Tiga hari telah berlalu kedua kakak adik itu bersenang senang melepas rindu. Keadaan rayan juga membaik dan sebelum besok renja pulang ke China. Renja mengajak rayan ke makam sang bunda. Ini adalah hari terakhirnya sebelum ia berangkat dan juga bisa bersama adiknya sebelum ayahnya itu pulang besok.
Sekarang rayan sudah siap pergi bersama renja, hari peringatan mama thalia yang meninggal karenanya. Ya setiap hari ini tiba, rayan selalu menyalahkan dirinya atas kesalahan dulu. Dari pintu kakaknya itu keluar dengan pakaian rapi berjalan menuruni tangga. Mata mereka bertemu
Dengan sedikit keberanian rayan membuka suara "kak Na..."
Nandra menghentikan langkahnya dan menatap rayan dingin "apa?"
"Kak na mau ke mana?"
Nandra menatap dingin "bukan urusan lo gue mau ke mana! Urus diri lo sendiri brengsek! jangan ganggu!"
Sudah biasa bagi rayan mendengar umpatan dari sang kakak, ia hanya membalas dengan senyuman
"Kak ayo kita pergi ke makam mama" ajak rayanNandra menatap malas pada pemuda itu "Yang membuat mama meninggalkan kan lo bukan gue lagian itu juga bukan mama lo jadi lo bisa diem dan ga usah manggil dengan sebutan itu! Lo juga bukan anak dia" Nandra menekan ucapannya
Rayan mengerutkan keningnya "maksudnya apa?"
Nandra memutar matanya malas "pikir aja sendiri, sana jauh jauh dari gue!"usir nandra "pagi pagi sudah menganggu aja" Ia lalu pergi meninggalkan reksa sendiri di sana dengan bertanya pada dirinya sendiri
"Maksud kak nana aku bukan anak mama apa ya?" Monolognya
"Ren jaga nana sama rayan ya. Kamu anak hebat mama yakin kamu bisa jaga mereka kaya mama jaga kamu"
"Jangan salahin rayan, semua itu udah takdir dari tuhan kita gak bisa nentuin. Mama memang menyelamatkan rayan atas kejadian itu walau dia bukan anak mama tapi mama udah sayang sama dia"
"Kamu harus terima dia seperti adik kamu sendiri. Jangan membeda bedakan. Mama percaya pada kamu renja...."
Hari ini cuaca sedikit mendung, mereka berdua berjalan mencari bunga kesukaan mamanya. Mereka tidak memakai kendaraan karena rayan ingin berjalan mau tidak mau renja menurutinya. Di perjalanan rayan menatap kakaknya sesekali seakan ingin bertanya namun takut. Renja yang menyadari itu membuka suara "kenapa?
Rayan menggeleng dan menunduk "ngomong aja kalo mau ngomong" sambungnya
Kemudian rayan menatap kakaknya dari belakang "kak.." terdengar deheman membuatnya melajutkan ucapanya "rayan anak mama kan?" Tanyanya penasaran
Renja menghentikan langkahnya dan berbalik menatap mata adiknya yang tertunduk "Kenapa ray nanya gitu? Bukannya ray tau kalo ray anak mama"
Rayan masih menunduk "maaf kak.."
Renja bergumam dalam hati "Maafin kakak ray, maaf kakak bohong sama kamu. Ini juga untuk kebaikanmu, suatu saat kamu bakal tau"
Renja tersenyum dan mengenggam tangan adiknya itu "Udah jangan di bahas, sekarang kita pergi cari bunga nanti langsung ke makam mama. Harus cepet pulang takutnya hujan". Rayan mengangguk sebagai jawaban. Sesampainya di sana mereka langsung menuju tempat makam sang ibu. Menaruh bunga di depan foto cantik sang bunda. Rayan mengelus foto itu.
"Hai ma... apa kabar?" Ia masih setia menelus foto itu "Mama ray sama kak ren dateng. mama bahagia kan di sana? Mama gak kesepian kan? Maaf ya ma ray jarang ke rumah mama" ucapnya sendu
"Mama jangan khawatirin ray di sini ya...ray baik-baik aja, ada kak ren, kak nana sama papa yang jagain ray. Ray bahagia banget"
"Maafin ray belum jadi anak yang baik buat mama sama papa. Belum bisa membanggakan papa sama mama"
Renja menepuk pundak rayan memberi penyemangat saat mendengar suara lirih mulai terdengar dari adiknya itu. Ray berdiri memberi ruang untuk renja bersama mamanya "Ma ini renja, maaf renja baru datang. Mama tenang aja ya, ray, nana sama papa baik baik aja mama gak usah khawatir. Tapi maafin renja karena belum bisa jaga ray"
"Tapi renja janji nanti habis selesai sekolah renja bakal jagain adik adik ren seperti janji ren sama mama. Mama percayakan sama ren?"
Angin mulai berhembus kuat, banyak daun berterbangan karena tiupan angin dan mulai turun rintik-rintik air dari atas. Renja berdiri menghadap ke belakang adiknya yang tertunduk sepertinya akan menangis. Dia lalu mengenggam tangan adiknya dengan erat
"kita pulang sebelum hujan turun"Mereka berdua pergi dari sana tanpa tau satu orang bersembunyi di pohon besar di sana dengan bunga lily di tangannya.
Hujan mulai reda setelah satu jam. Semua basah oleh air yang jatuh. Renja dan rayan memilih berteduh di bawah halte bus menunggu hingga hujan reda karena renja lupa membawa payung tadi berakhir mereka harus menunggu. Mereka melanjutkan perjalanan dengan masih rintik rintik hujan. Lantas rayan teringat akan pertandingan kakaknya yang di adakan hari ini. Ia berhenti membuat renja ikut berhenti dan menatap adiknya bingung.
"Ada ap-"
"Kak hari ini bukannya kak nana tanding?" Ucapnya memotong ucapan dari kakaknya itu. Renja menepuk jidatnya
Kenapa ia bisa lupa dengan hari ini? Itulah pikirnya
"Ah iya kakak lupa, kau tau tempat bertandingnya?" Tanya renja
Rayan mengangguk "kalo ga salah di dekat sekolahku kak. Waktu itu aku lihat di papan informasi"
"Ya udah ayo ke sana kita semangatin nana" ucap renja semangat. Rayan mangangguk antusias baru pertama kalinya ia bisa melihat kakaknya itu bertanding. Karena rayan sangat suka dengan olahraga satu ini. Mereka berjalan dengan penuh semangat menuju lapangan lomba sang kakak.
"Nandra lo lama banget sih abis dari mana aja?" Tanya juan yang melihat nandra baru saja datang dan langsung duduk tanpa mengganti baju.
"Ke makam mama"
Juan mengangguk "cepat ganti baju 20 menit lagi kita tanding" setelah mengatakan itu juan lantas pergi dengan beberapa baju di tangannya sepertinya anak itu sedang sibuk apalagi dia kaptennya. Nandra mengangguk sebagai balasan. Tak langsung mengangganti ia malah melamun. Tidak tau apa yang ia lamunkan padahal sebentar lagi akan bertanding. Setelah lima menit di habiskan dengan melamun ia kemudian bangkit dari duduknya untuk mengganti baju dan bersiap. Karena tuntutan kerjaan ayahnya tidak bisa datang seperti apa yang di janjikannya waktu itu, nandra hanya bisa menghela napas. Pertandingannya hari ini dan ayahkan pulang besok bersamaan dengan kembalinya renja ke China.
Renja dan rayan sudah duduk di bagian depan lapangan. Banyak sekali yang datang sampai tidak ada tempat, untung saja renja sudah mendapatkannya sebelum mereka
"Ini terlalu dekat, apa ini tidak apa apa?" Tanya rayan gelisah
"Kamu takut di marah nandra karena terlalu dekat dengannya iya? Tenang ada kakak di sini" ucap renja santai
Rayan tidak takut dengan kakaknya, hanya saja ini sangat dekat jika kakaknya tau ia datang bukannya akan semakin bahaya untuk kakaknya? Itulah sebabnya rayan gelisah
Rayan mengeleng kuat "ray gak takut, ray takut s-sama...bo..-la ah iya bola. Nanti kalo kita deket dekat gini bola bisa kena kita" dengan sedikit kegugupan rayan membuat alasan yang masuk akal. Dia berusaha bersikap santai namun kecemasannya tetap dan renja tau adiknya sedang berbohong. Ia memilih diam mengikuti alur adiknya itu berpura pura percaya saja.
"Tidak apa nanti kakak yang akan melindungimu jika terkena bola"
Bersambung...
Sorry for typo's
Terpublikasi: jum'at 9 juni 2023
Revisi:-
![](https://img.wattpad.com/cover/312988694-288-k915868.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick [END]
Fiksi Remaja"Kau hanya pembawa sial. Aku menyesal mengadopsimu. Kau sama sekali tidak bisa diandalkan!!" Rayan pemuda yang beranjak dewasa. Anak kecil yang dulu bahagia bersama keluarga yang sayangnya bukan keluarga aslinya. Kehidupannya dulu penuh akan kasih s...