Bab 12 Rahasia

179 53 2
                                    

Ini bukan kali pertama Abi membentak Aya. Pria itu beberapa kali berbicara menggunakan nada tinggi padanya sebelum mereka resmi menikah. Namun, mengapa detik ini terasa berbeda? Seperti ada sesuatu yang lain. 

Ada amarah di mata Abi ketika menatap istrinya. Hati Aya mencelos. Belum pernah ia melihat Abi semarah ini. Dan itu karena Aya yang menyinggung tentang ibu Elle atau mantan istrinya. Apakah itu salah? Bukankah wajar saja jika Aya bertanya tentang itu padanya? Ia bahkan tidak tahu mengenai masa lalu Abi dan wanita itu. 

“Saya akan jawab semua pertanyaan kamu, kecuali yang satu itu,” desis Abi sebelum pergi meninggalkan Aya di dalam kamar.

Wanita itu menghela napas panjang sebelum mengalihkan pandangan ke arah lain untuk menenangkan pikirannya sendiri. Belum genap dua minggu menjadi istri Abi, Aya rasa ia telah membuat kesalahan yang cukup fatal, hingga Abi marah besar seperti itu. Yang menurut Aya, itu karena hal sepele. Namun, mungkin tidak bagi Abi.

Aya hanya dapat menarik kesimpulan bahwa. Wanita yang pernah menikah dengan Abi dulu, pernah membuat kesalahan besar. Entah wanita itu masih hidup atau telah tiada, hingga Abi sulit untuk memaafkannya dan luka itu selalu melekat di hati Abi. Mungkin ia belum memaafkannya. Mungkin itu alasannya, ia benci jika disinggung tentang wanita di masa lalunya itu.

***

Malam ini, Aya masih terjaga di ranjang. Suaminya tidak kembali ke kamar setelah tiga jam lalu membentaknya. Wanita itu sebenarnya ingin tak acuh, tetapi mengapa tidak bisa?

Akhirnya, Aya turun dari ranjang. Ia mengeratkan kimononya dan berusaha mencari Abi. Ia tidak bisa tenang jika begini. Seperti ada yang mengganjal di hatinya, padahal perkara ini bukan sepenuhnya salah Aya.

Di ruang tengah, wanita itu menemukan Abi di sofa depan televisi. Ia ingin mendekat, tetapi segera urung ketika melihat Elle lebih dulu sampai di tempat Abi.

Dari kejauhan, Aya melihat Elle menunjukkan sebuah kertas dengan bangganya pada Abi. Dan pria itu langsung mengambilnya dan menggenggamnya erat. Mungkin itu kertas hasil ujian Elle hari ini. 

Beberapa detik kemudian, Abi membuka tangannya lebar dan Elle langsung berlari ke dalam pelukan sang ayah. Dari sudut ini, Aya dapat melihat Elle dan Abi tersenyum bahagia. Pemandangan yang jarang ia lihat. Elle dan Abi, tertawa bersama, bukannya bertengkar.

Jika itu karena nilai ulangan Elle yang memuaskan, Aya bersyukur. Setidaknya, kehadirannya sedikit bermanfaat. Walau sepertinya tidak terlalu bermakna untuk keduanya. Aya memilih kembali ke kamar tanpa ingin mengganggu mereka. Takut jika ia mendekat, keduanya akan kembali bersitegang.  Di sisi ranjang Aya kembali berpikir, apa menjadi istri Abi memang cocok untuknya? Apa benar takdirnya demikian? 

***

“Mbak Aya gimana? Kerasan di rumah baru?” 

Di hari Minggu, Aya mengantar sang ayah kembali mengunjungi dokter. Sekarang, ia tidak perlu pusing membayar tagihan obat, bahkan jika itu naik sepuluh kali lipat. 

Abi memberikan uang bulanan pada Aya, seperti saldo rekening pria itu tidak akan habis. Jumlahnya fantastis. Walau begitu, Aya tidak lantas gelap mata dan menghamburkan uang suaminya. Ia lebih memilih menyimpannya dan mengeluarkan di saat perlu.

Tiga hari setelah membentaknya, Abi selalu pulang malam dan tidur di kamar tamu. Apa pengantin baru lainnya juga ada yang seperti ini: tidur di kamar terpisah? Jangan tanyakan tentang malam pertama. Mereka belum pernah melakukannya. 

“Kerasan, Pa. Tapi kangen Papa sama Lula.”

“Tapi seneng, kan?”

“Seneng, kok. Papa tidak perlu khawatir,” dusta Aya pada sang ayah.

Life Scenario ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang