3 minggu kemudian

6.5K 558 33
                                    

Kini Jaemin tak sabar menunggu Jeno terbangun dari koma nya. Sekarang Jaemin masih berada di sekolah, sedangkan yang menjaga Jeno adalah orang tua nya. Setelah pulang sekolah, Jaemin akan langsung menuju rumah sakit, berharap saat ia sampai, Jeno nya sudah sadar.

Namun Jaemin kembali teringat dengan kejadian satu minggu lalu, yang mana Laura datang ke rumah sakit dengan dalih ingin melihat keadaan Jeno. Jaemin jadi melamun karena memikirkan itu, sampai guru yang menerangkan menegurnya.

"Jaemin Nathaniel, kalau niat kamu cuma ingin melamun, keluar dari kelas saya!!" Ucap guru itu dengan teriak, dan membuyarkan lamunan Jaemin.

"Maaf pak, saya akan memperhatikan pelajaran bapak" jawab Jaemin sedikit takut.

Guru itu kembali menerangkan pelajaran, hanya menerangkan, untuk soal itu minggu depan. Karena materi sekarang hanya memahami nya terlebih dahulu.

Sampai akhirnya bel pulang berbunyi, Jaemin langsung sumringah kembali. Dengan tergesa-gesa ia memasukkan buku-buku nya ke dalam tas.

Renjun serta Haechan yang melihat itu terheran-heran. "Kok lo buru-buru sih, na?" Tanya Renjun.

"Gue pengen ketemu Jeno" jawab Jaemin, ia langsung beranjak dari duduknya dan bergegas keluar dari kelas.

Sesampainya di parkiran, Jaemin di hadang oleh Lia dan kedua temannya. Jaemin berdecak kesal, niatnya ingin langsung ke rumah sakit untuk menghampiri Jeno harus terhenti.

"Ada apa?" Tanya Jaemin ketus.

"Bener Jeno kecelakaan?" Bukannya menjawab, Lia justru melontarkan balik pertanyaan.

Jaemin mengangguk.

"Kenapa lo ngga ngasih tau ke gue hah? Lo sengaja biar gue gatau kalau Jeno kecelakaan?" Bentak Lia.

"Eh, lo nya kali yang baru keluar goa. Orang berita Jeno kecelakaan udah tersebar, kudet lo" balas Jaemin, "dah lah, gue mau nyamperin .Pacar. gue dulu" lanjut Jaemin sengaja menekan kata pacar.

Jaemin segera mengambil mobil nya yang terparkir hampir dekat gerbang. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, sungguh, Jaemin ingin sekali melihat kekasih nya itu.

Sesampainya di rumah sakit, Jaemin langsung turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam. Saat Jaemin sudah di depan kamar rawat Jeno, tangannya terulur untuk membuka pintu.

Tiba-tiba Jaemin mendengar suara seorang wanita yang familiar untuknya. Jaemin mencoba mengingat kembali suaranya itu, dan dia teringat kalau itu suara dari Laura. Netra Jaemin menangkap Jeno yang ternyata sudah bangun dari koma nya.

Jaemin tetap berdiri di ambang pintu, tidak ada niatan untuk masuk. Empat orang yang berada di dalam tidak menyadari keberadaan Jaemin.

"Kenapa kau kesini, Laura?" Tanya Jeno.

"Aku merindukan mu Jen, sudah lama kita tidak bertemu" jawab Laura sambil memegang lengan Jeno yang masih terbalut pakaian ala pasien lainnya.

"Lupakan kejadian itu, sekarang aku sudah mempunyai kekasih. Jangan menganggu ku lagi" Ucap Jeno membuat laura mengerutkan alis nya kesal.

"Ku kira itu cuma bercanda, Jen. Jadi beneran kau seorang gay? Aku tidak menyangka, kekasih mu itu sungguh menjijikkan. Siapa namanya, ah iya Jaemin" ucap Laura tanpa sadar membuat Jaemin yang mendengarnya marah, begitu pula dengan Jeno. Tidak terima jika kekasih nya di hina.

"Jaga mulut mu, Laura!!" Sentak Jeno.

"Laura! jangan pernah sesekali kau berani menghina calon menantu saya, kalau tidak kau akan menerima akibatnya" saut mama Jeno.

"Woww, tante Tania. Tante juga mengizinkan anak tante yang gay ini? Jangan sampai, lebih baik tante serahkan anak tante ke saya" ucap Laura.

"Seksual orang beda-beda, laura" kini papa Jeno yang ikut andil, "lagi pula saya akan mengizinkan dan mendukung apapun yang membuat anak saya bahagia, terutama bersama dengan Jaemin" lanjutnya.

"Om David? Laura pikir om tidak mengizinkan ternyata sama saja" ujar Laura.

"Apa kurang nya aku? Aku udah cantik, baik, dan tentu akan bisa memberikan Jeno keturunan. Sedangkan Jaemin, dia hanya seorang lelaki. Mana bisa dia memberikan Jeno keturunan, pasti dia tidak akan bisa menjadi menantu yang baik" ucap Laura lagi, "Aku berbeda dengan Jaemin. Aku tentu kelas atas, sedangkan Jaemin pasti tidak berkelas. Dia pasti juga seorang lelaki penggoda mu, Jen." Lanjutnya.

"Aku tidak seburuk itu, Laura!!" Ucap Jaemin yang masih di ambang pintu, membuat ke empat orang itu terkejut dan menoleh ke sumber suara.

"Jaemin, kenapa kamu disitu, masuk lah sayang" ucap mama Jeno yang bernama Tania itu.

"Tidak, terimakasih" ucap Jaemin lalu pergi meninggalkan kamar rawat Jeno.

Jeno panik dan segera turun dari brankar, dibantu sang papa. "Jeno, bawa Jaemin kesini. Jangan sampai dia salah paham hanya karena wanita sialan ini" ucap mama Tania seraya melirik sekilas ke Laura.

Jeno yang di temani papa nya mencoba mencari Jaemin, pasti Jaemin masih berada di sekitar rumah sakit ini. Di kantin tidak ada, kamar mandi tidak ada, parkiran tidak ada walaupun hanya ada mobil nya.

"Pah, ke taman" ucap Jeno dan diangguki sang papa.

Benar saja, waktu mereka berdua sampai di taman. Jaemin ada disitu, mendudukkan dirinya di kursi stainless sambil menunduk.

"Jen, samperin Jaemin, kau harus lembut saat berbicara dengannya. Papa tidak ingin calon menantu papa menangis karena dirimu, apalagi Laura si murahan itu." Ucap papa seraya menepuk-nepuk bahu Jeno.

Jeno mengangguk, lalu dia berjalan ke arah Jaemin dengan langkah seperti orang pincang. Jeno duduk di sebelah Jaemin, lelaki cantik itu masih tidak mengetahui keberadaan Jeno.

"Jaemin" panggil Jeno dengan lembut.

Jaemin sontak mengangkat kepala nya dan kaget melihat ada Jeno disampingnya. Jaemin hanya mengangkat satu alisnya, dan tidak ada niatan untuk bicara kalau bukan waktu nya.

"Kamu jangan dengerin omongan Laura ya" ucap Jeno, "iya memang kamu dan Laura berbeda, Laura itu kelas atas, sedangkan kamu paling berkelas, tidak ada yang bisa menandingi mu, Jaemin. Dan kamu bukan lelaki penggoda, jadi jangan masukan hati omongan Laura" lanjut nya.

"Iya, Jen. Aku ngga bakal masukin ke hati, tenang aja" balas Jaemin tersenyum.

"Cantik banget" tangan Jeno terulur untuk mengelus pipi Jaemin, membuat sang empu merona.

Sementara itu....

Di dalam ruangan, kedua wanita itu tidak henti-henti nya bertengkar.

"Lebih baik kamu pergi sebelum saya memakai cara kasar" ucap mama Tania sambil menunjuk ke arah pintu.

"Ck, awas aja, aku tidak akan membiarkan Jeno dan Jaemin bahagia" ucap Laura lalu beranjak meninggalkan ruangan itu.

"Dan do'a ku yang akan menyertai mereka untuk bahagia" gumam wanita cantik itu.

Tbc.

Bad Boy Bucin | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang