“Pak Git, keran air nya kok ngga nyala, ya?” tanya Cyra yang baru saja keluar dari kamar mandi menghampiri Gitvin yang tengah duduk di atas kasur seraya berkutat dengan laptop.
“Masa sih? Tadi pagi nyala kok." jawab Gitvin mengalihkan perhatiannya pada Cyra.
Tapi untuk memastikannya Gitvin berjalan ke arah kamar mandi di buntuti oleh Cyra di belakang. Gadis itu menunjukkan keran air pada Gitvin.
Dan Gitvin malah tertawa pelan, satu tangannya refleks mengusap kepala Cyra, “Ini belum kamu nyalain,” kata Gitvin menyala sakral yang berada di belakang pintu. Ya, mana Cyra tahu.
“Ohh gitu... Yaudah pak Git, keluar Cyra mau mandi udah sore.” ucap Cyra.
Gitvin sempat menggoda Cyra, “Mau mandi bareng saya?"
“HEE! UDAH DEH PAK MENDING KELUAR." Cyra sedikit berteriak, sebenarnya hanya untuk menyembunyikan salah tingkahnya. Gadis itu mendorong tangan Gitvin pelan agar keluar dari kamar mandi.
Gitvin tersenyum geli, karena belum puas menggoda istrinya, laki-laki itu menarik tangan Cyra yang mendorongnya. Hilang sudah kewarasan Cyra, begitu cepat, dan tak terduga dengan mudahnya Gitvin menarik pinggang gadis itu.
tangan Cyra secara refleks menahan dada bidang Gitvin yang sedikit lagi menempel dengannya, terlihat dari ekspresi wajah Cyra yang terkejut, membuat lelaki itu tersenyum geli.
“Pa..Pak Git, mau ngapain sih?” Cyra berkata dengan susah payah, akibat detak jantungnya yang menggila di dalam. Jedar jeder.
Satu tangan Gitvin yang melingkar pada gadis itu sedikit mengerat, ketika Cyra berusaha mendorong dadanya
“Emangnya... kamu mau saya apa'in?” Gitvin bertanya dengan senyum jahil.
“Lepasin, Cyra mau mandi.” Demi Tuhan, kaki Cyra lemes atas perlakuan Gitvin, ia tidak bisa berpikir jernih sekarang, apalagi jarak sedekat ini.
“Just wanted to take a kiss that was delayed."
Cyra sedikit melebarkan matanya mendengar perkataan Gitvin tadi, kedua matanya tak berkedip sama sekali ketika Gitvin menatapnya begitu lekat.
“Boleh?” suara Gitvin begitu lembut masuk ke dalam telingannya, nafasnya memburu begitu tenang.
Karena Cyra tak kunjung membuka suara, satu tangan Gitvin menarik dagu gadis itu pelan, dari jarak sedekat ini Cyra bisa merasakan hembusan nafas Gitvin yang hangat menerpa kulit wajahnya.
“Diam, berarti 'iya.”
Cyra belum sempat bernafas ketika Gitvin menarik tengkuknya dan menunduk untuk menciumnya. Sensasi yang belum pernah Cyra rasakan, saat kedua bibir mereka bersentuhan, seperti sengatan listrik yang menjalar ke seluruh tubuhnya membuat ia tidak bisa berkutik dari tempat.
Sensasi kupu-kupu berterbangan dalam perutnya belum juga menghilang, jadi ini rasanya? Rasa yang membuat kewarasan Cyra patut dipertanyakan sekarang.
Gadis itu tak melawan, tidak juga menghindar, ia seperti terkena sihir oleh tatapan laki-laki yang membuat kewarasannya hilang. Jejemari Gitvin menahan tengkuk gadis itu mendesak lebih dekat, namun tak menuntut, sampai Cyra mendorong Gitvin ketika mendengar suara bel yang berbunyi.
“Bel... Bel bunyi." Nafas Cyra terengah, jantungnya masih berpacu sangat cepat. Satu tangannya meremas baju Gitvin pelan.
Cyra tak berani menatap lelaki jangkung di hadapannya, hingga ia bisa merasakan pelukan pada pinggangnya melonggar dan lepas begitu saja.
Lagi, Gitvin mengusap puncak kepala Cyra dan sedikit membungkukan tubuhnya, mensejajarkan tinggi badannya dengan Cyra. Dan saat itu Gitvin bisa melihat rona merah di kedua pipi gadis itu akibat ulahnya, menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Police
Fiksi RemajaCover by: nsfyyyy Cyra rasanya ingin tertawa keras ketika orang tuanya mengatakan hendak menjodohkan dirinya dengan seorang polisi muda. Bukanya ingin menolak, karena Cyra termasuk golongan gadis 'pecinta cowok ganteng apalagi dibonusi berseragam se...