5 - Pendatang Misterius

67 5 0
                                    

Setelah makan dari SGPC rasanya sangat kenyang, aku pun tidak memasak karena Juna ingin makan mi godhog yang buka setiap malam hari dekat rumah. Kami berdua jalan kaki kesana, sedangkan Mas Nara jaga rumah.

"Mas aku pesen dua ya" ucap ku, bahkan jari ku ikut mengiringi pembicaraan antara diri ku dengan penjual mi godhog tersebut.

"Iya mbak, apa aja?"

Aku hendak berbicara, tapi Juna menyela ku.

"Ih ih ih! Emm! Nggak nggak Juna aja. Mi godhog kuningnya satu sama campur satu ya mas" ucap Juna.

Harus bersabar menjaga adik sendiri meski sudah SMA tingkat akhir, tingginya bahkan melebihi diri ku. Mungkin orang akan mengira dialah kakak ku, bukan aku.

 "Yang kuning satu? Yang campur satu?" tanya sang penjual, sedangkan Juna hanya mengangguk angguk saja.

"Oke, nggak pakai campuran lainnya?" maksudnya bagian-bagian dari potongan ayam.

Juna hanya menggelengkan kepalanya, ku tepuk pelan punggungnya.

"Ngomong dek, jangan gelang-geleng doang"

"Iya mas, gak pakai campuran"

Aku tersenyum penuh arti melihat tingkah Juna, kemudian mencari tempat duduk yang kosong.

"Sini, tunggu sini aja Jun" tangan ku menepuk-nepuk kursi kosong di samping ku, Juna menurut.

Selang beberapa waktu datang seseorang dengan jaketnya, memakai kacamata, kemudian memakai topi yang tak ku lihat dengan betul-betul apa tulisan tersebut. Aku hanya melihat wajahnya saja, segera ku kedipkan mata ku beberapa kali takut Ia melihat diri ku juga.

"Satu ya Mas, campur pakai sayap" dari cara bicaranya, dia bukan orang Jawa. Jawa Tengah maksud ku, logatnya seperti biasa saja. Artinya tanpa logat daerah sama sekali.

Tapi dia tahu perihal cara memesan mi godhog, tambahan memakai sayap. Dia tampak dengan tenang duduk di samping Juna. Kini aku kembali meliriknya, setelah sadar aku segera menoleh ke depan. Benar-benar khawatir kalau dirinya akan sadar ku pandangi.

Kacamatanya tidak bolong seperti punya Bayu, ku lihat pantulan cahaya disana. Astaga aku melihatnya lagi! Ada apa dengan diri ku?

"Mbak, udah follow aku belum di IG?"

Untunglah Juna membuka topik pembicaraan.

"Tapi mbak jarang buka IG, gak menarik isinya IG mbak Triya"

"Gapapa, follow dulu aja nanti langsung aku follback"

"Okey okey"

Ku rogoh ponsel ku, kemudian mencari letak aplikasi dari media sosial tersebut.

"Apa namanya?"

"Juna titik gumintang, dah itu"

"Kok namanya aneh banget sih pakai gumintang segala, nyari nama di internet ya?"

"Sulit mbak nyari username tuh"

"Ya sudah nih udah aku follow, follback buruan"

"Yippie, okedeh nanti ya"

Katanya langsung...

Sudah selama lebih dari 10 menit kami menunggu, maklum karena pesanannya tidak hanya untuk Juna saja. Ada orang lain, termasuk laki-laki yang tengah duduk di samping Juna. Ia memegang ponselnya, namun sama sekali tak memainkannya. Justru melihat ke sekeliling.

Aku pun baru ingat, ini laki-laki aneh yang ku lihat di kampus sebelum pergi ke SGPC. Ia begitu intens melihat seluruh hal yang ada di sekitarnya, bukan seperti sosok yang menakutkan tapi terlihat seperti seseorang yang kagum dan menikmati harinya.

SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang