[ 25 ] Cinta yang Terindah. Ending

27 18 49
                                    

***
{ Cinta yang Terindah }
***

Setelah seharian berkutat dengan para tamu di rumahnya. Malam ini Rissa diantar Nyonya Can, Tuan Refan dan Bibi Mina pulang ke rumah Daffa. Meolin dan Bagas adalah orang pertama yang menyambut kedatangan mereka, disusul Tuan dan Nyonya Bagaspati, dan juga Mbok Fris.

“Titip Rissa, ya Nak Daffa! Dia masih belum dewasa pikirannya. Masih butuh bimbingan supaya lebih dewasa,” ujar Bi Mina. Rissa memajukan bibirnya ketikan mendengar ucapan bibinya. Bukannya ia sudah dewasa? Belum dewasa pikiran maksudnya apa? Entahlah, Rissa tidak paham. Yang  jelas dia tidak ingin ada orang yang menyebutnya belum dewasa.

“Ihh, Bibi. Emang Rissa barang pakek acara dititip-titipin? Rissa itu sudah dewasa, ndak perlu dibimbing lagi. Emangnya kuliah, ada dosen pembimbingnya,” protes Rissa.

“Ini yang Bibi maksud belum dewasa pemikiran,” jawab Bi Mina. Semua orang yang ada di sana terlihat menahan tawa. Begitu pun dengan Daffa.

Melihat itu, Rissa yang merasa kesal segera menaikki anak tangga dan menuju kamar Daffa. Ia sudah beberapa kali ke rumah Daffa, tapi belum pernah masuk ke kamarnya. Biasanya ia hanya menunggu di ruang tamu.

“Dasar anak itu, memang sopan santunnya rendah. Maaf, ya Tuan,  Nyonya, kebiasannya kalau lagi ngambek,” ujar Nyonya Can merasa tidak enak pada keluarga Bagaspati karena sikap Rissa yang sedikit kekanak-kanakan.

“Nggak apa-apa Nyonya Can. Ayo silahkan duduk, kita bisa berbicara sebentar,” tawar Ibu Daffa atau lebih dikenal dengan panggilan Nyonya Clara. Nyonya Can menganguk, ia pun duduk di sofa yang tersedia di sana begitu pun dengan Tuan Refan, Bibi Mina dan Tuan Irfan.

Setelah puas berbincang-bincang dan melihat-lihat seisi rumah mereka berpamitan pulang. Tidak lama mobil jazz tersebut keluar dari perkarangan ruamh keluarga Bagaspati. Mobil Jazz berwarna gelap itu kemudian menghilang ditelan gerimis hujan dan gelap malam.

***

“Kak, belum ketemu juga kamar Kak Daffa?” tanya seseorang.

Rissa membalikkan tubuhnya mendapati Meolin berjalan mendekat ke arahnya. Sejak keluarganya pergi tadi, Rissa masih berkeliling mencari kamar Daffa. Rumah ini sangat luas, siapa pun bisa tersesat jika sembarangan masuk. Rissa adalah salah satu contohnya, ia tidak pernah naik ke lantai dua. Bagaimana ia bisa tahu letak kamar Daffa?

“Belum. Kenapa rumah kalian besar sekali? Aku bisa tersesat di sini,” ujar Rissa. Meolin tertawa mendengar ucapan Rissa.

“Kakak sendiri kenapa tiba-tiba naik? Udah masuk berapa kamar tadi?” tanya Meolin. Ia yakin jika Rissa sudah keluar masuk kamar.

“Baru satu kamar, mungkin kamarmu. Itu di sana, di samping kamar yang memakai pintu lapisan emas,” ujar Rissa sambil menunjuk sebuah kamar.

“Iya itu kamarku. Itu kamarnya Kak Daffa di sebelahnya,” ujar Meolin menunjuk kamar yang memakai pintu dengan lapisan emas. Kamar tersebut berada tepat di samping kamarnya.

“Lho, itu serius kamar Daffa? Kok, kamarnya beda dari yang lain, sih? Aku jadi kesal kenapa saat menonton film tidak mengajaknya ke kamarnya,” ujar Rissa.

“Udah jangan kesal-kesal. Sekarang Kakak bakalan keluar masuk kamar itu terus, karena itukan sekarang juga kamar Kakak,” ujar Meolin sengaja menggoda Rissa.

***

Meolin membuka pintu kamar Daffa. Rissa mengekor di belakangnya. Kamar ini terlihat sangat elegan dengan beberapa renda dan motif stiker di dinding yang anggun. Di setiap sudut ruangan berjejer beberapa bunga plastik yang menambah keindahan ruangan. Lampu yang menggantung di atas ruangan memberikan kesan artistik pada stiker yang juga terpasang di langit-langit kamar. Warna biru dan putih tergurat langit dan awan-awan di sana. Serasa tengan berada di atas langit kala menatapnya.

Kehidupan Asli Selebriti [ Tamat ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang