"CEPAT PANGGIL AMBULANS SEKARANG!" teriak salah satu orang yang menolong di sana. Kecelakaan itu terdengar cukup keras dan terjadi di saat saat jam masuk sekolah dan juga kantor.
Semua yang melihat itu terkejut. Beberapa dari mereka turun dari mobil dan membantu kecelakaan itu termasuk pejalan kaki yang memberikan air pada pemuda di sisi jalan.
"Kaya nya ada kecelakaan. Mau liat gak siapa?" Karena rasa penasaran nandra mengangguk ia dan juan turun dari mobil dan menghampiri lokasi kecelakaan itu
Juan bertanya pada salah satu orang di sana. Sedangkan nandra berjalan menuju lokasi tempat itu terjadi.
Ia terkejut, saat melihat bayangan sekilas rayan dimasukkan kedalam ambulans. Banyaknya darah di aspal dan juga seragamnya
"Apa itu dia? yang terjadi padanya?" batin nandra
Segera mobil ambulans itu pergi dari sana. Dengan beberapa orang yang rela ikut juga pengemudi tadi untuk bertanggung jawab atas kelalaian. Nandra juga sempat melihat seorang pemuda juga ikut dalam mobil tadi. Ia seperti mengenalnya tapi ia lupa. Melihat seragamnya ia tau pemuda itu bersekolah di tempat yang sama.
"Apa gue bilang papa aja soal ini?"
"Heh, jangan ngelamun gak baik. Lo tau gak kecelakaan tadi kata orang yang gue tanya namanya rayab adipta. Bukannya dia anak kelas sepuluh yang kita datengin waktu pulang sekolah. Lo inget gak?"
"Inget, dia anak pungut yang tinggal sama gue"
"Gak inget, yang mana?"
"Yang itu, dia bersihin lemari tapi karena latihan gak bisa bantu"
"Iya, gue tau"
"Oh yang itu, inget inget"
"Kasian orang tuanya pasti khawatir ngeliat kondisinya kaya gitu. Semoga aja dia baik baik aja"
"Tapi gue berharap dia ikut mama. Bagus lah bukannya itu jalan agar dia cepat mati"
"Iya, berdoa aja biar dia baik baik aja. Yaudah yok masuk sebelum gerbang ditutup"
Mereka berjalan berdampingan. Niat nandra hilang jika memberitahu ayahnya, biarkan ayahnya itu tau sendiri dan bilang saja ia tidak tau
Nandra lalu membawa mobilnya masuk. Karena ada polisi kerumunan itu mulai hilang.
PRANG
gelas yang renja pegang terjatuh di lantai menimbulkan suara cukup besar. Membuat razka berlari ke arah suara itu.
"Kenapa ren?" Tanya Razka, ia melihat serpihan gelas di bawah "lo ga papa?" Tanya menghampiri pemuda itu yang terdiam.
"gak papa, sorry..." ucapnya singkat
"Perasaan gue ga enak banget"
"Ren, ada yang luka ga?" renja menggeleng "yaudah gue aja yang bersihin lo duduk tenangin diri lo" renja memilih mengangguk, ia sedikit gelisah sejak pagi tadi.
"Apa gue nanya sama nandra, keadaan di sana?"
Karena melamun, ia tidak sadar kalau razka sudah berada di sampingnya dan memberikannya segelas air.
"Nih" renja menatap hasbi dan mengambilnya "makasih" razka mengangguk "kenapa lo?"
Renja meneguk air itu sampai habis "ga tau perasaan gue ga enak banget dari pagi, baik baik aja ga ya di sana?"
Razka mengangkat tangannya menandakan ia juga tidak tau. Renja menghela napas "ren, kalo lo udah tenang buang sampah ke depan ya, ga usah mikir yang aneh aneh. Kalo emang lo masih khawatir telpon aja adek lo"
Razka beranjak dari sana menuju kamarnya. Renja mendengus mendengarnya, walaupun ia kesal dengan sahabatnya ini. Tapi, mau gimana lagi?.
Ia berjalan meengambil kantong platik dari tong sampah dan berjalan ke luar rumah membuangnya di tong sampah besar di depan. Sebelum itu ia mengirimi pesan pada adiknya
Nandraa
|Na, di sana baik baik aja kan?
Razka keluar dari kamarnya dengan ponsel di tangannya, ia duduk di sofa depan berniat menonton berita di televisi.
Ting!
Pandangannya beralih saat terdengar notif balasan dari adik pemuda itu. dengan pesan yang muncul di layar ponsel sahabatnya itu. Pesan yang muncul membuat razka terkejut dan segera berlari menghampiri memanggil renja.
Nandraa
Baik baik aja|
Kayaknya tadi ga sengaja liat ray kecelakaan di bawa ke rumah sakit|lima orang yang masih menunggu di depan UGD. Pemuda yang di selamatkan gelisah dengan keadaan orang yang menolongnya. Ia tidak tau kejadiannya seperti apa karena yang ia tau dia sedang mendengarkan lagu dan berjalan begitu saja. Ia juga tidak melihat adanya mobil yang melintas tadi. Namun, tau tau ia langsung di dorong begitu saja. Jidan. pemuda itu semakin panik melihat dokter yang belum juga keluar.
Sekitar 30 menit kemudian, dokter keluar tersisa dia dan orang yang hampir menabraknya. Refleks ia berjalan mendekat ke dokter "apa anda temannya?"
Ia mengangguk "iya dok, bagaimana kondisinya?"
Dokter itu tersenyum lembut "dia baik baik saja, dia tadi kekurangan darah karena benturan di kepalanya beruntungnya stok golongan darahnya masih ada. Sekarang akan di pindahkan ke ruang inap"
Ia mengangguk paham "terimakasih dok" ujarnya, ia sedikit lega mendengar kondisi pemuda itu baik baik saja.
"Dek, kalo begitu saya ke administasinya dulu, saya akan tanggung jawab bayar pengobatannya"
Jidan mengangguk dan mempersilahkan pria itu pergi. Sambil menunggu suster membawanya ke ruang rawat ia berjalan menuju kantin rumah sakit membeli makanan.
Bersambung...
Sorry for typo's
Terpublikasi: 4 juni 2023
Revisi:-
KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick [END]
أدب المراهقين"Kau hanya pembawa sial. Aku menyesal mengadopsimu. Kau sama sekali tidak bisa diandalkan!!" Rayan pemuda yang beranjak dewasa. Anak kecil yang dulu bahagia bersama keluarga yang sayangnya bukan keluarga aslinya. Kehidupannya dulu penuh akan kasih s...