40. Keciduk

5.7K 396 30
                                    

Sudah hari ketiga dimana Gitvin dirawat di rumah sakit karena terkena penyakit DBD (Demam Berdarah) yang menyebabkan trombosit dalam tubuhnya menjadi rendah.

Sejak Gitvin sakit sifat lelaki itu menjadi sedikit lebih manja dan ini kali pertamanya Cyra melihat sifat lain dari Gitvin ketika sakit.

Bahkan Gitvin engan ditinggalkan terlalu lama oleh Cyra, padahal ada Ibunya yang menjaganya. Seperti sekarang, tangan Cyra rasanya keram terus dipegangi oleh Gitvin yang tengah tertidur setelah meminum obat tadi.

Satu tangan Cyra mengusap-usap rambut tebal milik suaminya sesekali memastikan suhu tubuh Gitvin yang sudah normal dari hari-hari sebelumnya, kata dokter pun Gitvin diperbolehkan pulang besok jika kondisinya benar-benar sudah membaik.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, artinya sudah satu jam lebih Cyra diposis duduk dengan satu tangan yang digenggam oleh suaminya, pantas saja terasa pegal.

Jujur Cyra lapar karena saat pagi ia makan sangat sedikit yang dibawakan oleh Ibu Gitvin, karena bau obat-obatan yang ada di rumah sakit membuat nafsu makannya sedikit terganggu.

Perlahan-lahan Cyra berusaha menarik tangannya dari Gitvin agar terlepas. Untung saja Gitvin tidak terusik sama sekali saat tangan Cyra berhasil terlepas lelaki itu masih terlelap dengan nyenyak.

Cyra berniat untuk mencari makan di luar karena sekarang perutnya benar-benar lapar. Gadis itu bangkit dari duduknya dan mengambil tas di atas meja dan beranjak keluar dari ruang rawat.

Cyra berjalan sendiri menelusuri pedagang kaki lima yang ada di pinggir jalan, memilih apa yang ingin ia makan. Gadis itu menghela nafas kecewa karena makanan yang ia inginkan tidak ada yang menjualnya di sanah.

“Pengen kebab padahal,” gumam Cyra.

Tapi tidak ingin ambil pusing mencari makanan yang tidak ada, Cyra memilih untuk makan ketoprak sambil menikmati angin sore.

“Silahkan dimakan Neng.”  kata sipenjual ketoprak seraya meletakkan pesanan Cyra di atas meja.

“Makasih bang.”

“Sendiri aja Neng?” tanya sipenjual yang tengah mengelap meja.

Cyra menggeleng, “ngga sendiri, tapi berdua sama Abang.” jawab Cyra bercanda yang dibalas tawa oleh penjual itu.

“Bisa aja si Eneng,” balas Abang penjual.

Gadis itu cekikikan bersama abang-abang ketoprak yang ternyata asik jika diajak ngobrol, bahkan mereka seperti sudah sangat kenal dekat saat mengobrol.

Sampai Cyra lupa waktu hendak menjelang magrib, buru-buru gadia itu mengambil dompetnya untuk membayar dan kembali lagi ke rumah sakit.

“Azan Neng, diem duduk dulu, pamali.” Ujar penjual ketoprak itu setelah Cyra selsai membayar.

Memang tepat azan magrib tengah berkumandang. Akhirnya mau tak mau Cyra kembali duduk untuk menunggu azan selsai sambil menghabiskan teh manis miliknya yang masih tersisa.

“Cyra pulang dulu ya, Bang!” pamit Cyra yang langsung berlari.

Jarak rumah sakit dan pedagang kaki lima memang cukup jauh yang harus menyebrangi jalan seperti Cyra sekarang yang mengikuti orang yang juga tengah menyebrang.

Setelah sampai di rumah Cyra langsung berlari ke ruangan rawat Gitvin yang ada dilantai dua. Gadis itu mengecek ponselnya yang mendapatkan banyak panggilan dan pesan dari Gitvin bahkan dari mamih-Nya yang menanyakan keberadaan Cyra.

Cyra baru mengecek ponselnya yang ternyata ia silent. Cyra meruntuki dirinya karena lupa memberikan kabar pada Gitvin, baru saja keluar dari lift satu panggilan masuk dari mamih-Nya.

That PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang