“No! Big No!”
Elle masih kesal dengan Abi saat keduanya sampai di rumah. Hari ini, pertemuan Abi dengan panitia seminar dibatalkan. Pria beranak satu itu berkata ada rapat mendadak. Terpaksa ia berbohong. Tidak mungkin juga menceritakan peristiwa sebenarnya.
“Om Esha?”
Begitu memasuki rumah, bocah itu menemukan seorang pria yang familiar di ruang tengah. Adalah Ganesha Attala Kusuma. Sahabat baik sang ayah yang sangat perhatian padanya. Katanya, sih. Om Esha sudah menganggap Elle anak kandung sendiri. Walau sebenarnya pria berhati lembut itu belum menikah dan tidak punya anak kandung.
“Elle, gimana kabarnya? Papa masih suka marah-marah?”
Bocah berwajah cantik itu langsung menghambur dalam pelukan Esha. Tersenyum dalam dekapannya.
“Baik. Om Esha kapan datang? Kenapa tidak beritahu Elle dulu? Papa? Ya, masihlah.” Elle merotasikan bola matanya.
“Biar kejutan, dong. Kenapa tadi ter—”
“Heh, heh, lepas! Jangan peluk-peluk Om Esha!” perintah Abi tegas menyela ucapan Esha.
Abi yang baru saja bergabung dengan mereka di ruang tengah memberi isyarat dengan tangannya agar Elle menjauh dari Esha. Sekarang, ia harus lebih protektif pada Elle. Putrinya itu sudah bukan anak-anak lagi.
“Kenapa? Elle 'kan kangen Om Esha. Papa pelit.”
Gadis kecil itu langsung cemberut. Kenapa begini saja dilarang? Padahal jarang-jarang Elle bertemu Esha yang tinggal di luar kota.
“Kata Kak Aya apa tadi? Jangan dekat-dekat sama anak laki-laki! Tidak boleh! Sana ke kamar, ganti baju, cuci tangan!”
Abi memerintah Elle dengan wajah menegang hingga garis dagunya terlihat semakin tegas. Alisnya bahkan hampir menyatu karena menahan emosi.
Bocah itu sama dengannya, sehabis dibentak. Ujung alis Elle naik turun seperti roller coaster, bibirnya semakin maju. Ia adalah cetak biru darinya. Sangat mewarisi sifat yang satu itu. Tidak mau kalah dan mengalah. Selalu saja ada jawaban yang ia lontarkan ketika Abi marah padanya.
“Papa ingat juga tidak kata Kak Aya? Sekarang aku bukan anak-anak lagi! Itu artinya aku sudah dewasa! Papa jangan suruh-suruh aku terus! Hih!”
“Kalian ini cuma berdua, tapi rasanya ada orang satu RT di rumah ini, ya? Rame banget.” Esha berusaha menengahi dengan candaan receh. Namun, malah terdengar garing karena keduanya masih bersitegang.
“Udahlah, Bi. Kenapa sih berantem terus sama anak.” Esha berusaha menenangkan sahabatnya yang memang sudah terkenal temperamen sejak dulu dengan menepuk bahunya.
“Papa yang mulai duluan, Om!”
“Mulai apa, Elle?” Abi bertanya frustasi.
“Katanya Papa mau menikah sama Kak Aya! No. Papa tidak boleh menikah lagi.” Elle diam, matanya memanas. Dadanya sesak tiba-tiba.
“Om Esha. Tolong beritahu Papa Elle untuk tidak menikah lagi. Kalau Papa menikah lagi bagaimana dengan mama Elle?”
Tidak dapat lagi menahan air mata. Elle memilih pergi meninggalkan kedua pria itu. Tidak mau saja menangis di hadapan papanya.
“Elle,” ucap Abi lirih.
“Ada apa sih, Bi? Siapa Aya? Kenapa Elle marah besar seperti itu?”
Esha masih tidak mengerti sebab ketegangan antara anak dan ayah barusan. Bahkan Esha masih tidak mengerti mengapa Abi memintanya untuk datang ke Jakarta padahal dirinya menetap di Bandung. Pria itu hanya berkata ia butuh teman untuk mendengarkan rencananya. Rencana apa dan seperti apa, Esha belum paham betul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Scenario ✔
Romance(Bab 21 - End + Extra Part ada di karya karsa) Ayana Reina Galuh, tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan gadis kecil keras kepala bernama Elle Zhafira Dinata membawanya masuk ke dalam lingkaran Keluarga Dinata. Aya pikir, dirinya akan dipe...