" Ucapnya alvin melihat rayam yang baru saja sampai. Alvin menyuruh kedua anak buahnya untuk duduk membiarkan rayan yang berdiri menghadapnya dan menunduk memainkan tangannya gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick [END]
Jugendliteratur"Kau hanya pembawa sial. Aku menyesal mengadopsimu. Kau sama sekali tidak bisa diandalkan!!" Rayan pemuda yang beranjak dewasa. Anak kecil yang dulu bahagia bersama keluarga yang sayangnya bukan keluarga aslinya. Kehidupannya dulu penuh akan kasih s...