Bab 7 Going Viral

164 42 3
                                    

“Bener ini kampus wanita yang bareng Abimanyu Dinata naik mobil waktu itu?” 

Somad sang pencari berita sudah sampai di depan kampus Aya. Ternyata selama ini, ia tidak berhenti mencari tahu keberadaan wanita yang pernah ditarik ke dalam mobil oleh Abimanyu Dinata itu. Sebagai seorang jurnalis handal di bidang gosip, ia tidak akan menyerah sampai targetnya dapat ditemukan dan dimintai keterangan atau setidaknya ia kembali ke kantor dengan memiliki file foto sang wanita bernama Aya dan sosok Abi.

Sungguh sangat sial karena tempo hari, kameramennya lupa memasang memori hingga hasil jepretannya tidak tersimpan. 

“Bener, Bos Somad. Aku udah cari tahu, bener, nih kampusnya cewek itu. Namanya, Aya,” tutur Edun sang kameramen.

“Siapin kamera, jangan sontoloyo lagi! Pastiin itu memori nancep di kamera!” teriak Somad pada Edun hingga pria itu gelagapan menyiapkan kameranya.

“Siap, Bos. Aman,” jawab Edun setelah memastikan semua persiapannya lengkap.

“Hari ini, kita harus dapet foto mereka. Ayo.” 

Somad berjalan mendahului Edun meninggalkan parkiran mobil. Hari ini, ia harus membawa oleh-oleh untuk atasannya.

***

“Aya, hari ini nggak ada jadwal privat, kan? Anterin aku ke toko buku yang di pertigaan kampus, yuk.” Kiora, salah satu sahabat Aya di kampus menghampirinya seusai jam kuliah.

“Toko buku yang di Mal atau bukan?” tanya Aya sembari melangkah keluar kelas.

“Bukan, kemaren aku udah ke sana, tapi buku yang aku cari gak dapet. Aku mau survey di toko buku lain.”

“Oh, oke. Yuk.”

“Makasih, ya.”

“Ih, lebay. Cuma nganterin ke toko buku doang kaya mau dianter ke mana aja.”

“Ini tuh tumben kita bisa jalan bareng lagi. Biasanya kamu sibuk terus kaya pejabat. Deket toko buku ada kafe baru, loh. Nanti aku traktir, deh.”

“Tumben mau traktir.”

“Mau curhat masalah Reno juga sambil nongkrong.”

Aya hanya mengangguk sebelum Kiora menautkan lengannya dengan lengan Aya. Walau sedikit tertutup dan jarang bergaul dengan orang-orang, Aya masih beruntung memiliki beberapa teman dekat yang mengerti kesehariannya yang mereka sebut “sok sibuk”. Salah satunya Kiora. 

Sebenarnya Aya cukup selektif dalam memilih teman dekat. Bukan karena sombong, melainkan Aya akan lebih terbuka dengan orang-orang yang satu frekuensi dengannya. Rasanya seperti lebih nyambung ketika mengobrol. Namun, bukan berarti ia tidak bisa bersikap ramah pada orang-orang. Ia adalah pribadi yang ramah, tetapi tidak akan sembarangan menceritakan hal-hal yang ia anggap privasi. 

“Ya, kita jalan kaki aja, ya? Deket ini, paling 200 meter.”

“Iya, Ra. Sekalian olahraga.”

Mereka masih menyusuri koridor saat dua orang yang mencurigakan itu menunggu di gerbang sekolah. Menurut Somad dan Edun, gerbang sekolah adalah tempat paling strategis untuk menghadang wanita bernama Aya itu. Tinggal tangkap lalu introgasi.

“Eh, Bos … Bos … itu orangnya. Itu Aya.” Edun yang sedari tadi duduk di bawah pohon segera berdiri lalu menunjuk-nunjuk Aya di depan Somad.

“Ah, iya. Persiapan. Cepetan!”

“Oy! Aya! Mba Aya!” 

Edun berteriak dan melambaikan tangannya pada Aya, lalu mulai mengarahkan kamera pada wanita yang tiba-tiba kebingungan dan menghentikan langkah itu.

Life Scenario ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang