27 - Buka Kado

38 5 2
                                    

"Happy late birthday Triya!!! Hepi-hepi ya sayang ku!" suara Mbak Kara terdengar kencang di telinga ku, Ia berteriak tepat di samping dengan rangkulannya yang melingkar di leher.

"Budeg itu kuping Triya, astaga Kar" oceh Bayu.

"Triya, maaf aku nggak ngasih apa-apa" Winda merengut melihat ku dengan kedua tangan menyatu di depan.

"Win, yang penting itu bukan barangnya. Ya kan?" ucap ku, teringat petuah dari Mas Nara semalam ternyata sebagus itu.

"Uww! Sayang Triya!" Winda berteriak memeluk ku.

"Dapat kado dari siapa aja Tri?" tanya Saka.

"Kepo"

Hadiah dari Mbak Kara, Malvin dan Mbak Yeni belum ku buka hingga kini hanya karena belum ingin. Mbak Yeni, mungkin lebih baik ku panggil seperti itu.

Tapi satu hal yang aku tahu...

Masakan Mas Nara enak sekali malam itu.

"Triya!" teriakan seorang perempuan terdengar dari kejauhan, langkahnya berderap di atas lantai memunculkan suara ketukan.

"Mbak Yeni?" gumam ku.

"Triya! Kata Malvin kamu ulang tahun ya? Happy birthday to you! Good luck for everything you do, you deserve happiness more"

Aku cukup terkejut dengan wish yang Ia ucapkan, kami dekat tapi Ia sudah tahu kehidupan ku yang lain.

"Thanks! Malvin dimana?"

"Masih kelas, ah ga tau deh lagi malas aku tuh"

"Lho kenapa Mbak?"

Ia datang, membisikan sesuatu di telinga.

"Lagi ngambek anaknya..."

Senyuman ku lebarkan dengan tingkahnya, bisa-bisanya hal seperti ini saja harus berbisik pada ku. Bukan suatu rahasia besar, bahkan ini bukanlah rahasia sama sekali.

"Orang ngambek itu biasa Mbak" komentar ku.

"Bukan! Haduh... Bingung jelasinnya gimana. Pokoknya gitu Tri"

Aku mengangguk-angguk meski tidak tahu apa maksudnya. Ia menggandeng Kara sambil tersenyum, tampaknya mereka telah merencanakan kencan berdua. Mungin ke mall atau tempat-tempat berbelanja lainnya.

"Let's go shopping!" teriak Mbak Yeni.

"Gais, aku pergi duluan ya!" ucap Mbak Kara sambil melambaikan tangannya, Mbak Yeni ikut di sampingnya. Aku dan yang lainnya membalas mereka sampai hilang diantara berbagai mahasiswa yang berlalu lalang.

"Gimana?" tanya Bayu, Ia menatap ku berarti Ia berbicara pada ku.

"Konteksnya dong tolong"

"Udah nangis belum hari ini?" ucap Bayu dengan pertanyaan anehnya.

Aku menggeleng, tampaknya jawaban ku tidak memuaskan hati seorang Bayu. Hanya Bayu, bukan pacar maupun saudara tapi perhatiannya hampir setara dengan Mas Nara maupun Damar.

"Butuh bantuan nggak Tri?"

Pertanyaan Saka membuat ku bingung. Winda menepuk pundak ku.

"Boleh dicoba kalau mau, aku ada ide"

"Apa tuh?"

"Bayangkan sesuatu yang sedih, kayak aku nih... Kalau mikir tiba-tiba Mas Dimas pergi dari kampus, aduh... Sedih banget huuu" ucapan Winda barusan membuat colekan dari tangan Bayu mendarat di pipinya.

"Bucin banget sama dosen... Lagian ndak seberapa dengan kehilangan orang tua Win"

"Ih! Mas Dimas udah ku anggap orang tua ku sendiri!"

SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang