Pov Alpha
Udah dua hari gue ada di rumah. Gue izin kerja di karenakan Ayunda kambuh lagi.
Oh ya, kenalin nama gue Sabdha Alpha Aditama. Gue anak tunggal dan hidup dengan Ibu kandung gue.
Gue udah punya seorang istri hasil dari perjodohan Ibu gue dan salah seorang rekan bisnisnya yaitu Om Ilyas. Selama gw kerja di Jakarta, Ayunda memilih tinggal dengan kedua orang tuanya. Dan itu gak masalah bagi gue.
"Kamu udah mau balik ke Jakarta, Al?" Tanya Ibu gue.
Gue menoleh. "Iya Bu." Sahut gue singkat.
Ibu gue memiliki sebuah Resto keluarga yang terkenal di kota kelahiran gue ini. Sementara, Ayunda istri gue bantu Ibu gue kelola bisnis ini.
Kalo di tanya apakah gue mencintai Ayunda, jawabannya jelas nggak. Bagi gue pernikahan ini adalah bukti bakti gue ke Ibu gue. Ayunda sakit. Dia mengidap tumor selaput otak. Sejak saat itu gue berusaha membahagiakan dia selama gue bisa.
Suara pintu kamar terbuka. Nampak wajah pucat Ayunda keluar dari kamar.
"Udah bangun?" Tanya gue.
Ayunda mengangguk. "Kamu udah mau jalan?"
"Iya, soalnya besok mau antar anaknya Pak James ke acara Car Free Day." Jelas yang di maksud di sini adalah gadis SMA yang ceria, cantik, baik hati dan selalu mengganggu pikiran gue.
"Oke, hati-hati ya." Ayunda duduk di sofa di sebelah Ibu gue.
"Kamu udah mendingan?" Tanya gue.
"Ya sakit kepala nya sih udah mendingan. Cuma ya masih lemes aja." Sahutnya.
"Ya udah kamu di rumah aja ya. Biar Ibu aja yang ke Resto." Ibu gue menoleh pada menantunya.
"Gak apa-apa bu. Nanti kalo pusing banget aku balik ke rumah." Ayunda memang selalu seperti itu. Keras kepala dan tak pernah percaya pada Ibu gue untuk urusan Resto. Kadang Ibu gue nangis karena Ayunda sering menyinggung perasaan Ibu gue dengan kata-kata pedasnya.
Gue gak bisa menyalahkan Ibu gue atas 'kesalahan' memilih menantu. Mungkin karena keadaan yang memaksa Ibu gue melakukan perjodohan ini.
Sudah hampir dua tahun gue menikah dengan Ayunda namun gue baru sekali menyentuh dia di awal pernikahan. Dia udah nggak perawan saat itu dan dia mengakui jika dia sering gonta ganti pasangan. Dia memaki gue di malam pertama dengan kata-kata pedasnya.
"Kamu tuh lemah banget sih! Masa cuma kuat dua kali?" Cerca Ayunda saat itu.
Sampai sini faham kan kenapa gue memilih kerja di Jakarta dan jauh dari istri gue.
Gak ada pelukan atau kecupan manis di kehidupan gue.
Gue mengendarai motor kesayangan gue yang di beli dari hasil keringat gue sendiri.
***
Gue berjalan ke arah garasi rumah mewah milik keluarga Budiarta. Gue bekerja di sini dengan gaji yang cukup besar. Pak James Budiarta adalah pemilik perusahaan properti yang di perhitungkan di negeri ini. Musuhnya tentunya banyak sehingga beliau memilih gue dan Randy sebagai bodyguard nya.
Namun karena Pak James ini sangat menyayangi putri bungsunya jadilah gue lebih sering mengantar Krisan kemanapun.
"Belum tidur lo ya?" Tanya Randy yang melihat kedatang gue di ruangan khusus gue dan Randy.
"Hooh, belum tidur gue." Sahut gue membuka lemari dengan id card gue.
Randy menyesap kopi hitam yang baru saja di antar oleh ART di kediaman Budiarta ini.
"Ada yang kangen sama lo, uring-uringan terus." Goda Randy. Bukan perkara baru jika Randy mengetahui perasaan Krisan ke gue.
"Ck, berisik ah!" Sergah gue.
Randy tergelak. "Serius Al! Sampe dua hari ini gak mau sarapan. Kemarin Elang ngadu ke gue." Randy mengenakan sepatunya karena hari ini Randy akan mengantar Elang dan Pak James bermain golf sementara gue akan 'mengasuh' Krisan.
"Gue juga kangen sama dia." Batin gue berbisik pelan.
***
"Mau makan apa?" Tanya Alpha mengurangi kecepatan motornya.
Gadis itu masih diam. Namun tak melepaskan pelukannya pada pinggang Alpha. Kepalanya masih bersandar di punggung Alpha.
"Nggak tau!" Sahutnya dengan lirih.
Alpha berhenti di salah satu sudut taman kota yang lumayan sepi.
"Makan dulu." Alpha menoleh ke belakang dimana gadis itu tetap enggan melepas pelukannya.
"Gak laper." Cicitnya.
"Gue pulang lagi nih!" Ancam Alpha. Gadis itu melepas pelukannya. Alpha menahan tawanya.
"Ya udah balik aja sana! Mentang-mentang udah ada yang nungguin!" Dengusnya lalu ia beranjak turun dari motor dan berjalan ke arah bangku taman.
Alpha dan Krisan duduk bersebelahan. Tak ada yang mulai bicara hanya ekor mata Alpha yang sesekali mencuri pandang.
"Makan dulu, nanti gue di marahin sama Elang." Ujar Alpha dengan lirih.
"Lo cinta sama istri lo, Al?" Tanya Krisan dengan lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination
RomanceCinta yang di mulai dengan baik maka akan berakhir dengan baik pula.