[ 22 ] Persiapan Acara Pertunangan

35 30 70
                                    

***
{ Persiapan Acara Pertunangan }
***

“Benarkah itu? Kapan?” tanya Micca.

“Jangan percaya sama dia, Micca. Siapa juga yang mau tunangan? Masalah ini saja baru selesai, masa sudah mau tunangan?” jawab Rissa.

“Yeah! Kok, nggak percaya sama aku? Tunggu saja kak, sebentar lagi semua akan siap. Aku dan Bagas akan menggurusnya. Aku juga akan menelpon ibu dan ayah untuk segera pulang dari Eropa,” ujar Meolin.

“Meolin, jangan ihh ... kamu ini, sibuk banget yang mau tunangan itu kakakmu apa kamu?” ujar Rissa.

Calon adik iparnya satu ini memang selalu membuatnya naik darah, walaupun terkadang membuat tingkat steressnya turun.

“Ya kakaklah yang mau tunangan sama kakakku. Aku sama Bagas besok saja saat kakak udah punya bayi,” ujar Meolin. Rissa membulatkan matanya, calon adik iparnya ini terlalu jauh memikirkannya.

“Yak! Kau ini.” Meolin segera berlari. Rissa pun menggejarnya, Micca dan Andre menggeleng. Apa mereka lupa jika sedang berada di rumah sakit?

***

“Pak! Pak itu bunganya taruh di sana, ya,” ujar Bagas pada seorang penjual bunga. Orang itu mengangguk dan meletakkan bunganya di tempat yang Bagas katakan.

“Meolin ketringnya udah sampai belum?!” teriak Bagas pada Meolin yang sedang sibuk menata meja prasmanan.

“Belum ... mungkin keteteran karena kita pesan banyak!” Meolin balas berteriak. Ya begitulah, Meolin dan Bagas sedang sibuk mempersiapkan acara pertunangan Daffa dan Rissa. Mereka juga mengundang beberapa tetangga, sanak-saudara dan juga beberapa teman.

Ketika Meolin dan Bagas sedang sibuk mempersiapkan acara pertunangan, berbeda dengan Daffa dan Rissa. Mereka hanya mengeleng-gelengkan kepala melihat sikap Meolin dan Bagas. Rissa belum habis pikir, ternyata Meolin tidak main-main dengan kata-katanya. Setelah pulang dari rumah sakit Meolin segera mempersiapkan peralatan untuk acara pertunangan.

“Daffa, aku baru tahu jika adikmu itu selain keras kepala, juga tidak pernah main-main dengan kata-katanya,” bisik Rissa pasa Daffa.

“Kau yang baru tahu. Meolin memeng begitu orannya, kalau dia bilang warna putih, ya harus warna putih mana bisa diganti warna hijau,” balas Daffa kembali berbisik.

“Jadi, bagaimana? Apa kita benar-benar akan bertunangan besok?” tanya Rissa.

“Sepertinya,” ujar Daffa sambil bersedekap dada.

“Kakak ayo kita ke toko perhiasan,” ujar Meolin tiba-tiba muncul membuat Daffa dan Rissa terkejut.

“Ngapain ke toko perhiasan Meolin? Kau jangan macam-macam kemarin pas kamu ulang tahun kakak udah beri kamu perhiasan. Itu udah cukup!” sahut Daffa. Meolin berlacak pinggang.

“Kakak ... kita ke toko perhiasan untuk beli cicin pertunangan kakaklah, emang kakak mau tunangan tanpa cincin gitu?” ujar Meolin.

“Yaudah ayo.” Meolin menarik tangan Rissa dan Daffa masuk ke mobil.

***

Tidak butuh waktu lama mereka berempat sampai di salah satu toko perhiasan terbesar di Jepang. Meolin segera menyuruh Daffa dan Rissa untuk memilih cincin pertunangan mereka. Meolin kembali protes saat melihat cincin yang Daffa dan Rissa pilih.

“Hei! Kenapa  cincinnya berbeda? Kak Daffa memilih inisialnya dan Kak Rissa memilih yang ada ukiran bunga. Kalian berdua itu gimana, sih? Begini saja, Pak berikan satu inisial lagi berdasarkan nama Kak Rissa,” pinta Meolin pada penjual perhiasan itu.

Dia mengangguk dan segera mengeluarkan cincin yang Meolin minta.

“Harga ketiga cincinnya berapa Pak?” Meolin segera menggeluarkan kartunya, tetapi tertahan saat Rissa menghentikannya.

“Kau sudah berkerja cukup banyak untuk pertunangan kami. Biarlah aku yang membayarnya,” ujar Rissa.

“Ayolah Kak, biarlah aku membayarnya. Anggaplah ini hadiah dariku,” ujar Meolin. Rissa tetap berkeras kepala untuk membayarnya begitu pun dengan Meolin. Akhirnya, Meolin memutar otaknya untuk mencari ide bagaimana caranya supaya ia bisa membayar ketiga cincin itu.

“Hei pak! Kau baik-baik saja?!” teriak Meolin sambil melambaikan tangan ke luar toko. Melihat itu, Daffa, Rissa dan Bagas pun segera menoleh ke luar. Dengan cepat Meolin menyerahkan kartu VIP-nya. Tidak butuh waktu lama pembayaran pun selesai.

“Yak! Kau menipu kami?” ujar Rissa ketika melihat penjual perhiasan itu sedang menggemas cincin yang mereka beli.

“Tidak, aku hanya membayarnya,” ujar Meolin sambil berjalan ke mobil. Setelah menggambil cincin tersebut Bagas, Daffa dan Rissa pun menyusul ke mobil.

***

Kenapa kau membeli tiga cincin?” tanya Daffa pada Meolin.

“Tentu saja untukku, dasar kakak memang tidak peka,” ujar Meolin sambil memainkan handphone-nya.

Bersambung

Yehh, selesai tugas kita hari ini. Cuman mau kasih tau kalau besok ceritanya udah tamat.v wah cepat banget ya wkwk. Sebenarnya ini belum tamat, nanti ada s2-nya. Tapi kayaknya nggak bakal di up di sini hehe. Bye bye besok🎉😉

Kehidupan Asli Selebriti [ Tamat ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang