Bab 1 Terjebak Masalah

433 81 12
                                    

Aya berkali-kali melirik jam tangan dipergelangan kirinya. Gadis itu berdiri gelisah di kantin kampus tempatnya mengemban ilmu. Harusnya Bu Minah--salah satu pemilik lapak--memberikan uang kue dagangan Aya yang sudah satu minggu dititipkan padanya. Namun karena faktor lupa, wanita tua itu harus pergi ke mesin ATM terdekat untuk mengambil beberapa lembar uang karena uang cash yang dimilikinya tidak cukup.

Sebenarnya Aya tidak masalah menunggu sedikit lama. Namun, ia benar-benar sudah terlambat ke suatu tempat. Harusnya sepuluh menit yang lalu, ia sudah sampai di rumah dosennya.

“Aduh, Neng Aya. Maaf ya, Ibu jadi bikin Neng Aya nunggu lama. Antri tadi di mesin ATM.”

“Tidak apa-apa, Bu. Saya malah yang terima kasih karena kue saya boleh nitip di sini.”

“Sama-sama kalo begitu ya, Neng. Katanya mahasiswa-mahasiswa yang beli. Kue Neng Aya teh enak pisan. Ada juga dosen yang beli, katanya juga enak. Kaya yang dijual di toko roti. Terus ....”

“Bu Minah, ceritanya besok lagi aja, ya. Saya ada janji ke rumah Pak Rama. Saya pergi dulu, Bu. Makasih.”

Secepat kilat Aya lari seperti dikejar hantu, keluar area kampus lalu menaiki angkot yang kebetulan habis menurunkan penumpang. Terlambat bukanlah kebiasaannya. Walau sibuk, Aya selalu menerapkan disiplin pada dirinya. Bagi wanita berusia 21 tahun itu, waktu adalah uang. Menghamburkan waktu berarti menghamburkan uang.

Mungkin, beberapa orang yang beruntung dan memiliki hidup nyaris sempurna berpikir bahwa kisah hidup paling kejam hanya terjadi dalam sinetron. Namun, kehidupan Ayana Reina Galuh layaknya kisah itu. Mahasiswa semester 5 itu tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, jangankan untuk bersenang-senang seperti kebanyakan mahasiswa lain, yang rela mengeluarkan uang puluhan ribu hanya untuk mendapat kopi bermerek dan nongkrong di kafe mewah. Aya lebih memilih mencari uang tambahan di sela menjadi mahasiswa. 

Setiap hari gadis berambut hitam melewati bahu itu harus membuat kue yang ia titipkan di kantin kampus. Belum lagi menjadi guru les untuk beberapa anak. Salah satunya anak dosen di kampus--Rama Anggasta Dinata.

Setiap Selasa dan Kamis, Aya rutin mengunjungi rumah dosennya itu sebagai guru les kedua putrinya. Sebagai mahasiswa dengan ekonomi pas-pasan Aya harus melakukan apa pun untuk mendapatkan uang tambahan, lagi pula uang beasiswa tidak cukup untuknya dan keluarga. Setelah ayahnya tidak lagi bekerja di kantor, Aya harus membantu ekonomi keluarga. Jadi apa pun Aya lakukan asalkan itu halal.

Hanya Pak Rama yang mengetahui kondisi ini. Beberapa mahasiswa yang tidak tahu pekerjaan sampingnya, pernah menggosipkan Aya menjadi wanita simpanan dosen itu karena sering mengunjungi rumahnya. Namun, dia tidak peduli dan tidak pernah repot-repot meluruskan apa yang terjadi. Lagi pula kadang orang-orang hanya ingin tahu, bukannya ingin peduli.

Di luar gosip itu, Aya adalah mahasiswa favorit Pak Rama. Bukan karena Aya cantik dan memiliki kehidupan yang menyedihkan. Aya adalah wanita pekerja keras dan juga pintar, walau ceroboh dan galak. Tapi untunglah berkat otaknya yang cemerlang Pak Rama merekrutnya menjadi guru les anak-anaknya.

Waktu bergulir maju hampir setengah jam dari jadwal les seharusnya. Dengan napas tidak berirama, Aya berjalan cepat memasuki rumah dosennya itu setelah dibukakan pintu oleh penjaga rumah. Di ruang tamu, pendengarannya menangkap langkah kaki yang berderap cepat bergerak ke arahnya. Seorang gadis muda berlari dengan gelas berisi air di genggamannya. Walau melihat Aya, gadis itu malah semakin mendekat dan seperti sengaja menabrak tubuh Aya hingga menumpahkan air ke tubuhnya.

“Argh!” Aya memekik setelah tersiram air dingin yang dengan sengaja atau tidak ditumpahkan oleh bocah yang menabraknya. 

“Kenapa kamu menghalangi jalanku? Kenapa tidak hati-hati, sih? Minumanku jadi tumpah, kan!” 

Life Scenario ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang