Eps 12 illnes

377 46 2
                                    

"Bangun bodoh!!" Jidan mendekat ke rayan matahari kini menunjukan cahaya jingga yang artinya siswa-siswi sudah pulang dari tadi. Ya jidan benar-benar berada di sana mengamati pemuda yang pingsan itu. Ia tadi mencari informasi tentangnya. Sekaligus mendapat kabar bahwa kakaknya yang berada di China akan pulang besok. Melihat rayan yang masih meringkuk di sana tidak bergerak membuat jidan takut apakah anak itu masih hidup atau sudah mati.

Tidak. Jidan tidak mau menjadi tersangka jika dia mati. Ia tidak pernah melewati batas kecuali teman sepergengnya itu yang memperlakukan dengan kasar. Juga setiap melihat wajahnya, ia merasa bersalah apalagi karena waktu itu dia yang menyelamatkannya. Rayan masih tidak bangun, dengan santai jidan pergi dari sana mengambil seember air dan kembali ke markas di mana rayan berada.

BYUR!

Air itu ia tumbahkan ke badan rayan, membuat lelaki itu tersadar dan terbatuk-batuk. Ia meringis karena air itu mengenai luka-lukanya. Bajunya basah dan banyak yang sobek, sepertinya ia akan segera menjahitnya sebelum yang lain mengetahuinya. Jika ketahuan juga, mereka tidak akan peduli. Rayan mengiggil kedinginan, sementara jidan bersenyum senang. Melihat keadaannya, ingatan tentang rayan menolongnya ia buang jauh-jauh, ia merasa tubuhnya kotor karena di dorong anak ini.

"J-ji-jidann..." lirih rayan sangat pelan namun jidan masih mendengarnya dan mencoba mengabaikan.

"Enak banget ya lo tidur!" Seru jidan. Rayan menatap jidan sendu. Air mata mulai membasahi pipinya tapi tersamarkan dengan basah di tubuhnya. Tubuhnya kembali gemetar bukan main dan lagi perutnya kembali sakit

"Setiap gue liat lo bawaanya gue selalu pengen bunuh lo. Bahagia banget ya karena nyelamatin gue dan dapat perhatian lebih dari sekolah!" Rayan mengeleng lemah

"Ji-jidan aku g-ga pernah mikir gitu, a-aku memang mau nyelamatin k-kamu waktu itu"

"Halah, alasan!" Bentak jidan "asal lo tau, gue awalnya mau minta maaf sama lo. Tapi karena ayah gue yang nyalahin gue terus gegara lo, gue makin benci sama lo!" Bentak jidan

Ember itu di buang ke sembarang arah, dan jidan mendekat ke arah rayan. Membuat rayan memundurkan langkahnya dengan badan gemetar. Rasa sakit di perutnya ia foba abaikan.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

BRAK!

tanpa basa-basi, rayan memukul, menginjak dan menendang tubuh kecil itu membuat rayan meringis dan memohon ampun. Namun, bukanlah kalian tau seorang jidan keylani? Anak yang tidak akan berhenti melakukan kekerasaan itu sebelum ia puas. Tidak heran jika dia di katakan gila. Ya, gila karena kelakuannya.

"J-jidan maafin aku..."

"Ampun ji...a-aku minta maaf Akhh!"

Tanpa ampun jidan terus memukul dan menedang. Menulikan pendengarannya yang terus meminta ampun untuk di bebaskan. Rasa benci jidan pada rayan sudah di level tinggi, padahal pemuda itu tidak salah sama sekali.

Semesta memberinya cobaan lagi agar rayan kuat menerimanya, kapan semua ini akan selesai dan rayan bisa bahagia?Apa boleh dia menyerah dengan ujian ini?

BUGH!

"Akhhh....."

Tendangan tepat di ulu hatinya membuat badannya seperti tersentrum. Seakan seluruh tubuhnya tidak dapat di gerakan. Sakit kembali menyerang setelah beberapa menit. Sedangkan jidan setelah puas dan melihat keadaan rayan yang menurutnya pantas memilih pergi meninggalkan pemuda itu yang tergeletak di lantai dengan banyak darah di badan dan bajunya.

Homesick [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang