"Kak ren"
"Hmm"
"Aku kangen sama mama"
"Iya sama, kakak juga kangen"
"Udah jangan di bahas, lebih baik kita makan aja. Kamu pasti laper belum makan, kita ajak razka sama jidan makan bareng. Nanti biar kakak yang bayar"
"Oh di traktir nih"
"Ya bisa di bilang begitu"
"Asikk!! Tapi kenapa harus ada jidan"
Renja menyerit bingung "kamu kenapa sih ga suka sama dia padahal dia baik loh" ucap sang kakak
Nandra berdecih "cih, baik apanya tukang bully" monolognya
Nandra menggeleng "enggak kok, ga jadi ajak aja biar seru"
Nandra mengambil ponselnya lalu menelpon razka."Halo"
"Paan ganggu aja"
"Bang sini buru di traktir sama kak ren sama ajak adek lo sekalian kita tunggu"
"Hah apaan? Gak salah denger kan gue? Seorang Renja aditya mau traktir! Berita besar nih wee"
"Bang alaynya udahan malu gue bang"
"Udah valid kan nih, kaga ada boongan kan?, gue langsung cus otw nih"
"Jangan lupa adek lo!"
Nandra mematikan sambungan itu sepihak sebelum razka selesai berbicara.
"Nemu di mana sih punya temen kaya gitu kak, ga ada niatan buang dia gitu"
Renja tersenyum, mereka melanjutkan langlahnya kembali. Hari ini rayan di perbolehkan pulang, tidak. Keinginan pemuda itu untuk pulang, walaupun sudah di larang sekeras apapun dia tetap pada pilihannya. Karena itulah rayan sekarang di periksa oleh dokter sebelum pulang.
"Pernah sih, ada niatan buat ninggalin tapi kasian nanti dia gak ada temen buat ngabisin makanan"
"Hahahahahha bener banget"
Drtttt drtttt
"Siapa ren?" Tanya razka saat mereka sedang asik makan.
Terpampang nama ayahnya di sana yang menelpon dirinya. Dengan malas renja menatapnya tanpa ada niat menjawab."Biarin aja" dan melanjutkan makannya, namun lagi dan lagi ponsel itu terus bergetar membuat renja geram dan mengangkatnya dengan wajah kesal.
"Temen lo serem juga bang" bisik jidan pada razka. Pemuda itu mengangguk sebagai jawaban
"Anjir bisik bisik aja lo berdua, heh ji dari pada ngebisikin abang lo sono makan abisin"
"Siapa lo nyuruh nyuruh gue"
"Gue yang ngajak elo ya tanya abang lo tuh"
Tak lama setelah panggilan itu, renja mengambil jaketnya dan pergi dari sana membuat tanda tanya besar pada mereka. Melihat itu, nandra lantas ikut pergi dari sana dan meletakkan uang di atas meja dan di ambil razka.
"Abisin aja, kalo mau pesen lagi silahkan gue cabut ngikutin dia takut ada apa apa" razka mengangguk
"Hati hati!" Teriak razka dan di angguki nandra.
Nandra lantas berlari menyusul renja. Sedangkan razka dan jidan menatap mereka dengan wajah bingung dan tak lama sadar dengan apa yang di katakan nandra.
"Yaudah, yang penting di traktir. Mumpung masih laper"
"Terus temen lo bang?"
"Biarin udah besar juga"
KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick [END]
Teen Fiction"Kau hanya pembawa sial. Aku menyesal mengadopsimu. Kau sama sekali tidak bisa diandalkan!!" Rayan pemuda yang beranjak dewasa. Anak kecil yang dulu bahagia bersama keluarga yang sayangnya bukan keluarga aslinya. Kehidupannya dulu penuh akan kasih s...