Death is ahead pt 4

111 12 0
                                    

Gudang [22.45]

"Keeho, apa kau yakin ingin memakan Jeongin? Kau tidak tergigit kan? Atau jangan jangan kau seorang kanibal?" Wonjin mulai merasa terancam dengan tatapan Keeho.

"Tenang saja, aku tidak tergigit kok. Aku hanya ingin memakan daging anak keras kepala itu. Lagipula persetan dengan kanibalisme, di masa sulit seperti ini hanya ada dua pilihan, Dimakan atau memakan. Aku lebih memilih untuk memakan."

"Tapi itu sangat salah, Keeho. Pikirkan bagaimana reaksi yang lainnya kalau mereka tau kau ingin memakan Jeongin." Wonjin tak henti membujuk Keeho.

"Apakah aku terlihat peduli dengan itu? Tidak, sama sekali tidak."

"Baiklah kalau begitu. Aku akan melaporkanmu ke pak Jinyoung sebelum Jeongin menjadi kor..." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Keeho mengancamnya dengan pisau di leher.

"Jangan kau berani laporkan ini ke pak Jinyoung." Ancam Keeho dengan nada dingin.

Wonjin hanya bisa menelan ludah kasar lantaran hidupnya saat ini berada di ambang hidup dan mati akibat sahabatnya sendiri. Ia hanya bisa pasrah dan mengangguk kepada Keeho.

"Awas saja kalau kau melaporkanku." Keeho menarik kembali pisaunya dari leher Wonjin.

"Ti ti tidak, aku tidak akan melaporkanmu." Ucap Wonjin dengan nada bergetar.

"Kalau begitu, tolong aku menyekap Jeongin. Setelah itu kita bawa dia ke sisi lain gudang ini."

Wonjin hanya mengangguk ragu. namun, dalam hatinya ia sangat takut melakukan perbuatan itu.

"Ayo bergegas sebelum mereka bangun." Keeho mulai beranjak dari duduknya dan berjalan secara perlahan ke arah Jeongin.

Saat sampai di hadapan Jeongin, Keeho mulai memikirkan cara agar bisa membawa Jeongin tanpa diketahui oleh orang lain. Ia kemudian mendapat sebuah ide.

Keeho mulai menggoyangkan badan Jeongin pelan pelan agar ia terbangun.

"Jeongin."

Mata Jeongin mulai terbuka dan ia cukup terkejut melihat Keeho di hadapannya.

"Jangan panik, aku kesini untuk minta maaf kok." Ucap Keeho sambil tersenyum tipis namun Wonjin tahu persis bahwa itu hanya jebakan manis.

"Oh begitu ya. Tenang saja, aku memaafkanmu. Lagipula aku yang salah karena sudah memancing emosimu." Balas Jeongin.

"Kalau begitu kita sudah baikan?"

Jeongin mengangguk.

"Syukurlah kalau begitu. Ngomong ngomong, apa kau ingin mencari makanan? Aku yakin kau juga lapar kan?" Ajak Keeho sembari merangkul pundak Jeongin.

"Uhmm, sebenarnya aku memang lapar. Tapi apakah ada makanan di gudang ini?" Tanya Jeongin ragu.

"Tenang saja, gudang ini sangat luas. Seingatku, ada persediaan makanan kaleng dan air mineral di sisi lain gudang ini."

"Benarkah?" Mata Jeongin berbinar.

"Iya, tanya saja pada Wonjin. Iya kan Wonjin?" Tanya Keeho kepada Wonjin dengan tatapan tajamnya.

Wonjin hanya mengangguk kaku "oh iya, benar kata Keeho."

"Kalau begitu ayo kita kesana. Kita juga bisa membawakan makanan untuk teman teman kita." Jeongin terbangun dari posisinya dan mulai berjalan ke sisi lain gudang sementara Keeho hanya bisa menyeringai puas karena berhasil menipu Jeongin.

Namun, mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka.

"Memangnya ada makanan di gudang ini?" Ucap orang itu dalam hati.

























STUDENT ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang