Bab 5 Malam Yang Ramai

169 49 4
                                    

Aya masih histeris saat mobil Abi melaju semakin jauh meninggalkan kafe. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Takut jika setelah ini Abi akan membawanya kabur, lalu menyekapnya karena merasa sakit hati setelah wajah tampannya dilempari uang oleh Aya.

“Pak Abi. Saya minta maaf, saya tidak bermaksud untuk bersikap lancang. Tolong, Pak. Turunkan saya sekarang.” Aya memohon sambil menyatukan kedua tangan.

“Saya akan turunkan kamu di tempat yang sepi.”

“Apa? Di tempat yang sepi?”

Jangan-jangan … aku mau dibunuh! batin Aya menjerit. 

“Pak, jangan Pak!”

Abi memijat keningnya sendiri. Gadis di sampingnya ini benar-benar banyak bicara dan tidak bisa diam. Ia sampai pusing dibuatnya. Untuk apa Abi menculiknya? Justru ia menyelamatkannya dari incaran wartawan yang haus berita itu.

“Pak Abi, tolong jangan bunuh saya. Saya ini tulang punggung keluarga,” ucap Aya sembarangan.

“Siapa yang mau bunuh kamu?” 

“Pak, saya mohon.”

“Tolong diam sebentar.”

“Turunkan saya.”

“Diam!” 

Teriakan Abi membuat Aya terdiam. Gadis itu kini menyatukan tangan di pangkuan sambil menutup mata rapat. Dalam hati berdoa agar segera terlepas dari pria bernama Abi yang ternyata sangat berbahaya ini. Ternyata, menemui ayah Elle juga mengantarkannya pada bencana. Tidak anak, tidak bapak. Semuanya sama.

Beberapa saat berlalu yang hanya dihiasi keheningan. Abi menepikan kendaraannya setelah dirasa wartawan itu telah kehilangan jejaknya. Mobilnya berhenti di samping lahan kosong yang sepi. Beberapa bunga ilalang tumbuh di sana. Bergoyang tertiup angin malam.

Abi menuruni kuda besinya, lalu memutari bagian depan lantas membukakan pintu untuk Aya.

“Turun,” perintah Abi dingin.

Aya tidak menjawab, gadis itu langsung mengikuti perintah Abi tanpa perlawanan. Ternyata memang benar, laki-laki ini menurunkannya di tempat yang sepi. Benar-benar tidak punya hati.

Wanita berkulit kuning langsat itu masih menunduk ketika turun dari mobil, segera setelah menjejak aspal ia putar badan bergegas pergi. Berniat memesan gojek di halte bus yang sempat ia lihat sesaat setelah membuka mata, tidak jauh dari tempatnya sekarang. Ia ingin segera pergi dari hadapan laki-laki ini.

“Tunggu!” 

Belum banyak melangkah, Abi menarik pergelangan Aya. Membuat tubuhnya reflek tertahan dan kembali berputar ke hadapan pria itu.

“Siapa yang minta kamu untuk pergi? Saya cuma minta kamu untuk turun!” tegas pria itu sebelum kembali hening karena Aya tidak bernafsu untuk menjawab.

“Jangan pergi. Dengarkan saya dulu,” sambung Abi kini dengan suara lembut yang terasa menggelitik telinga Aya. 

Perubahan intonasi suara Abi membuat Aya seolah tersihir. Sebab jika pria ini tidak berteriak, suara baritonnya yang khas cukup menghanyutkan untuk didengar. Apalagi untuk kaum hawa sepertinya. Terasa seperti candu yang membuat ketagihan. Diam-diam Aya memohon agar mendengarnya lagi. 

“Semuanya harus diluruskan sebelum kamu pergi.”

Aya masih terdiam atau sebenarnya semakin tersihir dengan pesona Abi. Beruntung terpaan angin menyadarkannya segera. Wanita itu cepat-cepat menggeleng dan mulai mencerna segalanya. Sebenarnya apa yang perlu dijelaskan? Seperti pasangan ketahuan selingkuh saja. 

Life Scenario ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang