26. Memori

5.5K 341 7
                                    

Cyra menghela nafas lega yang baru saja keluar dari rumah sakit, lebih tepatnya setelah mengetahui bahwa baby Ze baik-baik saja. Dokter bilang Ze hanya terkena demam biasa yang sering terjadi pada bayi.

“Cyra hari ini izin gak masuk sekolah, gapapa 'kan. Lagian udah jam 9.”

“Sudah izin?” tanya Gitvin yang diangguki oleh gadis itu.

Tadi pagi sebelum mereka berangkat ke rumah sakit Cyra memberitahukan pada Sanaz hari ini ia tidak masuk sekolah.

“Mau jagain baby Ze,” ujar Cyra.

“Saya ngga bisa ikut jagain,” sahut Gitvin melirik ke arah Cyra.

Gadis itu mengangguk mengerti bahwa Gitvin harus bekerja lagi pula ada Bi Mina yang membantunya di rumah jika butuh sesuatu.

“Kayanya dia kangen sama Ibunya deh,” celetuk Gitvin melirik ke arah baby Ze yang tengah tertidur dipangkuan Cyra. Semalam pun bayi itu sulit untuk tertidur.

Cyra sempat berpikir, lalu mengangguk setuju. Gadis itu memperhatikan baby Ze yang tengah tertidur seraya menyentuh keningnya yang tidak sepanas saat ia membawanya ke rumah sakit. Perasaannya menjadi sensitif jika menyangkut soal baby Ze.

“Pak Git,” panggil Cyra.

Gitvin yang tengah fokus menyetir langsung menoleh ke arah gadis itu. “Kenapa?” bingungnya melihat mata Cyra yang berkaca-kaca.

“Pak Git, bisa tolong cari orang tuanya baby Ze. Meski kita jagain baby Ze, tapi pasti yang dia butuhin sekarang itu sosok Ibu kandungannya.” Jelas Cyra lirih.

Lelaki itu tak langsung menjawab dan memilih untuk menepikan mobilnya terlebih dahulu. Gitvin sedikit mengubah posisi duduknya menyerong ke arah Cyra.

Satu tangannya terulur menggenggam tangan Cyra seraya memberikan senyum hangat. “Saya gak bisa jamin, kalo orang tua baby Ze bisa ketemu.”

Karena Gitvin sudah berusaha untuk mencari siapa orang yang telah meletakkan baby Ze di depan rumahnya. Bahkan ia meminta bantuan pada temannya, tapi hasilnya nihil, ia tidak menemukan petunjuk apapun.

“Tapi saya bakalan berusaha,” sambung Gitvin.

“Kalo kita gak bisa temuin orang yang tulis surat itu gimana?”

“Kembali lagi sama isi dalam surat, orang itu akan datang sendirinya untuk menjemput baby Ze, kamu ingat?"

Gadis itu mengangguk pelan sangat ingat isi dalam surat itu. Kepalanya sedikit tertunduk membuat Gitvin pun ikut menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Cyra.

“Kenapa?”

“Takut, kalo nantinya Cyra terlalu sayang sama baby Ze, terus orang itu dateng buat ambil dia,” lirih Cyra.

Tangan Gitvin mengelus lembut puncak kepala Cyra. “Gapapa, sekarang kita jalanin dulu semuanya.”

Lelaki itu sedikit mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Cyra. “Nanti kita buat baby Ze versi kita berdua” bisiknya.

••

Setelah mengantarkan Cyra pulang Gitvin langsung berangkat, tetapi bukan ke tempat kerjanya. Keputusannya mungkin akan disesali nantinya atau mendapatkan petunjuk.

Sedangkan dilain sisi Cyra tengah asik tengkurap sambil memegangi botol susu baby Ze. Ia sedikit bingung dengan bayi ini yang sangat jarang sekali menangis.

Dengan iseng gadis itu menjauhkan botol susunya dari baby Ze, menunggu menangis.
Tapi respon bayi Ze malah tersenyum ke arah Cyra sambil memegangi rambutnya.

That PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang