Seorang pemuda dengan penampilan berantakan terlihat sedang mengendap-endap di pekarangan rumahnya.
"Moga aja dua monyet itu udah tidur" gumam xiel sembari menatap sekeliling dengan was-was. Setelah merasa aman xiel segera membuka pintu utama, beruntungnya pintu utama tak dikunci jadi dia bisa dengan mudah masuk tanpa melakukan adegan gelud dengan pintu.
Xiel menutup kembali pintu tersebut ia menatap seisi ruangan tetapi untungnya ia tak menemukan keberadaan abangnya.
"Aman nih" ucapnya sembari melepaskan sepatunya agar suara langkah kakinya tak terdengar, namun baru saja ia melangkahkan kakinya di anak tangga pertama suara seseorang menghentikan langkahnya.
"Masih inget pulang kamu?" Tanya seseorang dari arah belakang xiel dengan nada dinginnya, xiel yang mengenali pemilik dari suara tersebut langsung ketar ketir di tempat.
"Hehehehe Abang, kenapa belum tidur?" Tanya xiel sambil tertawa canggung. Seseorang yang tak lain adalah lergan hanya menghela nafas mendengar adiknya bertanya balik padanya.
"Abis darimana? Kenapa baru pulang jam segini? Dan itu kenapa pakaian kamu compang camping kek gitu? Mau cosplay jadi gelandangan kamu?" Tanya lergan bertubi-tubi pada adiknya, xiel yang ditanya langsung mendengus kesal.
"Abang kalo nanya satu-satu bisa gasi?" Ujar xiel, dirinya benar-benar kesal karena dilontarkan begitu banyak pertanyaan sekaligus. Otak kecilnya harus bekerja dengan tenaga ekstra untuk bisa menjawab semua pertanyaan dari lergan.
"Tinggal jawab satu-satu apa susahnya?" Ucap lergan dengan wajah tripleknya. "Udah deh besok aja nanya-nanya nya udah jam 3 pagi ni, xiel ngantuk pengen tidur" setelah mengatakan itu xiel langsung berlari secepat kilat menaiki tangga.
Lergan yang melihat itu hanya menghela nafasnya, ia harus ekstra sabar untuk menghadapi adik bungsunya itu.
Xiel yang sudah sampai di kamarnya langsung mengunci pintu kamar tersebut. "Untung gue bisa kabur dari tu monyet" ucapnya lalu segera berjalan mendekati kasur empuk kesayangannya.
"Untuk saat ini buang semua ingatan tentang tadi dan mari kita tidur, hidup di dunia novel juga butuh tenaga" gumamnya kemudian kedua mata indah miliknya sudah tertutup rapat menandakan bahwa ia sudah berada di alam mimpinya.
Seorang pemuda terlihat tengah duduk di sofa ruang keluarga sambil memainkan gamenya, tak lupa juga beberapa umpatan pedas yang keluar dari mulutnya saat bermain game.
"Anjing, bego banget sih Lo bisa main kaga sih?!!"
"Eh tolol buta map ye kalian? Gue di keroyok bangsat!!"
"Akhh, kalah kan dasar beban semua!! Gabakal lagi gue mainin tu game" kesalnya sambil beberapa kali membenturkan ponselnya di sofa.
"Anak papa kenapa sih? Marah-marah Mulu ntar cepet tua loh" kata seorang lelaki paruh baya yang langsung duduk di samping pemuda tadi.
"Bodoamat, Shaka ga peduli" jawab Shaka dengan wajah masamnya, pria paruh baya yang tak lain adalah ayahnya terkekeh melihat raut wajah anak semata wayangnya.
"Ntar kamu tambah jelek" ejek Dario pada anaknya,Shaka yang mendengar itu langsung menatap tajam papanya.
"Lo udah bau tanah aja masih suka ngebacot" seorang wanita yang mendengar ucapan dari Shaka langsung menjewer telinga Shaka sehingga membuat sang empu meringis kesakitan.
"Gaboleh ngomong kek gitu sama papa sendiri Shaka" nasehat wanita itu sambil melepaskan jewerannya.
"Papa tu yang mulai duluan" adu nya pada wanita yang telah melahirkannya itu. Bilvia hanya terkekeh mendengar ucapan anaknya.
"Aargghhhh" teriak xiel dengan nafas terengah-engah. mimpi, ternyata itu hanya mimpi, selama masuk kedalam novel baru kali ini ia memimpikan keluarga aslinya.
Mengingat mimpi tadi xiel jadi terisak, meskipun dirinya sangat jarang berkumpul dengan orang tuanya tetapi ia tak bisa menyangkal bahwa kedua orang tuanya sangat menyayangi dirinya.
Mereka sering pergi ke luar kota untuk bekerja itu semua juga untuk dirinya, dia jadi menyesal karena telah marah-marah kepada mamanya terakhir kali saat dia masih berada di dunia nyata.
Xiel semakin terisak sekarang tiba-tiba saja dia begitu merindukan orang tuanya, ia berjanji dalam hati takkan mengatai mama nya maklampir lagi dia juga takkan minta pindah ke Jakarta lagi, asalkan dia bisa melihat keluarganya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become the Antagonist °xiel° (Tamat)
FantezieShaka, pemuda berusia 18 tahun tiba-tiba jiwanya berpindah pada salah satu tokoh antagonis dalam novel. Sebelum mengalami kecelakaan Shaka sempat membaca sebuah novel yang berjudul 'my angel'. Hingga saat kecelakaan itu terjadi tiba-tiba dirinya ter...