Bab 10 Menikah

200 56 10
                                    

Kali ini, bukan lagi Rama yang meminta Aya untuk menikah dengan Abi. Namun, salah satu pria tersukses dari Keluarga Dinata itu yang memintanya secara langsung. Mata Aya membelalak. Lidahnya kelu sedangkan perutnya mulas mendadak.

Wanita berumur 21 tahun itu masih berusaha mencerna kalimat yang baru saja Abi lontarkan.

Menikah, ya?

"Maaf Pak Abi. Bisa ulangi perkataan Bapak tadi?" Walau ragu, Aya memberanikan diri bertanya. Hanya untuk memastikan. Takut jika pendengarannya salah menangkap.

"Saya tidak akan mengulang ucapan saya. Saya tidak akan meminta untuk yang kedua kali."

Pria itu menjawab dingin dan kaku. Benar-benar es batu. Apa begini dulu waktu pria itu melamar mantan istrinya? Tidak ada romantis-romantisnya sama sekali.

Aya mencebik kesal dan menggenggam sabuk pengaman yang melingkar di depan tubuhnya kuat. Wanita itu hanya diam.

"Gimana, Ya? Kamu bersedia?"

Baik, mungkin telinganya memang tidak salah. Abi baru saja melamarnya di dalam mobil. Ternyata doanya agar tidak terjadi peristiwa ajaib di dalam mobil ini tidak terwujud.

Aya masih diam. Pikirannya menerawang jauh. Jika ia menjadi istri Abi sekarang. Itu artinya Aya harus menjadi ibu tiri Elle. Menjadi istri dari salah satu pria terkaya di Indonesia yang terpandang dan setiap gerak-geriknya disorot banyak orang. Apa ia pantas untuk itu?

Lalu, bagaimana dengan kuliahnya. Dan yang lebih penting. Bagaimana dengan cinta? Tidak munafik jika Aya bercita-cita menikah dengan pria yang ia cintai dan mencintainya. Ia sama sekali tidak mencintai Abi. Namun, apa Abi mencintainya?

Wanita itu menoleh pada pria berekspresi datar di sampingnya. Pria ini bahkan tidak mengenal latar belakangnya, tidak tahu apa pun tentang kehidupannya. Kecuali Aya adalah mahasiswa kakaknya.

Dari ekor mata Abi, pria itu dapat melihat Aya diam memperhatikannya. Mungkin Aya berpikir bahwa dirinya gila. Atau mungkin bercanda.

"Katanya. Kalau seorang wanita ada yang melamar lalu hanya diam tanpa menjawab. Itu artinya 'Iya'. Wanita begitu, kan? Suka gengsi?" Ucapan Abi membuat Aya tersenyum sendu.

"Pak Abi tidak mengenal saya. Kenapa ingin menikahi saya?" Aya memberanikan diri bertanya.

"Siapa bilang saya tidak mengenal kamu? Kamu mahasiswa kakak saya, kamu tinggal dengan adik dan ayah kamu yang sakit, kamu berjualan kue, dan menjadi guru les privat untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Apa lagi yang belum saya ketahui tentang kamu?"

Abi mengatakannya begitu lancar tanpa berpikir. Ya, secara garis besar, pria bertubuh tinggi tegap ini mengenal Aya dengan baik. Namun, Aya butuh alasan lebih. Mengapa seorang Abimanyu Ganendra Dinata ingin menjadikannya seorang istri? Sedangkan wanita terpandang dan lebih segalanya dari Aya banyak di luar sana.

"Kamu bukan wanita manja, kamu wanita pekerja keras, peduli, kamu ... entahlah. Saya tidak tahu. Saya hanya berpikir kamu cocok menjadi istri saya dan ibu untuk Elle." Seperti dapat mendengar hati Aya, Abi menjawab.

"Kalau Bapak ingin melamar saya. Temui ayah saya."

Aya mengembuskan napas dan memberi permohonan. Jika laki-laki ini serius. Ia tidak akan kabur atau mengelak. Namun, Abi memilih diam hingga Aya tersenyum ketus.

Jadi, Abi tidak serius dengan ucapannya. Begitu pikir Aya.

Selama sisa perjalanan hanya diisi keheningan. Hingga tiba di depan rumah Aya. Sang ayah yang kebetulan di teras, memandang heran mobil yang tiba-tiba berhenti. Namun, segera tersenyum ketika melihat putri sulungnya turun dari mobil.

Life Scenario ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang