38. Undangan

4.6K 384 17
                                    

“Ini lucu tau, ada warna pinknya.”

“No. Kita pilih warna putih-hitam, simple.”

“Yang pink loh, Pak Git!”

“Kamu kira yang nerima undangannya cewe doang, temen saya 'kan cowo Cyra.”

“Ya, terus kalo cowo masalahnya apa? Yang nikah 'kan kita, bukan mereka.”

Perdebatan yang tak ada habisnya hanya karena berbeda pendapat antara keduanya yang mempermasalahkan warna undangan untuk pernikahan mereka.

Gitvin yang tak mau mengalah, karena menurutnya tidak terlalu cocok jika undangan berwarna pink. Sedangkan Cyra memilih undangan yang menurutnya lucu.

Definisi cewek. Lucu. Beli.

Tanggal pernikahan keduanya sudah ditetapkan setelah dua hari Cyra diwisuda, masih ada waktu dua minggu untuk mereka mempersiapkan semuanya.

Pertama yang dilakukan Gitvin dan Cyra di wekeend sekerang adalah memilih surat undangan yang hampir satu jam meributkan tentang warna yang berbeda pendapat.

“Bisa disatukan warnanya mas, mbak. Jadi black-pink aja, kalo kalian mau–”

“Nggak!”

“Nggak!”

Jawaban kompak dari keduanya membuat mbak-mbak staf di sanah hanya bisa tersenyum. Membiarkan pasutri itu memilih sesuka hati mereka.

Lelah terus berdebat keduanya memilih untuk sepakat jika warna undangannya pernikahan Gitvin yang memilih, sedang Cyra yang memilih model undangan mereka.

Setelah cukup lama di sanah akhirnya selsai dan hanya tinggal menunggu hasilnya nanti.
Jam sudah menunjuk pukul 3 sore, cukup lama mereka menghabiskan waktu hanya untuk memilih undangan.

“Besok kita harus ke KUA buat daftar lagi.” kata Gitvin seraya memasangkan helm untuk Cyra.

“Berarti Pak Git, kita harus ijab qobul lagi dong?” tanya Cyra yang diangguki oleh lelaki itu.

Keduanya memang sudah sah, tapi kata orangtua Gitvin jika ingin mengadakan resepsi pernikahan kembali Gitvin sama saja harus mengucapkan ijab qobul lagi.

“Jadi deg-degan,” celetuk Cyra.

“Kenapa kamu yang deg-degan?” bingung Gitvin.

“Gatau, tapi deg-degan aja.” Jawab Cyra.

Lelaki itu mengajak Cyra untuk naik ke atas motor. Mereka tidak punya tujuan lagi setelah ini, karena itu Gitvin sedikit mengajak Cyra untuk berkeliling sebentar.

Menikmati angin sore yang sejuk, untung saja tidak terlalu panas dan juga jalanan cukup padat, mungkin karena hari wekeend.

Tangan Cyra melingkar dengan nyaman di pinggang suaminya seraya bersandar. Mood Cyra sangat baik hari ini, meski tadi sedikit kesal pada suaminya, tapi ia tidak bisa lama-lama kesal dengan Gitvin.

“Kita udah kaya orang pacaran ya,” kata Cyra sedikit berteriak di samping kepala Gitvin.

“Anggap aja kita emang lagi pacaran, tapi versi halal,” balas Gitvin.

Gadis itu mengangguk setuju dengan yang dikatakan oleh Gitvin. Setelah menikah Cyra tidak merasa jika masa remajanya direnggut ia malah senang bisa dipertemukan dengan lelaki seperti Gitvin.

Memang jodoh itu ngga akan kemana, tidak sia-sia selama ini Cyra menjomblo. Jika pada akhirnya bisa memiliki suami yang pastinya idaman semua gadis.

“Pak Git, mau beli kebab.”

That PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang