“Kak Aya, itu Om Esha.”
Elle menunjuk seorang pria yang berlari ke arah mereka. Kemeja biru laut berlengan panjang dimasukkan rapi ke celana bahan bermodel ketat, pria itu memakai sepatu pantofel. Benar-benar rapi seperti akan berangkat bekerja.
“Halo, Elle.” Pria berkulit pucat itu mengusap rambut Elle ketika sampai.
“Om Esha. Kenalin, ini Kak Aya.”
Pria itu melirik pada Aya. Tidak langsung tersenyum melainkan menatap Aya seperti menilai. Napas pria itu belum normal, dilihat dari dadanya yang naik turun, serta keringat yang menetes dari dahinya yang terbuka.
“Esha.” Akhirnya pria itu tersenyum dan mengulurkan tangan pada Aya.
“Aya. Makasih, ya. Sudah mau datang menggantikan Mas Abi,” balas wanita itu.
Aya cukup asing dengan laki-laki di hadapannya. Abi bilang pria ini adalah sahabatnya. Namun, ketika pesta pernikahan mereka digelar. Aya yakin tidak pernah melihat pria ini.
“Nggak masalah. Kebetulan aku lagi ambil cuti. Kalian mau masak apa?”
“Nasi goreng yang gampang.”
Aya mengangkat tas bawaannya yang berisi bahan untuk lomba. Semalam ia sudah mempersiapkannya dengan Elle.
“Om Esha dukung Elle-nya yang heboh, ya? Itu juga dinilai sama juri.”
“Siap.”
Tanpa diduga setelah menghilang beberapa saat di tribun suporter--dan berhasil membuat Elle panik--Esha kembali membawa papan raksasa bertuliskan: Semangat Elle. Belum lagi topi dan juga kacamatanya yang alay.
Syukurlah mereka mendapat juara favorit untuk kekompakan. Jadi, Elle tidak malu ketika berjalan bersama pria yang super heboh di bangku penonton.
Benar sekali kata sang ayah. Om Esha memang sangat cocok untuk hal seperti ini. Untunglah, berkat pria itu, Elle pulang membawa piala.
“Papa, lihat, deh. Aku dapat juara favorit.”
Dengan bangga Elle menunjukkan pialanya kepada sang Ayah yang baru pulang Pukul 20.00. Ia tersenyum bahagia. Karena baru seumur hidup, Elle mendapat piala. Walau ini piala lomba memasak, bukan Olimpiade Matematika.
“Wih, keren. Selamat, ya.”
“Hehe.”
“Om Esha mana?”
“Itu, di ruang tengah sama Kak Aya.”
Abi dan Elle melangkah meninggalkan ruang tamu. Di ruang tengah Aya sedang menyusun rak buku agar memiliki ruang untuk meletakkan piala Elle. Sedangkan Esha membantu di sampingnya.
“Mas, udah pulang?” Aya segera berdiri dan menyambut sang suami.
“Mau mandi dulu atau mau langsung ngobrol sama Mas Esha? Udah ditungguin dari tadi.”
Wanita itu mendekat pada sang suami lalu mencium bibirnya tepat di depan Esha dan Elle. Bocah itu mungkin sudah terbiasa, tetapi Esha. Semuanya terlihat aneh di matanya.
“Saya mau mandi dulu. Biar Esha nunggu lebih lama lagi.” Abi tersenyum lalu pergi berlalu dengan sang istri. Meninggalkan Esha dan Elle yang kembali sibuk merapikan rak buku
***
“Bi, ternyata istri kamu lebih cantik aslinya dari pada di televisi. Beneran dia dulu jualan kue di kampus?”
Abi hanya menaikkan salah satu alisnya pada Esha. Kedua pria itu sedang duduk santai di lantai atas rumah Abi. Ada rooftop yang di-design ala kafe dengan lambu-lambu kecil merambat menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Scenario ✔
عاطفية(Bab 21 - End + Extra Part ada di karya karsa) Ayana Reina Galuh, tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan gadis kecil keras kepala bernama Elle Zhafira Dinata membawanya masuk ke dalam lingkaran Keluarga Dinata. Aya pikir, dirinya akan dipe...