14 - Susun Rencana

29 5 1
                                    

"ASTAGA KENAPA SIH??"

Tubuh ku reflek bergerak menutup telinga, Winda berteriak tepat di samping ku. Dengungan di kuping terasa beberapa saat karenanya.

"WOY!" teriak Bayu tak kalah kencang.

"Sabar kak" Saka menepuk punggung laki-laki berambut putih itu.

"Kenapa lagi anak gadis satu ini...?" tanya Mbak Kara.

Winda segera menunjukkan ponselnya, matanya terbuka lebar dengan memasukkan bibirnya. Melirik Mbak Kara dan layarnya secara bergantian.

"Linkedin?" Mbak Kara melihat Winda tak percaya.

"Punya Mas Dimas... Aaaaakkk! Keren banget dia!"

Mata ku menyempit melihat laya ponsel Winda, tiada yang menarik. Hanya profil Mas Dimas secara lengkap saja.

"Itu profilnya ganteng banget! Aakkk!" teriak Winda lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu profilnya ganteng banget! Aakkk!" teriak Winda lagi.

"Kak Bay, sabar..." sekali lagi Saka harus menahan Bayu, jika tidak laki-laki kecil itu akan segera menerjang mahasiswi berambut pendek di samping ku.

"Profil dosen itu Win, biasa..." ucap ku.

"Ya tapi keren aja gitu"

Tidak sengaja mata ku memenangkap sosok laki-laki berkaca mata tengah merangkul seorang wanita dengan rambut panjangnya. Tampaknya wanita itu justru risih dengan kelakuannya, mungkin pasangan itu sedang bertentangan. Hal yang biasa, yang menjadi tak biasa adalah aku yang salah tingkah ketika wanita itu memandang ku dan tersenyum.

 Hal yang biasa, yang menjadi tak biasa adalah aku yang salah tingkah ketika wanita itu memandang ku dan tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai!! Kita ketemu lagi!" dia tampak begitu cerah menyapa ku, aku pun ikut gembira menyambutnya.

"Kak Yeni!" sapa Mbak Kara tak kalah sumringah, mereka pun berpelukan sedikit berloncatan disamping meja. Sedangkan si pria duduk di sebelah ku, aku yang merasa buruk duduk di sampingnya segera mepet ke tubuh Winda.

"Tri, lo ngehindar dari gua?" gerutu Malvin dengan cemberut, aku menggeleng saja menjawabnya.

"So, what the hell are you doing?" dengan tangannya seperti mendeteksi sesuatu yang ada pada diri ku, menggerakkan tangan dengan seluruh jemarinya ke atas dan ke bawah. Tak lupa matanya ikut mengarah sesuai arah tangannya.

SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang