Bagi Krisan Alpha adalah dunianya. Tak ada yang lebih menarik selain melihat Alpha ada di sisinya. Tertawa untuknya dan menjaganya.
Krisan tak peduli Alpha mencintai nya atau tidak yang jelas Alpha adalah detak nadinya saat ini.
Tepat pukul 2 siang mereka tiba di Villa pinggir pantai. Teman-teman Krisan sudah pergi berenang dan ber foto ria di pantai.
"Jangan terlalu ke tengah, Krisan." Alpha memperingatkan. Krisan mengangguk. Ia bergabung bersama teman-teman nya. Krisan mengenakan celana pendek sepaha di padu dengan kaos oblong kebesaran milik Alpha. Ya, gadis itu memaksa Alpha untuk melepas kaos oblongnya saat itu juga. Ia merengek membuat Alpha gemas. Di sinilah Alpha sekarang, di pinggir pantai dengan celana pendek dan kaos tanpa lengan. Kaca mata hitam bertengger di hidung mancung nya.
Krisan masih asyik dengan teman-teman nya. Alpha yang mendapat panggilan telpon dari Ayunda segera mengambil jarak dari bibir pantai.
Baru sekitar 5 menit Alpha membahas satu masalah dengan Ayunda tiba-tiba suara ombak besar terdengar dan jeritan Krisan pun menyusul setelahnya.
Alpha menoleh lalu melempar ponselnya menuju gulungan ombak dan melihat kaosnya yang tergulung ombak. Ya itu adalah Krisan.
Alpha mungkin tak pernah memohon apapun pada Tuhan. Kali ini, ia memohon supaya Krisan selamat. Wajahnya pucat pasi dan belum sadarkan diri. Alpha berdiri membisu tak peduli lagi dengan luka di kaki dan tangannya karena terkena batu karang saat menyelamatkan Krisan.
Alpha sudah berganti pakaian ketika Krisan mengerang.
"Al..." Suara lirih.
"Krisan.. Gue di sini." Alpha menghampiri Krisan dan tanpa sadar menggenggam tangannya.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Krisan. Alpha berdecak pelan.
"Yang harus nanya itu tuh gue ke lo." Alpha mengusap kening Krisan yang berdarah.
"Maafin gue ya, gue lalai." Alpha menatap Krisan.
"Lo takut gue mati ya?" Ejek Krisan.
"Takut di pecat Pak James." Gumam Alpha.
"Jahat banget!" Gerutu Krisan.
"Jangan main air lagi ya." Alpha merapihkan selimut hingga ke dada Krisan.
"Gue gak apa-apa, Al. Cuma kaget aja." Krisan berusaha duduk dan Alpha membantunya.
"Kita di klinik?" Tanya Krisan. Alpha mengangguk.
"Gue hubungi Elang dulu." Ujar Alpha.
"Gak usah!" Krisan mencegah.
"Kenapa?" Alpha mengernyitkan keningnya.
"Gue gak mau pulang. Mau di sini dulu sama lo." Krisan memelas. Alpha menghela nafasnya dalam.
"Al, gue mau ikut anak-anak main air." Krisan merengek. Alpha menatap Krisan lekat.
Akhirnya mereka duduk di pinggir pantai di temani beberapa camilan. Alpha sengaja menyewa tenda untuk mereka berdua di pinggir pantai. Ada beberapa tenda yang sengaja di siapkan. Dan tenda di sini bukanlah tenda untuk 'mesum' atau sejenisnya. Tenda dengan ukuran yang lumayan besar bisa menampung sampai 5 orang. Ada dua kasur di dalamnya dan lampu yang menerangi tenda tersebut. Udara malam yang menyapu bibir pantai membuat Krisan beringsut merapatkan tubuhnya ke tubuh Alpha.
"Dingin." Cicit Krisan.
Alpha segera meraih jaketnya dan menutup punggung Krisan.
"Thank you." Krisan menoleh pada Alpha.
Terlihat teman-teman Krisan tengah bermain air walapun hari sudah malam. Deburan ombak membuat mereka semakin bersemangat. Beberapa pasang mata menatap iri pada Krisan dan Alpha yang terlihat serasi.
Alpha
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination
Roman d'amourCinta yang di mulai dengan baik maka akan berakhir dengan baik pula.