***
{ Berbelanja }
***Tiba-tiba Meolin menangis keras. Bagas yang mendengar itu segera menghentikan mobil secara mendadak membuat tubuh mereka terpental ke depan.
“Maaf kak, aku kaget,” ujar Bagas sambil meminta maaf pada Daffa dan Rissa. Daffa mengangguk. Bagas menoleh ke arah Meolin.
“Bagas ... peluk aku dalam pelukan hangatmu,” ujar Meolin. Bagas mengedip-ngedipkan matanya.
“Kau ... menonton drama itu lagi, ‘kan?” tanya Bagas ketika melihat sikap Meolin.
“Yak! Aku ingin kau memelukku bukan mendengar kata-katamu,” ujar Meolin semakin kencang menangis. Daffa dan Rissa menutup telingannya, suara Meolin sangat nyaring.
Bagas terdengar menghembuskan napas, setelah itu segera menghidupkan mobilnya. Melihat itu Meolin memukul bahu Bagas dari belakang. Bagas hanya diam menyetir, seakan tidak merasakan apa pun.
“Berhentilah menonton drama itu, kenapa kau terus menontonnya?” tanya Bagas sambil menyetir.
“Karena drama ini selalu mengingatkanku padamu,” ujar Meolin kecil, tetapi masih terdengar jelas di telinga Bagas.
“Bukan hanya aku, kau juga akan menginggat semua kejadian yang terjadi di Mouruk, gempa bumi, disandra, jatuh dari tebing dan ....” Bagas menggantungkan ucapannya.
“Saat kau hampir tiada dan saat kau meninggalkanku selama 100 hari, selama 100 hari itu tidak satu hari pun aku lewati tanpa menggingatmu kau senang?” sahut Meolin.
“Ayolah Meolin, lupakan hal yang membuatmu menangis. Kau selalu menonton drama itu apa tidak bosan?”
“Aku akan bosan menontonnya saat aku sudah bosan denganmu,” jawab Meolin. Bagas hanya mendengarkan.
“Issh, kalian berdua ini, kenapa kalian berdua bisa begini? Meolin kau tahu, Rissa sangat mengagumi kisah cinta kalian berdua. Bahkan dia menghabiskan dua kotak tisu saat menonton drama kalian dan saat bertemu sikap kalian begini? Huu ... dia bahkan marah saat aku memutar drama yang kami perankan,” ujar Daffa mencoba menenangkan kedua orang yang sedang sibuk adu argumen ini.
Rissa merangkul Meolin. “Bagas, di dekat sini ada clab, ‘kan? Ayo kita minum aku rasa sudah lama aku tidak minum mungkin sudah setahun,” ujar Rissa.
“Kau mau mabuk saat pertunanganmu?” tanya Daffa.
“Terdengar bagus,” sahut Rissa.
“Dasar wanita ini.”
“Kak, minum itu tidak bagus untuk wanita. Besok kau akan bertunangan mana mungkin aku membawamu ke clab,” jawab Bagas. Rissa memajukan bibirnya beberapa senti.
“Huu ... kau sama saja dengan Daffa. Dan bukankah tentara juga minum? Aku dengar mereka minum tiga hari tiga malam saat tugas mereka selesai,” sahut Rissa.
“Saat sudah selesai Rissa. Mereka tidak diizinkan minum saat bertugas, benarkan Bagas?” tanya Daffa. Bagas mengangguk.
“Tapi saat di dapur waktu itu kau mau minum, ‘kan? Jika saja aku tidak ke dapur mungkin kau akan menghabiskan satu botol penuh,” ujar Meolin. Ia sudah terlihat tenang.
“Ya, tapi itu tidak terjadi kau yang meminumnya,” jawab Bagas.
“Jika diingat-ingat, aaa! Kau mencuri first kissku,” ujar Meolin sedikit berteriak.
“Jangan teriak-teriak napa? Bisa budeg, ni telinga dengar suaramu yang nyaring itu,” jawab Daffa. Meolin hanya tersenyum jahil.
“Jika diingat-ingat aku belum pernah mendapatkan kiss dari siapa pun,” ujar Rissa membuat Meolin menatapnya kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan Asli Selebriti [ Tamat ✔️ ]
Teen FictionBanyak orang yang mengira menjadi selebritis itu menyenangkan, banyak menghadiri acara-acara penting sering masuk TV dan ikut memerankan suatu drama. Namun, apa mereka pernah melihat kehidupan asli mereka? Cerita ini menceritakan kehidupan asli seor...