Semakin hari hubungan mereka mulai membaik, renja tidak marah lagi dengan nandra, dia juga sudah mulai sayang dengan rayan seperti dulu kecil. Renja bersyukur melihat hal itu, cuma masih ada satu orang yang masih membencinya siapa lagi kalau bukan ayahnya. Mendapat kabar bahwa rayan sakit bukannya khawatir dengan kondisinya dia malah marah-marah dan hampir menampar pemuda itu di rumah sakit. Untung saja di sana ada nandra yang dapat mencegah dan menyuruh sang ayah untuk pergi.
Kondisi rayan berangsur-angsur membaik, kabar ini yang selalu mereka tunggu, walau rayan juga nanda tahu sisa umur pemuda itu tidak lama lagi. Tapi rayan bahagia mendapat kasih sayang yang ia idam-idamkan dari dulu. Selama ini juga renja berusaha mencari kedua orang tua anak itu agar mereka di pertemukan. Mau bagaimanapun mereka keluarga asli rayan.
Nandra belum memberikan kertas hasil pemeriksaan pada renja, takut kakaknya itu akan drop kembali seperti waktu itu karena kelelahan dan harus di rawat. Di sanalah nandra menemani mereka menjadi saudara yang saling menguatkan. Rayan mengetahui waktu pembicaraan intens mereka saat sang kakak pulang untuk mengambil beberapa pakaian. Rayan memohon untuk merahasiakannya walau dia tau lambat laun semua itu akan terbongkar. Rayan sudah boleh keliling kamar sendiri namun jika mengalami hal serupa ia harus memanggil dokter dan harus kembali meminum obatnya dan tidur sesuai perintah dokter.
Nandra duduk menatap ke layar ponsel terpampang hari ulang tahun kakaknya. Jarak ulang tahun mereka hanya berbeda tujuh hari saja. Dalam bulan yang sama "hari ini kak ren ulang tahun ya?" Tanya nandra pada rayan
"Ini tanggal berapa kak?"
Nandra memberikan ponselnya pada rayan agar anak itu melihatnya "aduh kenapa rayan lupa kalo hari ini kak ren ulang tahun. Jadi gimana ni kak"
"Gimana apanya?"
"Kita buat kejutan buat kak ren tapi ray belum bisa pulang jadi gimana caranya kak na tau gak?"
Mereka berdua mulai berpikir bagaimana caranya memberi kejutan untuk sang kakak. Tak butuh waktu lama nandra menjentikkan jarinya yang membuat rayan tersadar dan menatapnya.
"Kita bikin di sini aja gimana? Nanti kita minta tolong sama bang razka buat halang-halangin kak ren dulu"
"Boleh juga kak"
"Tapi kamu gak sakit apa-apa kan?"
Rayan mengangguk "ray baik-baik aja kok, gak ada yang sakit jadi jangan khawatir"
"Oke kalo gitu kakak pergi dulu ya, nanti kakak bilang sama suster buat jaga kamu"
"Iya iya kak, gak papa"
Nandra mengambil jaketnya dan pergi untuk membeli beberapa dekor sederhana. Sekaligus membeli kue, di dalam mobil nandra menghubungi seseorang tak lama panggilan itu terhubung.
"Bang ada di mana?"
"Di rumah, kenapa na"
"Lo inget hari ini kan bang?"
"Hari ini kan hari rabu gak ada tanggal merah, jangan bertele-tele. Bingung gue"
"Beneran gak inget, hari ini ulang tahun kak ren-"
"HAH APA?? BENERAN KOK GUE LUPA!"
seketika telpon itu di jauhkan karena teriakan razka yang amat keras, untung sudah di mobil.
"Jangan teriak-teriak juga lah bang, sakit ni telinga"
"Hehe iya maaf"
"Bang, gue sama ray punya rencana buat bikin kejutan buat dia. Gue minta tolong sama lo bang buat halangin kak ren sementara kita dekor di rumah sakit kamar ray. Ini gue sekarang mau pergi buat beli dekor sama kuenya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Homesick [END]
Fiksi Remaja"Kau hanya pembawa sial. Aku menyesal mengadopsimu. Kau sama sekali tidak bisa diandalkan!!" Rayan pemuda yang beranjak dewasa. Anak kecil yang dulu bahagia bersama keluarga yang sayangnya bukan keluarga aslinya. Kehidupannya dulu penuh akan kasih s...