"Kak!"
Mark tersentak saat suara lengking Jaemin membuatnya tersadar.
"Ah, maaf," sesal Mark lalu kembali menggerakkan pinggulnya perlahan.
Jaemin menggeram. Ia mengeluarkan penis Mark yang ada di lubangnya dengan paksa. Kejantanannya juga sudah tidak sekeras tadi membuat Jaemin semakin kesal. Entah apa yang dipikirkan Mark akhir-akhir ini, ia menjadi lebih sering melamun. Saat makan, saat berbicara, bahkan Mark mendadak menjadi tidak banyak bicara setelah kepulangannya dari jalan-jalan bersama Jeno. Jaemin mencurigai Jeno, tapi Jeno sendiri tampaknya tidak tahu apa-apa dengan kondisi terbaru kakaknya sendiri. Beberapa kali Jaemin memergoki Jeno sedang memarahi Mark sebab perkataannya tidak ditanggapi.
Objek yang sedang dipikirkan Jaemin itu terdengar menghembuskan nafasnya perlahan lalu menidurkan dirinya di samping Jaemin, mendekap erat kekasihnya itu.
"Maaf."
"Terserah," balas Jaemin, perasaan-nya sudah terlanjur memburuk.
"Akhir-akhir ini kakak suka pusing mikirin kamu," kata Mark.
"Mikirin aku? Emangnya aku kenapa?" Alis Jaemin berkerut heran, ia tidak ingat kalau ia pernah membuat masalah.
"Kita ngga apa-apa ngelakuin hal begini walaupun status kita belum jadi pasangan resmi?" tanya Mark, intonasi nada-nya mendadak berubah menjadi serius.
"Ya gak apa-apa, lagian kita juga bakal nikah nanti."
"Kalo misalkan ngga?"
Jaemin mendelik, "Apaan, sih? Jangan bikin aku marah, ya! Ngomong kayak gitu."
Mark mendekap kekasihnya lebih erat.
"Harusnya dari awal kalo kakak sayang sama kamu, kakak ngga bakal rusak kamu," lirih Mark, suaranya teredam karena ia berbicara di dada Jaemin.
"Nggak ada yang rusak disini, oke? Aku mau, kakak juga mau. Kita sama-sama mau ngelakuin ini," bantah Jaemin.
"Hm."
"Lagian kenapa tiba-tiba mikir gitu, sih?'
"Kenapa, ya? Gatau juga."
Jaemin itu bukan orang yang dewasa dalam menghadapi suatu hubungan. Mark adalah kekasih pertamanya setelah ia dengan angkuhnya menolak semua lelaki yang menyukainya dengan berbagai alasan. Ditambah dari latar belakang keluarga-nya yang sempurna, membuat Jaemin tumbuh menjadi anak manja dan memiliki perilaku yang kurang baik.
Makanya, ketika mendapati hubungan mereka bermasalah seperti ini, Jaemin tidak tahu apa yang harus dilakukan dan malah memojokkan Mark yang keadaan-nya sedang tidak baik-baik saja.
"Kakak bakal nikahin aku, kan?"
Mark tidak menjawab.
"Kak?"
Jaemin masih tidak mendapat jawaban.
"Jawab aku, kak."
"Kak.. aku sayang banget sama kakak," ujar Jaemin, nada-nya memelan.
Mark juga tidak kunjung memberikan jawaban.
"Aku gapernah ngebayangin gimana hidup aku nanti tanpa kakak," badan Jaemin mulai bergetar karena terisak, "Aku se-sayang itu sama kakak. Jangan tinggalin aku, kak. Orangtua aku udah setuju sama hubungan kita. Kak, tolong jangan tinggalin aku."
Tidak pernah Jaemin sangka, bahu Mark ikut bergetar setelah ia menyelesaikan penuturannya. Sepertinya pria yang lebih tua darinya itu juga ikut menangis.
"Kakak beneran mau ninggalin aku sendirian? Aku mending mati aja kalo begitu..."
Mark masih tidak menjawab.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cottage (Nomin)
FanfictionBerpacaran selama setengah tahun dengan Mark, Jaemin hanya tidak menyangka bahwa Mark akan tega membuangnya ke sebuah pondok di tengah hutan bersama Jeno yang merupakan adik kandungnya. ⚠️: mengandung kata-kata kasar, adegan yang tidak diperuntukkan...