“Jadi, begitu ceritanya.”
Aya merampungkan ceritanya malam ini pada sang adik sambil membuat adonan kue. Lula tentu tidak mau berhenti bertanya sebelum pertanyaan yang ia ajukan terjawab sepenuhnya. Alhasil Aya harus menceritakan awal mula pertemuannya malam ini dengan Abi.
“Jadi? Dosen Kakak itu mencoba menjodohkan Kakak dengan adiknya. Dan ternyata adiknya Abimanyu Ganendra Dinata? Wow.” Lula terkesima mendengar cerita Aya yang mirip cerita-cerita yang ia baca di aplikasi baca online.
“Ya, kira-kira begitu.”
“Terus Kakak bilang tidak tertarik? Harusnya Kak Aya terima. Kakak ini, ya. Kalo aku, sih. Langsung bilang 'Yes' tanpa pikir dua kali. Kapan lagi, 'kan bisa dijodohin sama pria tampan nan kaya raya?”
Lula mengambil sejumput tepung terigu lalu melemparkannya pada sang kakak. Kenapa tiba-tiba ia kesal pada Aya? Ini adalah peluang emas, harusnya gadis yang lebih tua 4 tahun darinya ini, bisa memanfaatkannya dengan baik. Kalau diingat-ingat kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Sungguh sangat disayang.
“Karena dia tampan dan kaya jadi Kakak langsung tertarik menikah sama dia? Bukan begitu konsepnya, Lula.”
“Konsep apa, sih? Sok teoritis banget, Kak Aya.”
“Anak kecil lebih baik diam. Lagi pula usia kami terpaut jauh juga, sepuluh tahun. Kakak dua puluh satu tahun, Pak Abi tiga puluh satu tahun. Tipe Kakak bukan om-om.” Aya terkikik.
“Nanti Kak Aya dikira Sugar Baby sama tetangga, apalagi kalau tiba-tiba kaya,” timpal Lula.
“Nah, iya 'kan? Udah sana kamu masuk kamar. Kakak mau bikin kue untuk besok. Jangan ganggu terus.”
“Iya, iya.”
Lula yang masih terkikik meninggalkan Aya yang masih sibuk di dapur. Di tembok yang memisahkan dapur dan ruang tengah, Lula diam-diam memperhatikan Aya yang sibuk menguleni adonan. Lula bukannya mengajari sang kakak untuk mata duitan.
Namun, Lula juga tidak tega dengan sang kakak yang begitu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tentu Lula juga membantu, dengan membawa kue-kue kakaknya ke sekolah dan menjualnya pada teman dan guru-gurunya. Menurut Lula jika Aya menikah dengan Abi, setidaknya sang kakak tidak perlu bekerja sekeras ini untuk menghidupi mereka.
“Dasar, Kak Aya,” ucap gadis itu lirih sebelum meninggalkan Aya menuju kamar.
Lula sebenarnya tidak tahu. Selain Aya yang tidak tertarik dengan perjodohan itu. Abi juga merasakan hal yang sama. Jadi, mereka sama-sama tidak tertarik terlibat dalam urusan percintaan dengan satu sama lain.
Kata Abi, Aya bukan tipenya. Bayangkan jika Aya menyetujui ide Rama. Bukankah dia yang akan malu karena pria yang akan dijodohkan padanya tidak menyukainya. Rasanya seperti patah hati saja.
Gadis itu berhenti melakukan aktivitasnya. Lantas tersenyum getir. Lagi pula siapa yang memiliki tipe wanita idaman sepertinya. Wajah pas-pasan, uang pas-pasan, tidak pandai berpenampilan. Dia dan Abi, bagaikan singkong dan keju. Tidak, tidak. Langit ke-tujuh dan palung mariana.
***
“Kata Lula, Mba Aya kemarin diantar laki-laki pulang, ya, pakai mobil?”
Pagi ini, Hariono Galuh—ayah Aya—bertanya saat anak sulungnya itu menyiapkan sarapan untuknya seperti biasa. Sebab berasal dari Jawa, pria itu memanggil Aya dengan sebutan “Mba”, inginnya mencontohnya Lula melakukan hal yang sama, tetapi tampaknya tidak berhasil karena Lula memanggil Aya dengan sebutan “Kak.”
“Pacar Mba Aya, ya?”
Ayah Aya tampak berseri. Padahal biasanya seorang ayah akan overprotektif pada anak-anak perempuan mereka. Namun, pria yang memiliki dua putri itu berbeda. Dia tidak ingin mengekang anak-anaknya, yang penting dia selalu memberi wejangan tentang batasan pada sang putri. Hariono memberi kepercayaan penuh pada keduanya.
“Bukan, Pa. Aya 'kan jomblo.”
“Kalo baik, 'kan tidak apa-apa tho?”
“Apa sih, Papa. Dia adik Pak Rama, bukan pacar Aya. Aya masih betah sendiri,” kilah Aya sambil tersenyum sambil menyerahkan sepiring nasi dan telur dadar untuk ayahnya.
Aya tidak mau bercerita lengkapnya pada sang ayah. Biar Lula saja yang tahu. Aya takut, jika ia menceritakannya pada Hariono, hal itu akan menjadi beban pikiran untuk pria berambut cepak itu. Semoga Lula bisa jaga mulut.
“Yasudah kalau begitu.”
Pria yang kerap disapa Hari itu menutup mata seraya berdoa dalam hati sebelum menyuap nasi beserta lauk dengan tangan bergetar. Sudah hampir tiga tahun, pria berusia lima puluh tahun itu menderita stroke. Terpaksa harus resign dari kantor walau jadi tulang punggung keluarga.
Sang putri sulung yang selalu menguatkan. Berkata semuanya akan baik-baik saja. Hingga kadang Hari heran, bagaimana mungkin seorang Aya yang waktu itu masih begitu muda dapat bersikap begitu dewasa. Kata orang-orang, keadaan dikala terhimpit membuat manusia bersikap dewasa. Mungkin Aya terpaksa menjadi dewasa karena keadaan.
Dia menggantikannya. Tanpa banyak mengeluh, Aya selalu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka. Dari uang beasiswa, dagangan kue, dan les privat. Uang itu digunakan untuk makan dan berobat. Aya tidak punya banyak waktu untuk bermain bersama teman-temannya, karena ia sibuk mencari uang. Makanya, ia tidak terlalu banyak memiliki teman di kampus. Seingat Hari hanya ada satu, namanya Kiora.
Di suatu waktu, Hari kadang merasa bersalah karena masa muda anaknya harus terenggut karena menjadi tulang punggung. Mungkin, jika putrinya memiliki teman dekat seorang pria, Aya akan lebih bahagia.
“Mba Aya kalo ada pria baik pengin ajak kenalan. Jangan disia-siakan, ya? Kalau sudah ada yang click langsung kenalkan sama Papa,” ucap sang ayah tiba-tiba.
“Iya, Papa.”
Kalau boleh jujur, sebagai seorang perempuan, kadang Aya merasa lelah. Dengan aktivitasnya. Bahkan kadang kehidupan. Ia juga ingin mengeluh dengan seseorang yang dapat menenangkannya, yang dapat memberinya dukungan dan mengatakan padanya bahwa semua hal menyedihkan akan segera berlalu. Semua hal pahit akan berubah menjadi manis, di waktu yang tepat.
Namun, pada akhirnya hanya diri Aya sendiri yang terus berbisik menyemangati. Tidak ada siapa pun. Dan Aya akhirnya sadar bahwa di saat ini. Ia tidak membutuhkan apa pun selain kesehatan dan keutuhan keluarganya. Sekarang, itu yang paling penting untuk Aya.
Masalah laki-laki, Aya sudah membicarakannya dengan Tuhan. Aya yakin bahwa suatu hari nanti, jika waktunya sudah pas, ia akan bertemu dengan pria itu.
Tbc
Oke. Bab ini mungkin ringan aja. But, wait. Kalo malam ini votenya sampai 15 bakal langsung aku up ke bab 7.
Dan makasih buat yang setia vote dan komen. Orang baik akan bertemu dengan orang baik juga ciahh.
Tidak jelas 🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Scenario ✔
Romance(Bab 21 - End + Extra Part ada di karya karsa) Ayana Reina Galuh, tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan gadis kecil keras kepala bernama Elle Zhafira Dinata membawanya masuk ke dalam lingkaran Keluarga Dinata. Aya pikir, dirinya akan dipe...