Bab 4 Pertemuan Pertama

169 49 6
                                    

“Mas Rama gila, ya?” 

Abi berdiri dari kursi makan saat sang kakak mengusulkannya untuk menikah dengan salah satu mahasiswanya. Ide gila macam apa ini? Dia kira kedatangan pria itu ingin membahas suatu hal penting, ternyata memintanya untuk menikah. 

“Bukannya aku gila, Bi. Tapi Elle memang butuh ibu. Kamu jangan menutup mata, kamu tahu faktanya kalau Elle kesepian. Elle pembangkang karena tidak ada yang berani mendisiplinkannya. Termasuk kamu sekalipun.” 

Rama kembali mengingatkan adiknya tentang fakta yang terjadi. Hidup tanpa ibu membuat Elle lain dari kebanyakan anak-anak. Ditambah akhir-akhir ini tingkahnya semakin membuat Abi sakit kepala.  Rama hanya ingin Abi lebih peka dengan sang putri.

“Elle baik-baik saja denganku, Mas,” balas Abi dengan urat wajah menegang.

“Sampai kapan kamu akan seperti ini? Aku tahu mengasuh anak sendirian itu tidak mudah. Kamu sibuk, Elle lebih banyak sendirian di rumah. Ditambah akhir-akhir ini anak itu sering membuat ulah di sekolah.” Rama tidak kehabisan kata-kata. “Aku yakin Aya bisa jadi ibu yang baik untuk putri kamu,” sambung Rama.

“Jadi Mas Rama sekarang buka jasa biro jodoh selain jadi dosen?” 

Abi tersenyum sinis pada Rama, dan Rama hanya menatap tajam adiknya yang selalu saja temperamen.

“Apa yang membuat kamu sulit untuk membuka diri dengan wanita lain selain Jelita? Ingat Abi, wanita itu sudah pergi.” 

Rama menyebut kartu mati Abi. Pria itu lantas membatu, badannya seketika dingin seperti terguyur air es. Jelita adalah ibu kandung Elle, wanita dari masa lalu Abi yang tidak pernah dipublikasikan hingga detik ini. Meski tidak tersiar, skandalnya di masa lalu dengan wanita itu, membuatnya menutup diri untuk masalah kehidupan pribadi dengan siapa pun. 

Hanya segelintir orang yang mengetahui tentang ini. Bahkan awak media masih terus menggali informasi tentang wanita yang pernah dinikahi seorang Abimanyu Ganendra Dinata. Namun, hasilnya nihil, mereka tidak menemukan apa pun. Mereka hanya tahu bahwa Abi pernah menikah tanpa tahu siapa wanita yang dinikahi.

“Pernikahan ini adalah simbiosis. Aku tidak bisa menikah dengan sembarangan orang, Mas. Semua wanita mendekatiku dan Elle hanya karena uang kami.” 

Abi menyerah dan memilih duduk kembali di kursinya. Membahas topik lain dengan Rama adalah pilihannya, asalkan pria itu tidak mengungkit nama Jelita. Dia tidak ingin Elle tahu bahwa ayahnya dan sang paman sedang membicarakan ibu kandungnya.

“Aya memang butuh uang, tapi dia bukan wanita gila harta. Aku bisa jamin. Dan, aku sudah mengatur pertemuan pertama kalian. Setidaknya temui dulu dia, baru berkomentar. Aku yakin dia tipe kamu.” Rama beranjak dari duduknya dan melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan kirinya.

“Pukul 20.00, di kafe lampion. Jangan sampai terlambat. Aya orangnya on time.” 

Tanpa menunggu jawaban Abi. Rama pergi meninggalkan satu-satunya saudara yang dia miliki itu. 

***

Jika tidak karena menghargai kakaknya, Abi tidak akan mau repot-repot menemui wanita yang bahkan tidak pernah ia lihat sebelumnya. Abi datang sepuluh menit lebih awal dari gadis yang bernama Ayana Reina Galuh itu. Menurut Rama, Aya akan datang mengenakan kemeja. Dari pakainya yang lumayan mencolok, tidak sulit menemukannya. Ditambah gayanya yang khas mahasiswa, membuat Abi langsung mengenali gadis itu.

Gadis itu mengenakan kemeja flanel kotak-kotak yang dipadukan dengan celana jins, lalu bersepatu olahraga. Rambutnya dia kuncir kuda. Sumpah tidak ada cantik-cantiknya sama sekali. Dari penglihatan Abi, jelas gadis ini tidak pernah mengurus dirinya sendiri, melakukan perawatan wajah, rambut, apalagi tubuh. Penampilannya acak-acakan seperti preman. Pantas, Elle takluk hingga mau disuruh mengepel lantai.

Life Scenario ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang