Sesuai rencana nandra dan renja sudah bersiap dengan pakaian rapi mereka akan pergi bersama razka dan jidan hari ini. Tugas nandra sekarang memilihkan baju untuk rayan sedangkan renja. Rayan hanya diam, melihat kakak keduanya yang sangat sibuk mencari baju yang pas, entah dia bingung namun tidak mau bertanya membuatnya hanya fokus melihat dan memakan buah apel di tangannya.
Ayahnya? Ntahlah saat mereka kemarin pulamh pria itu tidak ada di rumah, mobilnya juga tidak ada hanya mereka.
"Akhirnya dapet juga" teriaknya senang ia menepatkan baju itu ke arah badan rayan "gimana bagus kan ray?" Tanyanya
Rayan mengangguk sebagai jawaban, saat ia akan membuka mulut, nandra sudah mengoceh tanpa henti padanya membuatnya urungkan. Melihat kakaknya yang super sibuk ia tersenyum senang. Itu tak luput dari pandangan rayan.
"Ada apa sih kok kayak seneng banget?" Tanya rayan penasaran
Mereka berdua menatap rayan "siap siap ya kamu, pake baju yang udah di pilihin sama nandra"
Rayan semakin bingung "emangnya mau ke mana? Kan ray udah nolak buat terapi kemarin"
Renja menggeleng "ga ini bukan terapi, kita mau jalan-jalan kamu mau kan?" Rayan kegiatannya memakan apel. Ia menatap kakaknya serius "ini beneran kak? Ga bohong kan? Asik jalan-jalan lagi!" Ucapnya bersemangat
Mereka berdua mengangguk dan tersenyum "iya dong, ya udah kamu siap siap oke"
"Oke!"
Sekitar tiga puluh menit mereka sampai, nandra turun bersama rayan. Memegang anak itu agar tidak jatuh, dengan jaket yang di berikan kakaknya lumayan tebal membuatnya kepanasan. Mungkin sinar matahari mempengaruhinya, renja melirik jam tangannya pukul sembilan pagi.
Mereka berjalan berdampingan, menikmati hari libur, mereka bersenang-senang. Di sana sudah banyak orang-orang berdatangan, terutama anak kecil yang di ajak orang tuanya bermain di sini.
Mereka duduk di salah satu bangku di sana sambil menunggu razka dan jidan. Nandra berdiri membuat rayan menyerit bingung "mau ke mana kak?" Tanyanya
Nandra hanya tersenyum dan pergi dari sana tanpa menjawab rayan. Dia pergi untuk membeli jajanan untuk adiknya.
"WOI REN!" teriak razka melambaikan tangannya
Renja membalas lambaian itu, sedangkan jidan yang melihat adanya rayan agak ragu untuk menghampirinya. Ia masih merasa bersalah atas perbuatannya selama ini walaupun pemuda itu sudah memaafkan.
"Bang" panggilnya
Jidan menghentikan langkahnya membuat razka yang berada di sampingnya juga ikut berhenti, kakaknya itu tau semua tentang adiknya. Jidan memberitahunya saat mereka di traktir makan.
Razka berbalik dan menepuk pundak jidan "udah jangan di pikirin dari pada lo mikir gitu baiknya lo ajak dia main berdua, ntar biar gue yang ajak nandra sama renja pergi tapi lo jangan sakitin dia lagi"
Jidan menggeleng kuat "ga bang, gue ga bakalan nyakitin dia!" Razka tersenyum "nah sekarang kita ke sana"
Jidan tersenyum ia mengikuti langkah sang kakak hingga berhenti di tempat mereka
"Udah lama lo?" Tanya razka
Renja menggeleng "ga baru bentar" razka mengangguk. "Mana si nandra?" Tanyanya
Renjanya mengangkat bahunya tidak tau "entah tadi pergi gitu aja" razka mengangguk, ia lantas menarik tangan renja "nyari dia yok ada yang mau gue omongin juga sama lo"
Renja menatap rayan dan mendapat anggukan dari pemuda itu membuatnya menghela napas pelan "yaudah ayok kamu tunggu di sini ya ray nanti kakak ke sini" rayan mengangguk
KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick [END]
Roman pour Adolescents"Kau hanya pembawa sial. Aku menyesal mengadopsimu. Kau sama sekali tidak bisa diandalkan!!" Rayan pemuda yang beranjak dewasa. Anak kecil yang dulu bahagia bersama keluarga yang sayangnya bukan keluarga aslinya. Kehidupannya dulu penuh akan kasih s...