17

49.2K 5.7K 67
                                    

Xiel segera berdiri hendak pergi, tetapi dengan cepat pemuda tadi mencekal tangannya hingga ia jatuh tepat di pangkuan sang pemuda.

"Arsen lepas anjing" xiel terus saja memberontak, entah kenapa ia tak ingin dekat-dekat dengan arsen. Kejadian malam itu masih terbayang di otaknya apalagi jika mengingatkan kejantanan milik arsen.

"Bangsat, efek deket-deket sama arsen ni otak gue jadi sering ngaco" batinnya ketika ia membayangkan yang tidak-tidak tentang tubuh atletis milik arsen.

Arsen terlihat memperhatikan sudut bibir xiel yang sedikit terluka, dirinya mengelus luka tersebut dengan sangat lembut hingga akhirnya xiel merasakan sebuah benda kenyal menempel pada bibirnya.

Xiel buru-buru mendorong badan arsen, dirinya menatap arsen dengan garang yang mana membuat arsen semakin ingin memakan mahluk menggemaskan di depannya itu.

"Lo kaga tau tempat ya njeng?!" Ucap xiel lalu segera pergi dari sana, meninggalkan Arsen yang masih menahan gemas karena dirinya.

Xiel terus saja menggerutu di perjalanan menuju kelasnya, tanpa sadar ia menabrak sesuatu yang sangat keras di depannya.

"Bangsat, jidat paripurna gue" ucapnya yang sudah duduk di lantai dengan memegangi bagian keningnya. "Hati-hati kalo jalan El" xiel segera mendongak untuk melihat pemilik suara itu.

Dan benar saja dugaannya, sesuatu yang ia tabrak tadi tak lain adalah abang sulungnya. "Ngapain disini bang?" Tanya xiel sambil bangun dari jatuhnya. "Ada urusan sama pihak sekolah" balas lergan yang hanya diangguki oleh xiel.

Lergan mengamati wajah adiknya dengan seksama, ia mengeram marah saat melihat sudut bibir adiknya terluka.

"Kenapa bibir kamu?" Tanya lergan dengan nada dingin andalannya. "Jatoh" balas xiel singkat lalu segera pergi dari sana, ia takut Abang sulungnya itu akan melontarkan lebih banyak pertanyaan untuknya nanti.

Lergan hanya menatap datar adiknya ia kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruangan kepala sekolah.

°

°

°

Xiel berjalan santai di koridor sekolah, dirinya terlihat seperti objek yang sangat indah, rambut hitam kepanjangan yang seakan menari mengikuti arah angin menambahkan kesan keindahan dirinya.

Baru saja menikmati suana sore sebentar, tiba-tiba muncul seorang siswi didepannya karena terlalu kaget tanpa sengaja xiel menabrak siswi tersebut dan alhasil ia dan juga siswi yang ditabraknya ambruk.

"Akh" ringis siswi yang jatuh bersama xiel sambil memegang kakinya. Xiel yang melihat itu langsung saja mendekati siswi yang duduk di depannya. "Lo gapapa?" Tanya xiel sembari memegang pundak siswi tadi.

Bukannya menjawab siswi itu malah menangis yang mana membuat xiel jadi gelagapan. "Eh kenapa nangis?" Tanya xiel lagi sembari mencoba melihat wajah siswi tersebut.

Saat siswi itu mendongak memperlihatkan wajahnya xiel nampak tertegun, jika ia tahu bahwa siswi yang ia tabrak adalah Acha pasti ia akan meninggalkannya sedari tadi.

Pantas saja siswi ini menangis ketika ditanya, ternyata dia adalah si pemeran utama yang cengeng pikirnya. Xiel sudah selesai dari acara terkejutnya sekarang ia sudah berdiri sambil menatap malas kearah Acha.

Xiel mengulurkan tangannya berniat membantu gadis itu berdiri karena mau bagaimana pun dia lah yang tanpa sengaja menabrak gadis tersebut. Lama mengulurkan tangan tetapi Acha sama sekali tak membalas ulurannya hingga membuat xiel menahan emosi dengan sekuat tenaga.

Brukk!!!

Xiel kembali terjatuh tatkala ada seseorang yang mendorongnya dengan sangat keras. "Bangsat" umpat xiel saat merasakan pantatnya sangat sakit. Xiel mendongakkan kepalanya untuk melihat si pelaku, lalu ia berdecih ketika melihat seseorang yang ia kenali berdiri di depannya sambil memeluk Acha.

"Kalo Lo beneran berani sana lawan Rei sama temen-temennya!! Ngapain Lo selalu ganggu sahabat gue, hah?! Dasar pengecut beraninya sama cewek doang!" Xiel yang mendengar itu langsung berdiri dan hendak menampar wanita jahanam di depannya itu, tetapi dia urungkan.

Xiel mengelus pelan pipi milik ara, sahabat dari Acha. "Hati-hati sama omongan Lo, salah dikit aja hidup Lo taruhannya" bisik xiel lalu segera pergi dari sana.

Ara terlihat mematung, Acha yang menyadari ada yang aneh dari sahabatnya langsung bertanya. "Dia bilang apa? Dia ngancem kamu?" Tanya Acha yang dibalas gelengan oleh Ara. "Sampah kek dia gausah dipeduliin, mending kita pulang" ujar ara yang langsung menarik tangan Acha untuk meninggalkan area sekolah.

"Gila gue keren banget tadi, udah cocok ni jadi mafia-mafia kek difilm" ucap xiel dibarengi dengan tawa nya yang keras. Dirinya merasa sangat keren karena sudah membisikkan kalimat tadi pada ara.

Become the Antagonist °xiel° (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang