Eps 14 sorry rayan

440 48 0
                                    

Jidan bersemangat saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Dengan perasaan senang ia berlari menghampiri mereka yang baru saja turun dari mobil di sambut dengan senyuman yang tak hilang dari pagi ini.

"Ayah!...bunda!..."

Sifat jidan selaku anak bungsu membuatnya sangat manja dengan kedua orang tuanya. Tak heran mereka berdua selalu bertengkar karena hal yang sepele. Namun, ayah juga bunda mereka sudah terbiasa dengan itu. Jidan sangat jarang bertemu orang tuanya. Sedari kecil berumur sebelas tahun dia sudah pindah ke rumah kakek dan neneknya di kota lain, hidup terpisah oleh kakaknya dan jauh dari mereka bertiga. Tak heran jika di umurnya yang sudah mengijak dewasa jidan masih bertingkah layaknya anak umur sepuluh tahun yang masih ingin di manja. Hal itu biasa dan razka memahaminya.

"Ji kangen tau sama ayah bunda" jidan masih memeluk erat sang mama.

"Bunda juga kangen sama jidan. Kamu baik baik aja kan di sini selama ayah sama bunda gak ada?" Perlahan pelukan itu terlepas dan jidan mulai mengambil koper dan tas mamanya dari dalam mobil.

"Iya dong baik-baik aja nda"ucapnya senyum dan di balas dengan senyuman dan cubitan di pipinya oleh sang mama. Jidan menatap ke sana ke sini mencari seseorang yang tak tampak, ayahnya sudah masuk dan sekarang tidak ada siapa-siapa di dalam mobil. Melihat jidan mamanya mengerti lalu mengusak rambut anaknya gemas.

"Cari abang ya? Tadi abang kamu pergi sama temennya. Telpon aja" jidan mengangguk dan mengajak mamanya untuk masuk dalam.

Selesai mandi jidan berbaring di kasurnya, bermain game untuk menghilangkan kebosanannya. Ia tidak mempedulikan soal mereka untuk berkumpul sekarang. Ia Sedang malas untuk pergi keluar.

"Ji turun kita makan!" Teriak mamanya dari bawah. Jidan yang mendengar itu lantas teriakan juga

"Iya ma bentar lagi!!"

Selesai bermain dan hendak turun. Ia menelpon kakaknya razka, sudah hampir dua jam belum pulang. Selama itu kah kakaknya jika bermain, karena ia tidak pernah tau kakaknya.
Nomor itu berdering dan tak lama tersambung terdengar suara dari sebrang.

"Kenapa ji?"

"Kak lo ada di mana? Kok belum pulang ayah sama bunda nyariin"

"ada di rumah sak-"

Jidan mengerutkan keningnya bingung, bukannya tadi kata mamanya dia pergi ke rumah temannya kenapa bisa sampai rumah sakit "ngapain ke sana, sakit?"

"Ga, nemenin temen adeknya pingsan"

"Teman yang mana? Seinget gue kan gak punya temen di sini lo bang"

"Renja, temen yang sering gue ceritain sama lo. Dia kayanya seumuran sama lo deh, di liat-liat lo satu sekolah, namanya rayan adipta, lo kenal?"

Jidan terdiam, rayan yang di maksud bukan dia kan? Bukan anak itu kan. Tapi di sekolahnya yang bernama rayan hanya dia. Melamun membayangkan bahwa itu bukan lah orang yang sama dengan apa yang di pikirkannya

"Jii..."

Panggilan dari sebrang membuatnya tersadar dari acara melamunnya dan juga keterkejutannya dengan cepat ia membalas dengan nada sebisa mungkin tidak terdengar ragu.

"o-oh gak kenal gue bang. G-gue pernah dengar namanya tapi gak kenal orangnya karena beda kelas" terdengar deheman dari sebrang dan tak ingin lama lama membahas hal yang sedikit sensitif itu jidan memilih memutuskan hubungan

"Oh gitu...yaudah gue tutup, mungkin pulangnya sore atau malem. Bilang sama ayah sama bunda"

"Hmm"

Homesick [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang