Bab 17 Cemburu

196 49 4
                                    

Abi memang masuk dalam daftar pengusaha terkaya di Indonesia. Urutannya bahkan di nomor ketiga. Terkenal dengan otak cemerlangnya dalam berbisnis. Namun, untuk menebak hal seperti ini saja otaknya tumpul. Aya bahkan langsung tahu siapa yang memberi tahu Elle nama ibu kandungnya.

Sore itu, setelah diantar pulang oleh Jeno menggunakan motor ke depan gerbang megah rumahnya yang membuat Jeno melongo. Aya segera membersihkan diri, ia akan menuju rumah Pak Rama. Orang yang sangat mungkin memberitahu Elle tentang asal usulnya.

“Kak Aya, mau kemana?”

“Ke rumah Om Rama. Mau ikut?” 

“Mau.” 

Elle melompat-lompat di tempat. Ia sudah rindu sekali dengan kedua sepupunya. Lagi pula ia sangat bosan di rumah. Ternyata di-skors tidak semenyenangkan itu. Elle baru sadar sekarang.

Setelah siap, Elle dan Aya melenggang menuju rumah Rama. Aya tidak berpamitan dengan Abi. Sore hari begini, Abi mana sudah pulang. Pria itu pulang ketika hari sudah gelap. Ketika Elle sudah tidur dan dirinya sudah setengah mengantuk di kasur.

Ia juga tidak menghubungi Rama kendati sedang menuju ke rumahnya. Wanita berambut panjang melewati bahu itu tahu bahwa hari ini jadwal mengajar Rama hanya sampai siang. Tadi di kampus ia sempat melihat kepulangannya di parkiran saat berkumpul dengan teman-teman satu kelompoknya.

“Elle!” 

Jade si kembar berambut pendek memekik antusias saat Elle datang. Sebagai sepupu, mereka tergolong akur dan dekat.

“Jade, Jane mana?”

“Itu, lagi ngasih makan ikan di kolam. Seru deh kayaknya.”

“Aku mau juga dong, kasih makan ikan.”

“Ayuk.”

Mereka sedang berlari menuju taman belakang ketika berpapasan dengan Rama.

“Loh, ada Elle. Sama siapa?” tanya Rama saat menemukan anak sang adik berada di rumahnya. 

“Sama Kak Aya.” 

Elle melirik pada Aya yang masih berdiri di ruang tamu. Wanita itu tersenyum pada Rama singkat.

“Pak,” sapa Aya pada Rama.

***

“Sudah lama ternyata kamu tidak ke sini ya, Ya?” 

“Iya, Pak. Terakhir waktu jadi guru les si kembar. Oh, gimana guru les yang baru?”

Di beranda taman belakang mereka berdiri sambil mengawasi anak-anak bermain. Masing-masing menggenggam cangkir berisi. Kopi untuk Rama dan teh untuk Aya. Sesekali pria itu menyesapnya. Sedangkan jemari Aya masih betah memeluk cangkir itu.

“Amira? Lumayan, tapi tidak setegas kamu sama anak-anak. Mungkin dia sungkan kalau mau marah sama anak dosennya,” jelas Rama.

Ya. Hanya Aya yang berani menegur dan marah-marah ketika anak-anak membuat kesalahan. Namun, ada untungnya juga jika dipikir. Karena memarahi seorang anak. Hidup Aya terselamatkan. Ia akhirnya menikah dengan pria kaya.

“Gimana Abi? Masih suka marah-marah dia?”

“Masih. Terakhir marah karena Elle menyebut nama ibunya,” timpal Aya sambil menatap Rama tajam. “Mas Abi kaget sekali. Dia langsung bertekad mencari tahu siapa yang memberitahu Elle nama ibu kandungnya.”

Rama mengalihkan pandangannya dari Aya. Pria berdada bidang itu tersenyum hingga lesung pipinya yang manis terlihat jelas. 

“Selama ini Abi terlalu berlebihan. Saya pikir tidak ada salahnya jika Elle tahu nama ibu kandungnya,” tutur pria itu pada adik iparnya. “Jadi, kamu sudah tahu Jelita?”

Life Scenario ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang