Wisuda kampus swasta itu terlaksana di hari Sabtu, semua wisudawan tengah memakai toga warna biru tua. Mahasiswi-mahasiswi yang telah lulus itu anggun sekali memakai kebaya mereka yang bermacam-macam. Banyak yang dimodifikasi semenarik mungkin, ditambah sanggul mereka yang cantik disana.
"Gua gimana?" tanya seorang wanita.
Lawan bicaranya itu menunjukkan Ibu jarinya, dengan mantap mengarahkannya pada sang wanita.
"Ga nyangka bisa lulus bareng" katanya.
Ia tidak menjawabnya, hanya gantengannya yang berbicara. Menariknya menuju barisan wisudawan itu, bersiap-siap untuk dipanggil masing-masing nama mereka.
"Malvin Kendra, mahasiswa Fakultas Bisnis. Telah lulus dengan IP sebesar-"
Ia memejamkan matanya, malas Ia mendengar angka-angka itu. Menurutnya itu tiada gunanya, hanya sebuah angka dari hasil perjuangannya selama ini Ia berkuliah.
"Hey, dipanggil" ucap seseorang yang Ia tarik tadi di belakangnya.
Segera Ia berjalan, melewati panggung dengan mendapatkan penghargaan kelulusannya itu.
Kemudian, Ia balik ke kursinya. Iya, secepar itu menurutnya kejadian itu berlalu. Ini hari yang bahagia, tapi menurutnya masih sama dengan hari lainnya.
Pekerjaan telah Ia dapatkan di Jakarta, artinya Ia harus pindah dari daerah penuh kenangan ini.
"Vin, kirim Mama foto kamu di gedung tadi dong" ucap Ibu yang biasa Ia panggil Mama itu.
Sehingga Malvin berdiri, menarik toganya untuk merogoh ponselnya itu.
Nihil, benda itu hilang.
Sialnya di dalam ada banyak sekali data, m-banking, kontak-kontak yang harus Ia hubungi, data-data pribadi, dan sebagainya. Semua ada di situ.
"Kenapa Vin?" ucap Papanya.
"HP ku hilang"
"Loh, tadi taruh dimana? Coba dicek lagi"
"Kenapa Ma, Pa?" ucap seorang wanita yang ditarik Malvin tadi.
"Malvin hilang hpnya Yen, coba Vin sebelum kesini itu kemana aja? Jangan-jangan ketinggalan di mobil, eh gak mungkin ya kan kita foto di depan tadi pakai hp kamu. Coba kamu ijin keluar" ucap Mamanya.
Ia banyak bicara, namun karena perhatian. Malvin tahu itu.
"Atau kamu aja yang keluar, Malvin kan wisudawan masa keluar dari acara" ucap Papanya.
"Iya, aduh caranya gimana ya Vin? Mama gak ngerti, ijinnya ke panitianya gitu?"
"It's okay Ma, I can do it by myself. It's my fault"
Kemudian Ia keluar dari deretan kursi itu, cukup sulit dengan tiga yang Ia kenakan. Ia tidak bisa berlari seperti saat Ia bermain basket di lapangan. Ia pun tidak dapat berjalan cepat seperti biasa di lorong gedung fakultasnya.
"Asli, kalau hilang gua mati aja" gumamnya saat berjalan.
Ketika Ia sampai di toilet gedung tersebut langsung saja dicarinya dengan teliti di seluruh pelosok ruangan tersebut. Hingga petugas pembersih melihatnya bingung, Ia pun tak peduli.
Tanpa benda layar sentuh itu Ia tidak dapat melakukan apa-apa. Apa lagi banyak data penting disana, bisa kacau jika data tersebut tersebar ataupun dipakai untuk hal-hal buruk.
Malvin menghela nafas, Ia lelah mencari-cari benda yang tak kunjung Ia lihat keberadaannya. Lantas Ia bertanya pada petugas kebersihan.
"Mas, maaf. Lihat hp saya nggak ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sederhana
General Fiction"Jadi, nanti cerita kita hanya tentang kakak adik aja, Dek?" "Nggak, Mas. Kehidupan manusia kan bukan tentang keluarganya aja. Nanti orang bosan lihat kehidupan keluarga kita." Melihat dunia dari anak pertama, kedua, dan ketiga. Written by Gayatri...