23 - Dia Mengajak, Aku Meragu

42 5 2
                                    

Acara dibuka oleh penampilan anak sanggar, beberapa kata sambutan tentunya dari Mas Nara salah satunya, serta bintang tamu. Kini aku dapat membantu dikit di bagian pengarahan, banyak sekali yang baru datang.

"Seni Rupa? Disini Mas, Mbak. Saya antar" ucap ku sedikit teriak agar terdengar oleh mereka.

Aku berjalan dengan santai agar mereka tak terlalu tergesa-gesa, keadaan sekitar bisa mereka nikmati dengan beberapa hiasan ala yang dibuat cantik dan menarik oleh panitia. Oh, tentu saja itu bukan buatan ku.

Selesai melepas pengunjung itu aku kembali sibuk, sibuk melihat sekitar. Kedua tangan ku dikebelakangkan sambil terus melihat kiri kanan. Lukisan-lukisan ini memang bukan karya seorang profesional, beberapa bahkan masih seumur Bayu ataupun diri ku. Masih muda belia tapi imajinasinya tinggi.

 Masih muda belia tapi imajinasinya tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Lukisan Bayu, Pendopo Dalam Sanggar)

"Bay!"

Bayu menoleh, menarik ku secara tiba-tiba membuat ku hampir jatuh.

"Gua pakai kain, Bayu! TAK JITAK LHO!"

Bayu meminta maaf sambil tertawa kecil, untungnya Ia masih bersedia membuat kaki ku kembali  menapak seperti semua.

"Ehem, jadi gimana?"

Aku menggeleng tanda bingung maksud Bayu, Ia menghela nafas kemudian berkacak pinggang.

"Apa lagi nih? Mau ngomel apa lagi?"

Tiba-tiba Ia memukul lengan ku. "Teman ku sebodoh ini ya Tuhan" katanya.

"Gimana?" ucap ku mulai risih. Kemudian Bayu membalilkkan tubuhnya, aku mengikuti ya sambil terus melihatnya.

"Apa sih?!"

"Ya apa Bay? Aku nggak ngerti", Bayu enggan untuk menjawab ku. Namun, kami terus berjalan sambil mengobrol hal lain dengan santai dikala suara-suara datang dari arah panggung.

"Lo tadi ngobrol kan sama Bang Damar?" tanyanya, duh kalau dari samping begini sebetulnya aku lebih pendek dari Bayu. Hanya saja aku tak pernah mengakuinya.

"Lo ngerasa nggak dia jadi aneh?"

Ku henti kan langkah ku, kemudian menahannya agar tak pergi.

"He talked much today, I mean more than before"

Jari telunjuknya menutup bibir ku, memaksa ku untuk diam. Segera ku singkirkan agar tidak ada yang salah sangka.

SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang