Kepalanya berdenyut kuat, perutnya kembali sakit. Dan sekarang darah mengalir dari hidung juga dahinya. Rasa sakit ini semua tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya mendengar penjelasan dari ayahnya. Dia paham kenapa dirinya di buang, pasti ada alasan sendiri. Dan kenapa semua orang merahasiakan ini padanya bahkan kakak kesayangannya.
Malam itu, rayan habiskan dengan melamun menatap langit-langit malam dengan suara hening yang tercipta di sana. Bolehkan dirinya beristirahat sebentar? Atau semua ini hanya mimpi, jika iya mimpi rayan ingin segera bangun tanpa memikirkan semua ini.
Namun sayangnya ini bukanlah mimpi. Ini adalah kenyataan yang harus rayan terima. Hanya menangis yang bisa rayan lakukan. Di dalam seorang diri, menerima semua cobaan dan kenyataan yang sebenarnya dalam satu hari.
Lalu apa lagi dengan besok? Apa dia akan mendapat berita baik atau buruk? Berita apa yang akan semesta bawa untuknya?
"Maaa... ray cape..."
"Ray pengen ikut mama....."
Ia lalu tertidur di malam yang dingin itu. Dengan menekuk lututnya
Rayan terbangun di tempat yang indah, deretan pohon berbaris di depannya. Jalanan berwarna merah karena daun yang gugur. Ia menatap sekeliling dengan takjub, belum pernah ia melihat tempat indah ini sebelumnya.
Saat asik melihat lihat, dari arah depan sebuah sinar yang terang membuatnya menutup matanya. Cahaya itu menyilaukan matanya hingga perlahan cahaya itu mulai menghilang. Rayan membuka matanya dan menatap ke arah datangnya cahaya putih itu.
"Mamaaaaa!!"
Rayan berteriak dan berlari mendekat ke arah mamanya. Ya, itu thalia mama yang rayan rindukan. Thalia tersenyum menatap putranya dengan tulus dan menyambut rayan dengan merentangkan tangan.
Rayan langsung memeluk thalia dengan erat, ia tidak mau melepas pelukan itu barang sebentar saja. Ia tidak mau mamanya pergi lagi. Tidak akan!"Anak mama udah besar ya" ucap thalia lembut ia mengelus rambut putranya itu.
"Mamaaaa, ray rindu sama mama. Kenapa mama pergi tinggalin ray. Ray takut ma. Mama jangan pergi lagi ya janji sama ray" rayan masih setia memeluk mamanya dengan isakan tangis.
Thalia melepas pelukan rayan dan menatapnya tak lupa senyuman yang membuat semua rindu dengan mamanya. Mamanya sangat cantik, pintar dan baik hati juga lemah lembut.
"Jangan nangis, lihat wajah kamu jadi jelek. Mama juga kangen ray. Maaf ya ray mama gak jaga kamu"
"Ray bahagia banget bisa ketemu mamaaa. Ma, kita pulang ya ketemu sama kak ren kak nana sama papa pasti mereka kangen juga. Kita sama sama lagi ma" thalia menggeleng
Rayan menangis dan thalia menepuk pundaknya untuk menengkannya "ray dunia kita berbeda. Mama bakal nunggu di sini nanti kita kumpul bareng-bareng. Sekarang ray pulang ya belum seharusnya ray ada di sini"
"Gak, ray mau di sini gak mau ke mana-mana. Ray mau sama mama"
"Ray masih banyak orang yang sayang sama kamu di sana. Kamu pulang ya?"
"Gak mau"
"Rayan kamu pulang ya. Coba kamu dengar ada orang yang memanggilmu. Mama akan menjagamu dari atas kamu tenang saja jangan takut ya"
Dengan segala bujukan akhirnya pemuda itu mengangguk pasrah dan sedih harus pergi meninggalkan mamanya di sini sendiri.
"Mama nanti kesepian kalo gak ada ray jadi ray di sini aja ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick [END]
Teen Fiction"Kau hanya pembawa sial. Aku menyesal mengadopsimu. Kau sama sekali tidak bisa diandalkan!!" Rayan pemuda yang beranjak dewasa. Anak kecil yang dulu bahagia bersama keluarga yang sayangnya bukan keluarga aslinya. Kehidupannya dulu penuh akan kasih s...