***
{ Dua perisai }
***
Daffa mengemudikan mobilnya seperti orang kesetanan. Dia gelisah, seperti sesuatu yang buruk akan terjadi. Beberapa kali menyalip kendaraan yang ada di depan. Pria itu tak peduli, menemukan Rissa prioritasnya sekarang.Decit ban dan bau karet terbakar segera menguar karena Daffa mengerem mendadak. Ia segera berlari tanpa repot menutup pintu mobil. Sekarang, ia tepat berada di rumah tua itu. Sayup dia mendengar teriakan Rissa dari balik pintu. Dia menggenggam gagang pintu, menghela napas sebanyaknya.
Daffa tahu dia harus bersikap tenang. Ketenangan itu hilang saat melihat keadaan Rissa begitu menyedihkan. Wanita itu terduduk di kursi dengan wajah memerah, sudut bibirnya mengeluarkan darah. Daffa menggeram marah, ingin rasanya menerjang orang yang sudah melakukan ini pada Rissa.
Orang itu sadar akan kehadiran Daffa memaksa Rissa berdiri, menempelkan pistol ke tulang rusuk kiri Rissa.
"Wah ... ada tamu yang tidak diundang. Baiklah aku akan memberikanmu tontonan yang menarik," ujarnya.
"Lepaskan dia," titah Daffa mendekat perlahan.
"Berhenti!" Rissa meringis ketika orang itu menekan moncong pistol ke tubuhnya.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Daffa, mencoba tetap tenang. Padahal sisi lain dirinya ingin segera merenggut tubuh Rissa dari sekapan orang itu.
"Tidak ada yang aku inginkan selain ... balas dendam," ujarnya sambil tertawa.
"Lepaskan Rissa. Kita bicara baik-baik," bujuk Daffa lagi.
Orang itu menggeleng, dia semakin kuat menempelkan senjata itu, menarik rambut Rissa keras. Melihat itu Daffa menahan diri untuk menyerbu orang itu. Mata mereka bertaut, sang pria melihat takut di iris Rissa, tapi dia juga terlihat percaya padanya.
Suara kesiap terdengar dari bibir Rissa. Matanya terbelalak melihat Daffa rubuh dengan paha mengeluarkan darah. Orang itu menembak laki-laki itu membuat Rissa meringis ngeri.
"Apa itu sakit? Itu belum seberapa. Masih ada empat peluru lagi. Cukup untuk kita bertiga mati bersama," serunya.
"Kau gila!" Rissa mencoba memberontak. Alih-alih terlepas, orang itu malah menodongkan senjata tepat menyasar kepala Daffa.
"Kita biarkan dia mati dulu, lalu kau, kemudian aku. Kita akan hidup bahagia di neraka," seringainya.
"Kau psikopat!" seru Daffa, mencoba berdiri, tetapi sebuah peluru lagi bersarang di perutnya.
Rissa terpekik melihat Daffa roboh. Dia bertindak nekat, Rissa menggigit lengan orang itu, lalu berlari menubruk tubuh Daffa.
Dia tidak sadar moncong pistol mengarah padanya. Dia tidak akan baik-baik saja jika Daffa celaka.
Derap langkah dan letusan senjata kembali terdengar. Rissa menutup mata bersiap menerima peluru menembus tubuhnya, tetapi yang kemudian terjadi adalah bunyi benda jatuh di belakangnya.Rissa menoleh, dia terbelalak ketika tubuh Micca roboh dengan dada megeluarkan darah. Rissa tuli seketika. Dunianya hening. Matanya liar menatap dua sosok yang kini terbaring mengenaskan di depannya. Rissa lalu menatap kosong ke arah pintu.
Dalam gerak lambat dia melihat orang itu memberontak saat ditahan dua orang polisi, lalu sosok Andre berlari ke arahnya mengucapkan sesuatu. Wanita ini tak mendengar apa pun. Perlahan matanya sayu, lalu gelap menghantam dengan cepat.
*"To be Continued"*
Siapa tu orang. Psikopat benar. Semoga Daffa sama Micca baik-baik aja. Yook tinggal kan jejak. Belajar jadi pembaca yang baik >.<
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan Asli Selebriti [ Tamat ✔️ ]
Ficção AdolescenteBanyak orang yang mengira menjadi selebritis itu menyenangkan, banyak menghadiri acara-acara penting sering masuk TV dan ikut memerankan suatu drama. Namun, apa mereka pernah melihat kehidupan asli mereka? Cerita ini menceritakan kehidupan asli seor...