Jam menunjukkan pukul 8 pagi, tapi Cyra dan juga Gitvin masih sama-sama tertidur pulas dibalik selimut yang saling berhadapan. Cyra sebenarnya sudah terbangun tadi subuh, namun mengingat hari minggu ia pun tak ada kegiatan, jadinya lanjut tertidur sampe sekarang.
Sebelum bel rumah berbunyi mengangetkan Cyra yang langsung terbangun. Wajahnya nampak kesal mendengar bel yang terus-menerus di tekan, sepertinya tamu di luar sanah bukan orang yang sabaran.
Kepala Cyra menoleh pada Gitvin ketika tangannya dipegang oleh lelaki itu. Gitvin yang sama bingungnya mendengar bel berbunyi tanpa henti ikut duduk.
“Biar saya yang samperin, kamu cuci muka dulu.”
Cyra yang perasan langsung meraba-raba sisi bibirnya takut-takut ada sisa kerak pulau-pulau yang ia buat, namun tidak ada.
Melihat tingkah gadis itu membuat Gitvin terkekeh pelan, lalu turun dari atas ranjang, dan keluar dari kamar meninggalkan Cyra di dalam kamar.
Sebelum ikut menyusul Gitvin, Cyra pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka dan juga membuka gorden jendela.
Sedangkan Gitvin tengah berdiri di depan pintu luar tidak ada suara lagi bel yang ditekan. Saat membuka pintu, tidak ada siapa-siapa, tetapi saat kepalanya menunduk ke bawah lelaki itu terkejut melihat seorang anak kecil yang tengah duduk anteng dan disampingnya tas besar berwarna biru.

“Siapa yang dateng—OMO!” Cyra menutup mulutnya ketika melihat anak kecil di bawah sama terkejutnya dengan Gitvin.
Gitvin berjongkok pelan, matanya tak lepas menatap anak kecil itu yang tengah anteng dengan dot nya. Cyra ikut berjongkok seraya memegang pundak Gitvin, anak kecil yang masih polos itu hanya menatap Gitvin dan Cyra, lalu tersenyum sambil mengangkat tangannya seolah meminta di gendong.
“Ini bayi beneran?” tanya Gitvin tak percaya.
Tiba-tiba Gitvin berdiri dan langsung berlari ke arah gerbang yang terbuka entah sejak kapan, ia yakin sendari tadi ada orang yang memperhatikan mereka. Sedang Cyra masih berjongkok dan mendekati anak kecil itu.
Cyra yakin pasti orang menekan bel tadi yang menaruh bayi ini di depan rumah mereka. Matanya bergantian melihat ke arah pagar rumah yang terbuka.
Mendadak bingung apa yang harus ia lakukan selain melihat bayi di hadapannya, Cyra tebak usianya 8 bulan. Anak laki-laki itu terus saja mengakat tangannya yang terbuka tutup.
“Mau digendong, ya?” Cyra hendak menggendong anak laki-laki, namun ia urungkan ketika melihat amplop berwarna putih di bawah tas berwarna biru.
Gitvin yang baru saja kembali mengambil amplop berwarna putih sebelum Cyra, keduanya sama-sama melempar pandangan.
“Surat kayanya, coba buka,” kata Cyra.
“Tapi, siapa yang taroh bayi ini di depan rumah kita atau jangan-jangan, sengaja dibuang?” pikir Cyra, lalu kembali jongkok.
“Lapor polisi, kita harus lapor polisi!” usul Cyra seraya menepuk salah satu lututnya.
Gitvin ikut berjongkok di sisi Cyra. “Suami kamu polisi kalo kamu lupa,” kata Gitvin.
“IYA BETUL, jadi kita harus gimana?” tanya Cyra sedikit mendekatkan wajahnya ke pada lelaki itu.
“Kita harus bawa bayi ini ke dalem terus baca suratnya, oke?” bisik Gitvin.
“Oke!” balas Cyra sambil ikut berbisik, lalu menggendong anak lelaki itu masuk ke dalam, sedangkan Gitvin membawa tas biru, sebelum masuk ia sempat melirik sekitar untuk memastikan keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Police
Teen FictionCover by: nsfyyyy Cyra rasanya ingin tertawa keras ketika orang tuanya mengatakan hendak menjodohkan dirinya dengan seorang polisi muda. Bukanya ingin menolak, karena Cyra termasuk golongan gadis 'pecinta cowok ganteng apalagi dibonusi berseragam se...